Justin menghempaskan tubuhnya ke ranjang yang penuh kenangan bersama istrinya. ia merindukan mereka. Justin melakukan Video call, tak menunggu lama Namira muncul. ia tersenyum senang melihat suaminya.
"kak.. kangen". rengek Namira
"sama sayang. makanya video call. mana si kecil sayang.. ". tanya Justin
"ini lagi bobo. baru aja". Namira menunjukkan baby keyra ke Justin.
"kakak udah makan? . gimana kerjaannya. lancar? ". tanya Namira perhatian.
"udah tadi di kantor". dusta Justin. karna ia tak ingin membuat istrinya khawatir. jika selama ini dia tidak bernafsu makan.
"kakak kelihatannya capek banget. jangan malam malam ya tidurnya. jangan kerja mulu."
Namira menasehati suaminya.
"iya sayang. kamu juga. banyakin makan. habis itu kasih makan aku ya? ". canda Justin
"hehe. pake apa?" aku kirim paketan ya?". tanya Namira lugu.
Justin tersenyum melihat keluguan istrinya. hampir satu jam mereka melakukan video call, hingga akhirnya Justin melihat Namira menguap.
"ya dah bobo gih sana. ntar besok Keyra bangun minta nyusu kamu masih ileran di kasur". seloroh Justin
"ihh kakak. kapan aku ileran.". protes Namira
"sering sayang. kamunya aja ga nyadar". ucap Justin meyakinkan
"ahh udah ahh. udah ya. bye sayang. I love u. ". Namira mengalih kan pembicaraan
Justin terkekeh senang melihat rona pipi di wajah istrinya.
"I love u too. ochi". ucap Justin penuh rindu. akhirnya mereka menutup ponselnya masing masing.
Sementara dari tempat yang berjarak jauh seorang wanita bernama Dea, yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka. hanya bisa berdecih dan memutar bola matanya jengah, mendengar dua insan itu saling mengungkapkan kata mesra bak seperti anak ABG
"cih. najis gue dengarnya. sok mesra, sok merasa paling romantis.". omel Dea yang masih mengunyah mie keriting pedas manis kesukaannya.
"sayang sayang kepala loe peyang. habis cinta lu gue tendang. terus melayang deh". kekeh Dea mengejek pasangan yang tak pernah ada di hadapan Dea.
ketika Dea masih mengunyah masakannya dengan hati yang mendongkol karena pasutri yang ia benci. tiba tiba sebuah suara yang ia hafal betul memanggil namanya
..."MiDEA"...
...----------------...
Justin baru saja membersihkan dirinya. ia menatap dirinya di kaca cermin tanpa sengaja ia menyentuh botol parfum dan terjatuh dari meja rias tersebut. dan terguling di bawah kolong meja kecil yang berada di sampingnya.
Justin berusaha mengambilnya, tanpa sengaja ia menyentuh sesuatu yang menempel di sisi kiri kolong berdekatan dengan botol parfum yang jatuh tersebut. Justin mengambilnya dan memperhatikan benda yang berwarna hitam tersebut dengan setitik cahaya lampu berwarna biru.
Justin mengernyitkan dahinya. lalu sudut bibirnya tertarik ke atas dan terkekeh kesal. ia tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya. merutuki kebodohan nya di kerjai oleh istri gilanya berkali kali. lalu ia memanggil sebuah nama pemilik alat sadap tersebut.
"Midea". Justin memanggil nama istrinya dengan lantang
"aku yakin kamu mendengar aku sekarang ini". ujar Justin.
"aku ingin kamu pulang. kita bisa bicarakan ini baik baik."Justin menjeda kalimatnya.
"aku ingin kamu tau. kita bisa hidup saling berdampingan tanpa saling menyakiti lagi. aku bisa memberikan apa yang kamu mau. apa pun itu. temui aku besok oke. aku tunggu. kamu bisa datang kapan pun kamu merasa nyaman untuk menemui aku".
Justin menarik dalam nafasnya. ia masih memegang benda kecil tersebut. ia berharap besok atau besoknya Dea bersedia menghubunginya. ia yakin Dea tak memiliki kekuatan apa pun sekarang. bahkan uang terakhir yang Dea miliki telah ia blokir. makanya Dea membayar makanannya dengan ponselnya.
sementara Dea termangu mendengar kata kata Justin barusan. kepalanya tertunduk dalam. ia bangun dari duduknya dan membereskan piringnya menuju wastafel untuk mencucinya. ia berusaha melupakan semua kata kata yang membuatnya trenyuh sesaat. Dea menggeleng kan kepalanya berkali kali.
"no. Dea. kamu sempat terperdaya dengan perlakuan manisnya dulu". bathin Dea
"tetapi kamu butuh kebebasan. kamu butuh hidup kamu yang dulu". otak Dea berbisik.
