"Aku harus kemana ini, pulang ke rumah apa ke mall aja, tapi malas lah kalau ada orang yang liatin aku, apa lagi kalau sampai nanya-nanya, hei kok muka kamu mirip Azril Argadinata, kamu anaknya ya, ish malas lah yang mau jawab, kemana ini enaknya" bingung Angkasa yang saat ini berada di jalanan.
Angkasa terus saja berjalan tanpa arah dengan membawa tasnya.
Tanpa menoleh ke kanan dan kiri Angkasa menyebrang jalan.
Citt
Brukk
Tubuh Angkasa terlempar jauh, kepala itu menghantam trotoar, darah-darah mengalir dengan deras, mata itu menatap langit dengan seksama.
Mata Angkasa tertutup rapat.
"Pak kita nabrak orang gimana ini" istri sang penabrak mulai panik.
"Kita lari aja bu, bapak gak mau di tangkap polisi" jawab suaminya.
"Iya ayo pak kita pergi saja" setuju istrinya.
Mereka berdua tanpa tau rasa iba pergi meninggalkan Angkasa yang terluka, Angkasa masih dapat mendengar suara mereka namun ia tak bisa melihatnya.
Craangg!
Tiba-tiba gelas yang di pegang eyang terjatuh ke bawah.
"Ada apa ini, kenapa perasaan aku gak enak banget, Lan Lani" teriak eyang.
"Ada apa eyang?" bi Ipah menghampiri eyang yang teriak-teriak>
"Tolong panggilkan Lani ke sini" titah eyang.
"Baik eyang" jawab Bi Ipah.
"Bu di panggil eyang ke kamarnya" bi Ipah mendekati tante Lani yang berada di ruang tamu.
"Ada apa? apa eyang sakit lagi?" tante Lani langsung khawatir.
"Gak tau juga bu, ibu temui aja eyang langsung" jawab bi Ipah.
Tante Lani berjalan mendekati kamar eyang.
"Ada apa dengan eyang,kenapa eyang manggil aku?" penasaran tante Lani.
"Angkasa sudah pulang Lani?"
"Belum eyang, dia masih belum pulang juga, supir lagi jemput dia, bentar lagi juga dia akan pulang kok" jawab tante Lani.
"Kamu cepat hubungi dia, perasaan eyang gak enak banget" titah eyang.
Tante Lani menghubungi Angkasa.
tutt
tutt
tutt
"Kok gak di angkat-angkat sama Angkasa, kemana anak itu, kenapa telpon aku tak dia angkat" tante Lani mulai cemas.
"Ada apa ma, kok mama cemas gitu?" om Azril mendekati mereka.
"Ini loh pa Angkasa masih belum pulang jam segini, perasaan mama sama eyang pada gak enak, mama takut ada apa-apa sama dia" jawab tante Lani.
"Mama jangan cemas dulu, kita tunggu aja supir pulang, mereka pasti ada di perjalanan kok" om Azril menenangkan tante Lani dan juga eyang yang lagi cemas.
"Iya kita tunggu dulu saja" setuju tante Lani.
Mereka menunggu supir yang menjemput Angkasa pulang.
Aku berjalan menuju taman kota.
"Itu siapa kok tiduran di sana, pake seragam sekolah lagi, apa jangan-jangan itu korban tabrakan ya, aku harus samperin"
Aku berlari mendekatinya.
"Angkasa"
Aku ternganga melihat Angkasa yang berbaring dengan bersimbah darah di pinggir jalan yang memang lagi sepi.
"Angkasa kamu kenapa, kamu bangun sa, buka mata kamu"
Aku melirik ke kanan dan kiri.
"Tidak ada arwah, Angkasa berarti Angkasa masih hidup, aku harus bawa dia ke rumah sakit, aku harus telpon Alisa"
"Sa kamu di mana, cepat tolongin aku, aku berada di jalan dekat taman kota, aku nemuin Angkasa yang tertabrak di sini, cepat bantu aku bawa dia ke rumah sakit, kamu ajak karyawan laki-laki ke sini, suruh dia bawa mobil bunda"
"Baiklah, aku akan segera ke sana" jawab Alisa mematikan sambungan.
"Mas tolong ikut aku ke jalan dekat taman kota,bawa mobil bunda" ajak Alisa pada karyawan laki-laki.
"Ada apa non?" penasaran karyawan-karyawan itu.
"Teman aku kecelakaan di sana mas, ayo cepat tolongin dia, di sana sudah ada Aliza" jawab Alisa.
"Baik non" setuju karyawan lelaki itu.
Dengan cepat mereka bertiga berangkat ke lokasi.
"Angkasa bangun, kamu kenapa kok bisa tertabrak begini, kamu mau kemana sa"
Aku menangisinya yang masih tak kunjung membuka mata.
"Sa buka mata kamu, kamu jangan pergi secepat ini, aku gak akan punya teman lagi nantinya"
Aku terus menangisinya, tak ada satu orangpun yang melintas di jalanan, sehingga tak bisa ku mintai tolong.
Tak berselang lama dari itu Alisa sampai di lokasi.
"Itu mas orangnya, ayo cepat bawa dia ke rumah sakit" tunjuk Alisa ke arah kami.
"Baik non" jawab mereka.
"Mas tolong angkat Angkasa ke mobil dan bawa ke rumah sakit"
"Iya non" jawab mereka.
