Setengah jam kemudian...
Kami tengah asik makan siang sambil bercanda ria bersama. Mengilas balik tentang kenangan indah yang telah tercipta. Tak sedikit pun Rain tertawa karenanya. Mengingat masa-masa di mana kami berkenalan di istana. Bagaimana bodohnya seorang panglima tinggi masuk ke dalam kamar mandi tamu wanitanya. Aku pun terpaksa berbohong kepada pelayan yang bertanya.
Saat itu kubilang jika ada kecoa di dalam kamar mandiku sehingga berteriak kencang. Padahal ada dirinya yang tengah menyabuni tubuhnya dengan sabun. Masih teringat jelas wajahnya yang dipenuhi sabun waktu itu. Lucu sekali.
"Hahahaha. Maaf-maaf. Aku terpaksa karena penasaran," katanya yang tersipu malu padaku.
Jujur saja aku dan Rain memang memiliki kesamaan frekuensi dalam segi sifat dan sikap. Kami sama-sama penasaran dan juga ingin lebih banyak tahu tentang sesuatu. Jadinya aku juga harus berhati-hati jika menceritakan sesuatu kepadanya. Bisa-bisa dia ingin tahu sampai ke akar-akarnya. Sama sepertiku.
Rain, tidak ada yang kurang darimu. Hanya saja yang datang pertama kali adalah Cloud. Aku tidak mengerti mengapa kisah kita seperti ini. Tapi aku berharap bisa berlaku adil kepada kalian. Tentunya jika terjadi di duniaku, pastinya aku harus memilih satu. Tapi karena ini di bumi yang berbeda, aku diberi kesempatan untuk memiliki keduanya. Sungguh anugerah tak terkira.
"Rain!!!"
Tiba-tiba saja ada suara seorang wanita yang menegur Rain dari belakang kami. Aku pun menoleh, melihat siapa gerangan yang menegur pangeranku. Dan ternyata...
Ratu?!!
Aku terkejut melihat sesosok wanita bermahkota emas datang bersama para pelayan dan tangan kanannya. Aku pun segera berdiri yang diikuti oleh Rain.
"Ibu???"
Rain juga tampak terkejut melihat kedatangan ibunya. Kami tengah asik bercanda hingga tidak menyadari jika ada yang berjalan ke arah kami. Ternyata ratu bersama pelayan-pelayannya datang ke gazebo depan istana ini. Dia benar-benar mengangetkan kami yang sedang makan siang bersama.
"Salam bahagia untuk Yang Mulia." Aku pun memberi hormat padanya.
"Cukup!" Dia seperti tidak terima salam dariku. "Bisa-bisanya kalian bersenang-senang di sini sementara paduka raja tengah tergeletak tak berdaya di atas kasurnya. Mana rasa empati kalian?!!" Ratu tampak marah. Wajahnya terlihat amat murka.
"Ibu—"
"Rain!" Ratu segera menyela perkataan Rain. "Kau seharusnya lebih cepat bertindak atas jatuh sakitnya ayah. Bukan malah bermesraan di gazebo istana bersamanya!" Ratu menatap tajam ke arahku.
Seketika aku menundukkan wajah. Menelan ludah karena merasa bersalah.
"Ibu, kami sedang santap siang sejenak. Kami tidak—"
"Cukup! Ibu tidak ingin mendengar apapun darimu untuk membela gadis itu. Sekarang cepat kembali ke ruang Menteri Pertahanan dan bicarakan langkah selanjutnya. Ibu tidak mengizinkanmu bertemu dulu dengan gadis itu." Ratu mengeluarkan titahnya.
"Ibu—"
"Rain! Jangan membantah! Selama ayah belum tersadarkan, ibu yang mengambil alih kekuasaan." Ratu menegaskan. "Dan kau, Nona!" Dia beralih kepadaku. "Tidak ada yang gratis di istana ini. Jika ingin hidup enak, kau harus bekerja. Sekalipun akan menjadi ratu." Dia menegaskan padaku.
Saat mendengarnya, entah mengapa saat itu juga hatiku terasa koyak tak karuan. Aku pun menelan ludah berulang kali, merasa sakit hati. Ucapan ratu seperti cambukan berat bagiku. Kata-katanya sadis sekali. Memintaku untuk tidak diam terhadap situasi yang terjadi. Tapi, apakah tidak bisa dibicarakan dengan baik-baik? Mengapa tangan kanan dan para pelayannya harus mendengar pembicaraan ini? Bukankah ini memalukan sekali?