"loe bisa membuat kesepakatan dengannya untuk hidup loe ke depan. minimal loe ga di kejar kejar kayak buronan gini". otak Dea
"jangan Dea. bisa jadi itu jebakan". bathin Dea
"loe masih punya senjata yang bisa lu andalkan. keluarkan semuanya buat berjaga jaga.". otak Dea
"hah" jerit Dea bimbang bercampur kesal.
bimbang karena otak dan bathin Dea terus berseteru menderukan ide ide baru yang saling bertolak belakang antara keduanya.
kesal karena Justin telah mengetahui jika selama ini Dea menyadapnya. dan itu berarti Dea kehilangan informasi tentang keluarganya. dengan kata lain Dea kesulitan untuk melakukan pekerjaan nya dalam membuat mereka sekeluarga menderita secara perlahan.
...----------------...
Dea memasukkan semua senjatanya ke dalam tas slempang nya yang berukuran sedang dan juga sisa uang yang dimilikinya. hari ini ia memutuskan untuk menemui Justin di tempat yang Dea tentukan.
jika sebelumnya Dea menemui seorang pengacara untuk membuat suatu perjanjian hitam di atas putih.
Dea datang menemui Justin ketika Justin tiba lebih dulu di sebuah kafe yang sepi dan jauh dari kota. sebelumnya Dea mengintai Justin apakah ia menepati janjinya untuk datang sendiri tanpa pengawalan seperti biasanya.
Justin melirik jam tangannya hampir setengah jam ia menunggu Dea. ia memperhatikan sekelilingnya, hanya beberapa orang pengunjung yang sedang bersantai ria di kafe pesanan Dea tersebut. tak lama kemudian ia melihat Dea muncul dengan seseorang. ia menarik sudut bibirnya, menyambut Dea.
"hallo Dea. apa kabar? ". tanya Justin ramah. ia memperhatikan penampilan Dea yang terlihat cantik dengan kemeja putih dan rok tutunya serta rambut panjangnya yang di biarkan terurai rapi.
Dea tersenyum sinis, mendengar keramah tamahan Justin yang menurutnya hanya sekedar basa basi belaka.
tanpa menjawab pertanyaan dari Justin Dea dan pengacara nya langsung mengambil tempat duduk di seberang meja yang berhadapan dengan suaminya.
ia meminta berkas dari pengacara nya dan menyerahkan ke Justin untuk tanda tangan.
"apa ini Dea? ". tanya Justin penasaran, dan mengambil berkas yang di serahkan Dea.
"tanda tangani itu sekarang juga. itu adalah kesepakatan di antara kita". ucap Dea datar.
Justin tertawa kecil begitu membaca isinya.
"untuk apa. kita bisa melakukan nya tanpa harus melibatkan orang lain. ini hanya di antara kita berdua saja bukan? ". tanya Justin kembali tanpa melepaskan tatapannya dari sang istri yang membuat perasaannya ber ubah ubah seperti hari ini.
Jika tadi ia begitu terpesona dengan kecantikan Dea. sekarang ia begitu kesal dengan tingkah Dea. bahkan ia sudah tidak sabaran ingin menangkap dan mengurung Dea kembali ke rumah sakit jiwa agar Dea bisa segera sembuh dan bisa menjadi wanita yang normal pada umumnya. wanita yang menurut apa kata suaminya. wanita yang tidak memiliki ide ide aneh seperti Dea. serta wanita yang tidak pernah membuat masalah yang membuat gempar satu dunia karena ulahnya.
"agar aku bisa percaya kalau kamu tidak akan membohongiku Justin". ucap Dea datar.
mereka saling bersitatap. hingga akhirnya Justin pun menandatangi berkas tersebut. ia menyerah kan kembali kepada Dea. untuk di tanda tangani oleh Dea. maka kesepakatan di antaranya sah di mata hukum. lalu pengacara tersebut menyimpan berkas tersebut.
Dea merasa puas. dan mengundurkan dirinya dari hadapan Justin. tetapi baru ia melangkah sebuah mobil ambulance datang ke kafe dimana Dea dan Justin berada. Dea melihat dr Yudi dan perawat lainnya datang menghampiri nya. serta bodyguard datang dari arah lain.
Dea melihat Justin dan pengacara nya. ia tau kini jika ia telah di jebak melalui pengacaranya sendiri.
"maaf bu. saya tidak bisa bekerjasama dengan pasien yang memiliki riwayat kejiwaan". sebaiknya ibu kembali menjalani perawatan terlebih dahulu". ucap pengacara tersebut.
...----------------...
jangan lupa untuk
like, vote, komen, and rate.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
meli meilia
Cinta sang Maharani hadirr yaa kak.. smangatt😘
2022-04-02
1
Anita_Kim
Aku di sini.
2022-02-27
3