The Indigo Twins
Pagi yang indah seindah dunia orang yang bahagia, pagi ini gadis berkulit sawo matang, mata coklat, bibir ranum dengan rambut hitam terurai bernama Aliza Qiensyah berangkat sekolah di SMA kebangsaan bersama dengan kembarannya, Alisa Qiensyah.
Hari ini adalah hari pertama mereka sekolah menengah atas.
Dengan berboncengan kedua anak kembar itu berangkat sekolah, jarak tempuh memakan waktu sekitar 30 menit.
Motor yang di setir Alisa melaju dengan kecepatan normal tiba-tiba-
Ciiiiiiiit...
Tiba-tiba Alisa mengerem mendadak, Aliza tersentak kaget saat motor berhenti tanpa aba-aba sebelumnya.
"Kenapa sa, kok kamu ngerem mendadak?" tanya Aliza kaget.
"Liat, di depan ada ular" ucap Alisa.
Aliza tertegun menatap seekor ular sawah yang melintas di jalan desa Kamboja yang sepi. DI kanan dan kiri di tumbuhi pohon dan pohon.
Kedua anak kembar itu ternganga melihat ular yang begitu panjang dengan ukurannya begitu besar. Di perkirakan ular sawah itu berasal dari hutan yang ada di dekat tempat tinggal mereka.
"Gimana ini, kita bisa telat kalau diam aja" risau Alisa sebab ular itu begitu lambat dalam menyebarang jalan.
"Tunggu saja dulu, nanti ular itu juga akan pergi" sahut Aliza.
Dengan pelan-pelan ular itu masuk ke dalam hutan di seberang jalan sebelah kanan dan tak lagi terlihat.
"Ular itu sudah pergi, ayo jalan lagi" suruh Aliza.
Alisa tancap gas, menunggu ular itu pergi telah membuang banyak waktu, Alisa harus segera sampai di sekolah sebelum terlambat.
Setelah memakan cukup lama, akhirnya kedua anak kembar itu tiba di sebuah sekolah yang menjulang tinggi dan merupakan salah satu sekolah terbesar di kota A.
Sekolah SMA kebangsaan itu memiliki murid beribu-ribu, banyak anak dari kota maupun desa yang mengenyam pendidikan di sana demi mengejar cita-cita.
"Ayo kita masuk sa, sebelum keburu telat" ajak Aliza di balas anggukan oleh Alisa.
Kaki kedua anak kembar melangkah masuk ke dalam sekolah SMA kebangsaan, di mana ada ribuan orang yang memenuhi halaman sekolah, entah itu senior mereka maupun junior seperti mereka.
"Ini kita ke mana lagi, kita masih belum milih jurusan, kita mau nanya ke siapa, kita gak punya teman di sini?" bingung Alisa.
Di kanan dan kiri tak ada yang Alisa kenali, hanya adik sekaligus saudara kembarnya yang ia kenal di antara ribuan orang.
"Kita ke Mading aja yuk, lihat pemberitahuan, mungkin aja nanti kita dapat petunjuk dari sana" usul Aliza.
"Yuk" setuju Alisa.
Kakak beradik itu berlari ke arah Mading sekolah yang ada beberapa murid baru sama seperti mereka di sana..
Aliza membaca tulisan yang ada di Mading."Oh jadi sebelum ke kelas kita di kumpulin menjadi satu, di salah satu ruangan buat nentuin jurusan apa yang mau kita pilih"
Kepala Aliza manggut-manggut membaca sekilas informasi yang tertera di Mading.
"Tunggu apa lagi, ayo kita ke sana" ajak Alisa tak sabaran.
Aliza dan Alisa berlari mencari ruangan yang di maksud di Mading. Setelah tiba di sana ternyata telah ada banyak murid-murid baru yang memenuhi kelas.
Dua anak kembar itu bingung harus melakukan apa, alhasil mereka hanya berdiri di tempat.
"Duduk di sebelah mana ini, depan atau belakang?" Aliza meminta pendapat.
Alisa mulai berpikir."Kalau duduk di paling belakang bakal lama keluarnya, lihat noh banyak banget murid barunya, lebih baik duduk di paling depan aja gimana?"
"Boleh juga"
Mereka pun mengambil duduk di barisan paling depan yang kebetulan ada bangku kosong.
Kebisingan kelas terdengar, semua mulut para murid baru saling melempar pertanyaan pada teman sebangku yang masih asing atau yang sudah saling kenal.
