Angkasa anak bungsu keluarga bermarga Argadinata tiba di mansion mewah. Anak kelomerat yang sedari kecil tinggal di luar negeri dan menempuh pendidikan di sana, tapi kali ini Angkasa ingin mengenyam pendidikan di Indonesia.
"Loh kok mama sama papa ada di rumah, tumben mereka gak ke kantor, ada angin apa ini. Tumben-tumbenan mereka berada di rumah jam segini, pasti ada apa-apa ini, aku harus waspada" gumam Angkasa.
Angkasa melangkah menaiki tangga, kamarnya berada di lantai 2.
Angkasa duduk di meja makan bersama keluarganya, segala macam hidangan tersaji di meja makan.
"Kamu milih jurusan apa sa?" tanya pria berjas hitam, CEO PT Citra Purnama, salah satu orang berpengaruh di negeri ini bernama Azril Argadinata.
"IPA pa" jawab Angkasa.
"Kamu lebih baik ikut mama sama papa aja keluar negeri 2 hari lagi, kamu sekolah di sana saja, jangan di sini gimana" saran Lani, ibu Angkasa.
"Enggak mau ma, aku sekolah di sini saja, mama sama papa kalau mau keluar negeri silahkan, aku gak mau ikut" tolak Angkasa.
Niat Angkasa yang ingin menetap beberapa tahun di Indonesia begitu gigih, tak akan pernah Angkasa mau keluar negeri sebelum lulus dari bangku SMA.
"Kamu mau tinggal bareng siapa di sini, gak ada eyang di sini" khawatir Lani.
Meninggalkan seorang anak bungsunya di negeri ini begitu risau di hati wanita bernama Lani yang berusia 35 tahun itu.
Apalagi Angkasa adalah anak kolomerat yang di sembunyikan oleh keluarga, sebab orang tua Angkasa tidak mau orang-orang tau kalau Angkasa anak bungsu mereka.
Ancaman dari musuh akan besar jika sampai semua orang tau siapa anak-anak dari keluarga bermarga Argadinata.
"Sendiri, aku bisa kok ma jaga diri, aku sudah besar, mama gak usah khawatir sama aku" jawab Angkasa.
"Gak bisa, kamu harus ikut sama mama dan papa, di luar negeri itu sekolahannya lebih bagus dari pada di sini, fasilitas oke" tante Lani berusaha membujuk Angkasa buat ikut keluar negeri.
"Pokoknya aku gak mau ikut mama sama papa, aku mau sekolah di sini saja titik" tegas Angkasa.
"Gak bisa, kamu harus ikut mama sama papa keluar negeri, kamu gak boleh batah apa yang mama katakan, kamu jangan jadi anak durhaka, kamu harus nuruti keinginan mama" tegas tante Lani tidak mau kalah.
"Tapi ma, aku gak mau tinggal di luar negeri, sudah cukup TK, SD, SMP ku di luar negeri terus, bosan aku bergaul dengan orang-orang bule itu, lebih baik aku tinggal di indo aja, di sini suasana sesuai dan nyaman, plis ya ma aku mau tinggal di sini saja, ada bi Ipah kok yang akan ngurus semua keperluan aku, mama tidak usah khawatir" mohon Angkasa.
"Gak boleh, kamu harus ikut mama sama papa, titik gak pake koma, dua hari lagi waktu kamu di negara ini" jawab tante Lani
Angkasa mengerucutkan bibirnya, tanpa menjawab dia langsung meninggalkan meja makan.
"Dasar anak itu, kenapa dia malah pergi begitu saja" tante Lani memandangi punggung Angkasa yang masuk ke dalam kamar eyang.
"Eyang udah minum obat" eyang menoleh ke arah Angkasa.
"Udah nak, kamu udah pulang?" eyang melihat Angkasa yang mendekat.
"Udah dari tadi eyang" jawab Angkasa.
"Kenapa wajah kamu manyun seperti ini, ada apa nak?" penasaran eyang.
"Eyang mama sama papa mau ngajak aku keluar negeri, aku gak mau berada di sana, aku sudah bosan dengan lingkungannya, bagaimana ini eyang, aku gak mau ke sana" bingung Angkasa.
"Kamu yang sabar nak, orang tua kamu itu melakukan ini semua juga demi kebaikan kamu, kamu harus turutin ya" jawab eyang.
"Tapi eyang, aku gak mau berada di sana, baru aja aku merasakan kehidupan sekolah yang aku sukai, tapi hari ini aku kembali dengar berita tidak baik yang bisa mengganggu kesenangan aku" tolak Angkasa yang sudah tak betah tinggal di luar negeri.
"Kamu yang sabar saja, cuman tiga tahun saja, itu cuman sebentar" eyang mengusap punggung Angkasa untuk menenangkannya.
"Tiga tahun itu lama eyang" jawab Angkasa dengan wajahnya yang masih manyun.