Mereka membawa Angkasa ke rumah sakit, sepanjang perjalanan aku merasa cemas takut Angkasa tidak tertolong.
Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama, akhirnya mobil sampai di rumah sakit.
"Suster" panggil ku dengan sedikit berteriak.
Suster-suster yang mendengar langsung mendekati kami dengan membawa brankar.
Mereka mendorong brankar menuju ruangan UGD.
"Dokter tolong selamatkan Angkasa"
"Baik, kalian tunggu di sini saja, tidak boleh masuk" jawab dokter.
Kami menurut, aku menunggu dengan cemas.
"Mas balik aja ke restoran, kalau bunda udah sampai di restoran, bilang aja kalau kita berdua ada di sini" suruh Alisa.
"Baik non" jawab mereka lalu pergi meninggalkan kami.
"Gimana ceritanya kok kamu bisa nemuin Angkasa di sana?"
"Aku cuman gak sengaja lihat ada pemuda yang berbaring di pinggir jalan, aku samperin dan ternyata itu Angkasa, jalanan itu sepi tidak ada orang yang lewat, mangkanya tidak ada orang yang membantu Angkasa"
"Kasihan dia, kamu tau di mana rumahnya gak, kita harus beri tau keluarganya?"
"Aku gak tau, aku gak nanya tentang keluarganya, tapi yang jelas Angkasa itu sama seperti kita, dia bisa lihat juga"
"Yang benar saja kamu ini, masa iya Angkasa anak indigo seperti kita" kaget Alisa.
"Beneran, kamu jangan berisik ini rumah sakit, nanti di marahin sama susternya"
"Iya"
Alisa pun diam, kami terus menunggu di depan ruangan UGD.
Krieet
Pintu ruangan UGD terbuka, aku dan Alisa langsung menghampiri dokter yang keluar.
"Gimana dokter keadaan Angkasa, gak parah kan dok?"
"Tidak parah, tidak ada luka yang serius" jawab dokter.
"Alhamdulillah syukurlah Angkasa tidak apa-apa, dokter boleh gak kita masuk ke dalam?"
"Boleh, tapi urus administrasi dulu" jawab dokter lalu berlalu meninggalkan kami.
"Sa kamu aja yang bayar sana, nih pake kartu kredit aku aja"
"Dasar kamu ini, sukanya nyuruh-nyuruh, baiklah aku yang akan bayar, kamu masuk aja ke dalam" jawab Alisa dengan kesal.
"Terima kasih kakak ku" senang ku lalu aku masuk ke dalam ruangan UGD.
"Angkasa"
Aku mendekati Angkasa yang terbaring lemas di brankar.
"Terima kasih sudah mau nyelamatin aku"
"Sama-sama, kamu kok bisa di tabrak, kamu mau kemana emangnya?"
"Tadi itu aku gak lihat-lihat saat mau nyebrang jalan, mangkanya jadi kayak gini, aku cuman mau ke sebrang jalan doang, gak taunya ada mobil yang nabrak aku"
"Kamu gak bawa motor?"
"Enggak"
"Oh ya sini aku minta nomor telpon keluarga kamu, aku yang akan telpon mereka biar mereka datang ke sini"
Angkasa tiba-tiba langsung terdiam.
"Bagaimana ini, aku gak mau mama sama papa datang ke sini, aku malas di ceramahin habis-habisan sama mereka, aku bilang aja kalau aku amnesia, tapi aku sudah ingat Aliza, tak mungkin aku berbohong seperti itu, Aliza gak akan percaya juga" batin Angkasa.
"Woy kok bengong"
"Gak usah za, orang tua aku tidak ada di sini, percuma kamu telpon, mereka gak akan datang"
"Saudara kamu gitu gak ada di sini juga?" .
"Enggak ada, kamu gak usah khawatir, aku bisa di sini sendirian kok, nanti setelah sembuh aku akan pulang ke rumah"
"Baiklah kamu baik-baik di sini, jangan sampai kamu ketemu sama hantu bisa berabe nanti"
"Tuh hantunya sudah nongol" tunjuk Angkasa ke belakang ku.
Seorang kuntilanak berdiri di ambang pintu.
"Hai aku kuntilanak di rumah sakit ini, kalian berapa lama berada di sini nantinya?" sapa kuntilanak itu.
"Gak tau juga mbk, mungkin 1 atau 2 doang, aku sudah enakan kok, gak akan lama di sini" jawab Angkasa.
"Yah kok cepet banget, aku boleh ikut kalian gak, aku pengen punya teman manusia" titah mbk Kunti.
"Jangan mbk, kasihan rumah sakit ini akan sepi tanpa mbk yang setiap malam bernyanyi di sini"
"Iya juga sih, ya udah deh aku gak akan ngikutin kalian, kalian duduk manis saja di sini, kalau ada hantu yang gangguin kalian, tinggal bilang mbk, aja mbk ada di pohon taman itu" suruh mbk kunti.
"Baik mbk, kita akan langsung kasih tau mbk kok, mbk tenang saja"
"Aku mau pergi dulu, sampai jumpa" pamit mbk kunti lalu menghilang dari hadapan kami.
"Sampai jumpa lagi" jawab kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments
Mia Aramor
huft pergi juga tuh Kunti
2022-10-10
0