Tiba-tiba kebisingan terhenti kala seorang guru, berumur sekitar 38 tahunan masuk ke dalam kelas.
Dengan senyum sumringah ia menyapa para murid."Selamat pagi anak-anak"
"Pagi Bu" jawab mereka bersemangat.
"Perkenalkan nama saya Mariska, kalian bisa panggil Bu Riska. Sebelumnya saya ke sini hanya mau menyampaikan informasi kepada anak-anak baru yang akan menempuh pendidikan di SMA kebangsaan ini, bahwasannya kalian di haruskan memilih jurusan terlebih dahulu"
"Ini adalah formulir pendaftarannya, silahkan di isi terlebih dahulu"
Bu Riska membagikan formulir itu satu persatu pada semua anak yang berada di ruangan yang sama dengannya.
Formulir itu berada tepat di depan Aliza, tanpa banyak bicara gadis yang sejak kecil sangat berambisius itu mengisi formulir.
"Za kamu milih jurusan apa, IPA IPS atau Bahasa?" tanya Alisa yang tetap diam di saat yang lain pada memilih jurusan masing-masing.
"IPA lah, dari awal kan aku pengennya ngambil jurusan IPA"
"Terus aku gimana?" bingung Alisa meminta pendapat.
"Terserah kamu mau milih jurusan yang mana, kalau mau sama kayak aku juga gak apa-apa, kalau milih jurusan lain juga boleh"
Alisa mulai berpikir untuk mengambil keputusan."Kalau milih jurusan Bahasa sih aku malas menghafal bahasa asing yang keseleo itu, kalau aku milih jurusan IPA fisik terluka alias fisikanya itu yang tidak bisa di ajak bkompromi, tepaksa deh aku milih jurusan IPS aja yang gampang dan gak ribet"
"Terserah mu, aku udah selesai nih, ayo kita kumpulin"
"Tunggu bentar, aku mau isi dulu" secepat kilat Alisa mengisi formulir pendaftaran itu.
"Gimana anak-anak apa sudah selesai?" tanya Bu Riska.
"Sudah Bu" jawab mereka.
"Sini kumpulin" titah Bu Riska.
Satu persatu murid-murid maju untuk mengumpulkan formulir pendaftaran yang telah mereka isi.
"Sementara sebelum di tetapkan ruang kelas kalian yang akan menjadi tempat untuk kalian belajar, silahkan istirahat terlebih dahulu. Tapi ingat jangan sampai kalian mengganggu kakak kelas kalian yang sedang belajar, mengerti semua" peringatan Bu Riska.
"Mengerti Bu" balas mereka.
Setelah mendengar hal itu Bu Riska kemudian keluar dari dalam kelas di susul oleh mereka semua.
Di ruangan besar itu kosong, seorang pun tak ada yang tetap stay di dalam.
"Kita kemana ini, kita tidak punya teman yang mengenal kita di sini?" kebingungan Alisa.
Bangunan megah SMA kebangsaan belum sepenuhnya mereka ketahui ada apa saja di dalamnya, banyak hal yang menjadi kesulitan mereka untuk menemukan perpustakaan, kantin dan lain sebagainya. Di tambah lagi mereka tak mengenal seorang pun yang dapat memecahkan masalah mereka.
"Hei nona, kau itu berasal dari desa, mana ada orang yang mengenal mu, bahkan di sini itu hanya kita berdua yang berasal dari desa Kamboja, kamu tau kan kalau SMA ini jauh sekali dari tempat tinggal kita" ucap Aliza menyadarkan Alisa.
"Terus kita ini kemana dong?" makin bingung Alisa.
"Udah berdiri aja di balkon, gak usah kemana-mana, kalaupun kita mau ke kantin, kita gak tau arahnya, mau nanya malu, pasrah aja kayak gini dulu" saran Aliza.
"Baiklah" pasrah Alisa.
Mereka berdua berdiri di balkon bagaikan patung, mata mereka melihat anak-anak yang berada di bawah.
"Eh itu bukannya anak yang bisa lihat setan bukan sih, soalnya sepupu aku duluannya sekelas sama mereka pas SMP" suara anak-anak yang bergosib terdengar di telinga Alisa dan Aliza.
"Iya itu memang mereka, aku kenal banget wajah mereka, aku sudah tau kalau mereka berdua itu anak indigo" jawab temannya.