Ya Tuhan, ratu memang tidak menyukaiku.
Kusadari jika diri ini adalah pendatang baru di istana. Aku juga bukan penduduk asli Angkasa. Aku dibawa Cloud untuk datang ke istana ini. Aku juga dipekerjakan olehnya. Tapi haruskah dipermalukan seperti ini di depan pelayan-pelayannya? Sungguh aku tidak tahu harus bagaimana. Aku sudah bersikap sebaik mungkin kepada ratu. Memposisikan diri ini untuk melupakan segala apa yang telah dia perbuat padaku. Tapi sepertinya, kenyataan pahit itu harus kutelan mentah-mentah. Dia tetap tidak menyukaiku.
"Ibu. Ibu tidak seharusnya berkata seperti itu kepada Ara." Rain membelaku.
"Ibu tidak peduli. Laksanakan saja tugasmu. Jangan biarkan calon istrimu hanya berleha-leha di istana ini. Suruh dia bekerja untuk kemajuan negeri. Jangan hanya diam dan melayanimu." Ratu berucap lagi.
Sungguh sakit rasanya hatiku mendengar penuturan ratu. Tapi apalah daya, aku juga harus tahu siapa diri ini. Aku hanya bisa diam sambil menundukkan wajah. Serasa tidak mempunyai muka lagi. Aku pun mencoba menarik napas dalam-dalam agar tidak sakit hati. Tapi ternyata hatiku begitu rapuh mendengar kata-kata itu. Aku tidak terima.
Ayah dan ibuku saja belum pernah berkata seperti ini padaku.
Ratu kemudian berlalu begitu saja dari kami. Dia meninggalkan luka di hati ini. Sepertinya dia memang tidak akan pernah menyukai keberadaanku di sini. Ah, entahlah. Aku juga kurang tahu apa yang ada di dalam hatinya. Aku hanya manusia biasa.
"Ara ...." Rain pun mencoba meraih tanganku.
"Rain, aku ingin berjalan-jalan sebentar ke luar istana. Apa ada kuda untukku?" tanyaku padanya.
Rain memegang tanganku. "Ara, di sini saja ya. Jangan keluar istana. Jika ingin, biar aku yang menemanimu." Dia memintaku.
Rain seperti tahu apa yang sedang kurasakan saat ini. Aku pun pura-pura tersenyum kepadanya walaupun hatiku sakit luar biasa. Aku tidak boleh menunjukkan rasa sakit ini di hadapannya yang sedang berpikir keras mencari solusi atas jatuh sakitnya raja. Aku harus tetap menguatkan hatinya walaupun diriku sendiri tengah terluka.
"Tak apa, Rain. Aku ingin menenangkan diri sebentar. Aku pinjam kuda istana ya." Aku meminta lagi padanya.
Raut wajah Rain terlihat berat untuk mengiyakan. Dia tidak ingin aku keluar istana tanpanya. "Baiklah. Keluar bersama Black saja ya. Dia sudah terlatih untuk menjaga pemiliknya." Akhirnya dia mengizinkanku.
Rain kemudian bersiul. Siulannya terdengar kencang sekali. Lalu tak lama terdengar deru langkah kaki kuda yang mendekati kami. Kuda itu adalah Black. Kuda hitamnya yang sudah sangat terlatih.
"Black!" Rain memeluk kuda hitamnya. "Jaga permaisuriku, ya. Dia ingin keluar istana. Jika ada yang macam-macam, tendang saja dengan kaki kokohmu." Rain berpesan kepada kudanya. Saat itu juga Black meringkik seperti mengiyakan.
Aku tersenyum melihatnya. Kedekatan Rain dan kudanya memang tak terelakkan lagi. Mereka sejak kecil sudah dilatih bersama. Hingga saat besar memiliki ikatan batin yang begitu kuat. Dan sekarang bukan lagi sebagi tuan dengan peliharaannya. Tapi sebagai teman seperjuangan yang dibesarkan bersama.
"Terima kasih, Rain." Aku pun mulai menaiki kuda hitamnya.
Rain mengangguk. Dia terlihat berat melepas kepergianku dari istana. Tapi mungkin dia juga mencoba memahami suasana hatiku saat ini. Sehingga Black lah yang diutus olehnya untuk menemaniku keluar istana. Aku pun berpamitan padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Elder FR
moon k laut aj npa seh😑😑😑
2022-07-25
0
Rain4ever
ganggu aja ibunya rain
2022-07-17
0