"Sudah kamu jangan sedih, sana kambli ke dalam kamar gih, gak udah mikirin hal ini dulu" suruh eyang.
"Baik eyang" jawab Angkasa.
Angkasa meninggalkan eyang sendirian di dalam kamar.
Di sisi lain.
"Ayo pulang, udah malam ini, anak-anak juga besok sekolah, nanti ngantuk di kelas" ajak ayah.
"Iya ayo, ayo anak-anak masuk ke mobil" ajak bunda.
Kami berdua masuk ke dalam mobil.
Bunda melihat ke arah kami dari kaca."Gimana sekolahnya seru?"
"Seru-seru aja bun, di seru dikit biar bisa di bilang seru" jawab Alisa.
"Loh kok jawabnya gitu, memang ada apa di sekolahan?" penasaran bunda.
"Belum apa-apa aja kelebihan kita udah di ketahui sama anak-anak bun, mereka ada yang genali wajah kita, mangkanya kita kek nyesel sekolah jauh-jauh" jawab Alisa.
"Kasihan anak bunda, kalian harus semangat, ini itu pilihan kalian, kalian harus terima, suruh siapa dari awal kalian mau masuk sekolah itu" prihatin bunda.
"Iya bun kami terima kok, bunda jangan khawatir, kita siap dengan apa yang kita putuskan, inilah dunia gaib yang telah memerangkap kita berdua" jawab Alisa.
Ayah melirik kami dari kaca."Yang penting itu tidak ada yang membully kalian itu aja, kalau ada yang membully itu bahaya"
"Enggak akan kok ayah, kita gak akan tinggal diam kok ya kan za?" Alisa melirik ke arah ku.
"Iya"
Hening, tak ada lagi percakapan yang kami lakukan setelah itu.
Mobil terus melaju sampai akhirnya mobil ini masuk ke dalam jalanan desa.
"Siapa itu sa?"
"Enggak tau juga" jawab Alisa.
Sosok perempuan berpakaian putih dengan senyuman manisnya berdiri di pinggir jalan seperti menunggu kedatangan kami.
Aku menatapnya dengan tatapan bingung karena selama ini aku tidak pernah melihatnya di desa ini.
Alisa memperhatikan sosok itu dengan seksama."Kamu kenal gak za?"
"Enggak sama sekali, aku gak tau dia, kamu jangan nanya aku"
Bunda melihat ada yang aneh pada kami berdua."Ada apa kok kalau bisik-bisik kayak gitu?"
"Gak ada apa-apa kok bun, kita cuman lagi membahas sesuatu yang rahasia dan tidak boleh di beritahu pada orang-orang termasuk bunda" jawab Alisa.
"Ooh udah main rahasiaan ya, awas saja gak akan bunda izinin kalian berpetualang dengan mereka yang tak kasat mata, biar kalian tau rasa" ancam bunda.
"Ish bunda ini kenapa garang sekali, gak bisa gitu ayah cariin ibu yang baik, penyayang, lemah lembut, lah ini macam singa saja" ayah hanya tersenyum mendengar ucapan Alisa.
"Eh tanpa bunda, kalian berdua ini gak akan lahir, enak saja kalian ngomong seperti itu, sebagai hukumannya bunda akan potong uang jajan kalian" tak terima bunda yang di katain seperti itu.
"Inalillahi wa innailaihi rojiun, tega sekali bunda ini" jawab kami kompak.
"Bodo amat, suruh siapa kalian ngatain bunda" bunda masih marah sama kami ia masih tak mau mencabut keputusannya.
"Tega banget bunda ini, gimana sih ayah ini, kenapa gak nyari ibu yang baik buat kita gitu" Alisa menyalahkan ayah dalam hal ini.
"Bagaimana lagi, orang dapatnya seperti itu, kamu harus terima, dia itu bunda kamu juga, gimana sih kok ayah yang di demo" jawab ayah.
"Kan ayah yang salah" Alisa masih terus menyalahkan ayah.
Wuushhh
Tiba-tiba angin kencang lewat dengan cepat.
Kami berdua diam tak bergeming.
"Kok senyap, ada apa ini?" bunda semakin merasa aneh pada kami berdua.
"Ada hantu ya" tebak ayah.
"Enggak kok bun" jawab kami.
"Udah gak usah boong, kami sudah tau kok, orang mana hantunya?" penasaran ayah.
"Gak tau juga, kita gak kenal, besok aja kita akan cari dia, malam ini kita biarkan aja dulu, lagian dia gak ganggu"
"Tolongin kasihan, biar dia gak ganggu masyarakat di sini" tintah ayah.
"Baik ayah, pasti besok dia akan datangin kita juga kok, kalau dia mau minta bantuan kita" jawab kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments
Anastasya
baru pertama baca aja udah tegang 🤐
2022-12-18
0
Maria Saputri
siapa wanita itu?
2022-10-03
0