"Iih ngeri tau, ayo kita ke sana aja, sepertinya mereka berdua itu di temani makhluk halus mangkanya aku jadi merinding" ajak anak itu.
"Iya aku juga merinding, ayo kita pergi saja" setuju temannya.
Raut wajah masam tampak jelas di wajah anak kembar yang sedari kecil memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan makhluk halus.
Alisa menghela nafas."Sia-sia kita sekolah jauh-jauh, ujung-ujungnya kelebihan kita di ketahui juga"
"Aku kan maunya sekolah di tempat di mana gak ada orang yang tau rahasia terbesar kita, boro-boro itu terjadi. Gak nyampe sehari aja orang-orang udah pada tau, sial banget nasib kita" imbuh Alisa sebal.
"Nasib-nasib, andai saja kita sekolah di luar negeri mungkin gak ada yang akan kenal sama kita" sahut Aliza.
Anak kembar itu meratapi nasib, kelebihan mereka yang mampu berinteraksi dengan makhluk halus secara face to face memiliki dampak positif dan juga negatif.
Dari segi positif dengan adanya indera keenam mereka dapat menolong orang yang sedang kesusahan. Tapi dari segi negatif mereka sulit punya teman, sebab orang-orang malah menjauhi mereka setelah mengetahui kelebihan mereka.
Tak segan-segan orang-orang menghina, mencaci maki mereka hingga membuat mental mereka down parah.
Dengan tatapan kosong mereka menatap lapangan, waktu luang ini tidak dapat mereka manfaatkan dengan baik.
Teeeeett
Bel berbunyi, para murid baru masuk kembali ke ruangan itu. Di mana telah ada seorang guru yang merupakan kepala sekolah bernama Bu Riska berdiri di depan mereka.
"Oke anak-anak ruang kelas kalian sudah tertera di Mading depan, silahkan di lihat dan nanti langsung cari tempat duduk karena akan ada wali kelas kalian yang mengisi jam terakhir" ucap Bu Riska.
Semua murid mengangguk, dengan berbondong-bondong mereka mendatangi Mading demi mencari ruang kelas baru mereka.
"IPA A1, hmm jadi itu ruang kelas ku" Aliza membaca tulisan yang ada di Mading, senyum manis terukir indah, setelah berdesak-desakan cukup lama akhirnya ia menemukan ruang kelas barunya.
"Za aku ada di IPS B3" tutur Alisa saat akhirnya ia dapat menemukan kelasnya juga.
"Oh ya, sana kamu ke kelas IPS, aku mau ke kelas IPA dulu, nanti kita ketemu di parkiran aja"
"Baiklah"
Alisa berlari ke kelas IPS di mana kelasnya berada sementara Aliza berjalan ke kelas IPA, tak lama dari itu ia pun tiba di sana.
Tanpa banyak bicara Aliza duduk di bangku barisan paling depan yang kosong, ia menunggu wali kelas yang di kabarkan akan mengisi jam terakhir.
"Aku boleh duduk di sini gak?" tanya seorang pemuda bermata elang, rambut acak-acakan dengan coolnya berdiri di depan Aliza.
Aliza mendongak lalu menatap pemuda tampan tersebut, kemudian menjawab."Boleh"
Pemuda yang tidak di ketahui identitasnya duduk di sebelah Aliza. Aliza merasa grogi, seumur-umur baru pertama kali ia duduk dengan lawan jenis. Biasanya Alisa lah yang duduk di sebelahnya mulai dari TK, SD, hingga SMP.
Pemuda itu mengeluarkan tangan."Angkasa, itu nama ku"
Ragu-ragu Aliza menjabah tangannya di sertai senyum kikuk."Aliza"
Detak jantung Aliza entah mengapa berdetak kencang jauh dari kata normal, sungguh kali ini ia benar-benar grogi, saking groginya Aliza sampai berkeringat dingin.
Guru masuk ke dalam kelas lalu perkenalan terjadi hingga waktu jam terakhir selesai. Jumlah murid dalam 1 kelas yang sama dengan Aliza adalah 40 orang, silih berganti mereka berkenalan di depan.
Teeet
Suara bel pulang berbunyi nyaring hingga terdengar seisi sekolah.
"Ibu akhiri dulu kurang lebihnya mohon maaf, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" salam Bu Fifi, wali kelas Aliza.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh" jawab murid-murid begitu bersemangat.
Bu Fifi keluar dari dalam kelas dan kembali ke kantor. Anak-anak yang sekelas dengan Aliza membubarkan diri dari dalam kelas.
"Ayo ke parkiran" ajak Angkasa.
"Iya ayo" setuju Aliza.
Setibanya di parkiran sudah ada orang yang berwajah sama dengan Aliza yang membuat Angkasa mematung sesaat.
"Loh kok sama, kalian kembar?" terkejut Angkasa ketika melihat Alisa dan Aliza yang berwajah sama.
"Iya kami kembar, dia Alisa saudara kembar ku" jawab Aliza.
"Hai nama ku Alisa, kamu siapanya Aliza, pacarnya ya" tebak Alisa tanpa mengontrol pertanyaannya terlebih dahulu.
"Teman lah masa pacar, kamu ini gimana" Aliza melototkan mata, pertanyaan yang di lempar Alisa di luar nalar.
"Tak kirain aja, aku cuman nebak doang gak tentu benar kan" tumpal Alisa tak merasa bersalah sedikitpun.
"Terserah, aku gak peduli. Ayo kita pulang aja, nanti bunda marah kalau kita gak pulang-pulang" ajak Aliza mengalihkan topik.
"Gak akan kok, bunda pasti berada di restoran, gak mungkin di rumah, jangan khawatir, bunda gak akan ngamok. Mbak Rinda gak akan ngadu macem-macem kok, dia gak akan berani" berani jamin Alisa.
"Aku mau ke restoran setelah ini, aku mau bantuin bunda, ayo pulang aja" ajak Aliza.
"Males lah za ke restoran mulu, gak di bayar pun" keluh Alisa.
"Di bayar lah, kita bisa minta gaji nanti, ayo pulang. Angkasa kita duluan, bye" pamit Alisa.
"Iya aku juga mau pulang bye" balas Angkasa.
Kedua anak kembar itu berlalu meninggalkan sekolah tempat yang akan mereka datangi setiap hari untuk menimba ilmu.
"Za tadi itu benaran teman kamu?" tanya Alisa kembali memastikan.
"Iya lah masa laki aku, kamu ini gimana sih, kok gak percayaan banget, aku aja sama dia baru ketemu masa sudah punya hubungan aja, kan gak wajar" geleng-geleng kepala Aliza
Mood Alisa benar-benar tak dapat di tebak, bisa-bisanya tadi ia melempar pertanyaan yang membuat kecanggungan terjadi.
"Tak kirain gitu, kamu jangan marah dulu, aku kan cuman nanya doang" jawab Alisa.
"Ya ya ya, kita ini langsung ke rumah apa langsung ke restoran aja?"
"Restoran aja biar nanti kita pulang bareng ayah sama bunda, kalau langsung ke rumah aku pasti gak akan mau ikut kamu ke restoran" sahut Alisa.
"Iya karena kerjaan mu molor terus!" tutur Aliza.
"Ya iyalah, tidur itu hal yang paling tenang" ucap Alisa.
"Gak sekalian tidur untuk selamanya aja" ujar Aliza.
"Enak aja, aku masih mau hidup, gak mau mati dulu" tak terima Alisa.
"Iya, sstt jangan berisik, ayo cepat bawa aku ke restoran" titah Aliza.
"Iya" Alisa melajukan motor menuju restoran.
Setelah sekitar 15 menitan akhirnya mereka sampai di restoran.
"Bunda ayah" sapa mereka dengan girang.
Seorang wanita bernama Diana Sari Qiensyah, usia sekitar 35 tahun terkejut melihat dua anak gadis yang berlari memanggilnya.
"Loh kok ke sini, gak pulang dulu ke rumah" terkejut bunda.
"Enggak Bun, kita langsung ke sini aja biar nanti kita pulang bareng kalian" jawab Alisa.
"Ya sudah sana kalian ganti baju gih" suruh seorang pria bernama Rangga, yang usianya kira-kira 37 tahun yang merupakan ayahanda Alisa dan Aliza.
"Baik ayah" sahut keduanya.
Mereka berganti baju, setelah selesai baru mereka mulai membantu ayah dan bunda yang sibuk mengurus restoran karena hari ini banyak sekali pengunjung yang berdatangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments
Cinta Arabela
halo Thor aku mampir nih🤗
2022-10-11
0
Maria Saputri
aku mampir thor
2022-10-03
0
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
udah tamat,apa udah boleh dibaca?udah selesai refisinya?
2022-08-17
1