Lau Luo terkejut sadar dan dia mulai merasakan nafasnya sesak tidak teratur, dia juga bisa merasakan beban berat menimpanya dan mulai menggoyang pelan orang itu.
Nyeri di pipinya membuat Lau Luo meringis sakit, dia meraba wajahnya sendiri dan menemukan jejak kram di sana yang membuatnya mulai berpikir sejak kapan kumbang Chi bisa menampar orang lain, namun bekas memar itu terlihat tidak sedalam dari luka-luka yang di akibatkan oleh kumbang Chi, dan dia hanya menghela nafas.
Dia melihat terkejut Mo Yiyang yang sudah terkujur pingsan, dia mengusapnya dengan jari tangannya secara pelan dan membangunkannya. "Hei.."
Lau Luo bisa kembali mendapatkan ketenangannya saat merasakan hembusan teratur dari orang itu, mungkin terdengar seperti nafas orang tidur, orang kelelahan, namun juga nafas yang sedikit pendek tapi masih teratur yang menandakan orang itu memang belum mati.
Saat melihat Mo Yiyang menutup mata dan beberapa kumbang Chi mengigit nya, Lau Luo langsung merasakan syok musim gugur karena berpikir bocah itu telah mati. Dan dia, tidak bisa kembali di punggungnya untuk membawa seonggok mayat.
Jadi dia menepuk-nepuk pelan punggung yang terluka itu dan entah sampai kapan dia memejamkan matanya yang terasa lelah sampai tiba-tiba dia terlelap tidur, meskipun dia kurus dan tidak enak, tapi dia dengan senang hati menjadi kasur untuk orang lain.
Meskipun bau badannya sangat bau seperti pantat babi.. tapi lebih baik daripada berbaring di tanah yang dingin dan becek.
*
Mo Yiyang berbatuk-batuk saat berdiri, dia bisa merasakan sinar hangat dari langit yang terang menembus celah daun di atasnya yang menjulang tinggi dan matanya menyimpit ke atas untuk mengamati hari yang sudah hampir terik.
Dia duduk di dekat Lau Luo kemudian membangunkannya. "Bangun, sekarang sudah pagi."
Tidak butuh waktu lama untuk Lau Luo mengerjap bangun, dia berdiri dan tersenyum. "Sudah bangun."
"Baiklah, ayo kita pulang." Lau Luo seperti seolah-olah baru saja merasakan badai besar datang menimpa mereka berdua, tapi sekarang badai mengerti itu sudah berlalu, dan yang terpenting mereka berdua selamat dengan anggota tubuh yang utuh. Dia merasa senang bahwa mereka bisa pulang dengan selamat meskipun mengalami luka di beberapa tempat dan mereka pantas untuk senang atau menghela lega karena mereka telah melewati peristiwa antara hidup dan mati di hutan belantara, hutan yang di semayami ribuan hewan Chi dengan keahlian beladiri.
Pertarungan yang baru saja di lakukannya sangat sengit untuk hidup, ketika mereka hanyalah masih seorang berusia empat dan tujuh tahun, yang dengan umur seperti itu mereka sudah menjadi incaran empuk beberapa hewan liar yang hampir merenggut nyawanya, yang tentu saja juga membuat keajaiban yang bahkan mereka belum genap usia sepuluh tahun, tapi mereka sudah bisa mencoba tetap hidup dan bertahan di tengah-tengah bahaya binatang yang buas.
Dia mengulurkan tangannya untuk membantu Mo Yiyang berdiri tapi kali ini Mo Yiyang bersikeras untuk berjalan sendiri, jadi Lau Luo mau tidak mau hanya bisa memapahnya.
Meskipun luka mereka sudah berangsur sembuh, tapi langkah kaki mereka terasa lambat. Mo Yiyang bertanya pada Lau Luo. "Apa kau tahu jalan kita kembali?"
"Aku tidak tahu." Dia berkata jujur karena dia sendiri orang bodoh yang tidak berpendidikan.
Baiklah, Mo Yiyang akan mengandalkan kepintarannya untuk mencari jalan kembali, pertama-tama mereka harus menemukan aliran air. Jadi dia hafal setiap sungai yang sudah mereka datangi, saat meninggalkan jejak di antara pohon sewaktu dia berjalan keluar sendirian, dia bisa menemukan tanda yang dia buat untuk kembali.
"Perhatian pohon yang paling besar, dan ikut kemana arah akarnya. Mungkin itu bisa memandu kita kembali."
Lau Luo tidak terlalu mengerti dengan jelas, dia tidak sepintar orang itu. Jadi dia hanya mengangguk dan memapahnya berjalan sesuai perintah.
Mereka berjalan mengikuti arahan akar pohon, yang biasanya akar pohon akan merambat ke arah mata air. Setelah perjalanan panjang, Lau Luo bisa mendengar suara gemericik air sungai masuk ke telinganya. Dia buru-buru memberitahukan itu pada MoYiyang dengan gembira karena bisa menemukan jalan pulang.
Mo Yiyang merasa heran. "Aku tidak mendengar suara mata air apapun."
Lau Luo mempertajam pendengarannya dan dia semakin mendengar dengan lebih jelas. "Aku mendengarnya."
Mereka berdua berjalan sekitar dua kilometer sampai berhasil menemukan sungai dengan air yang sangat jernih dan juga membuat Mo Yiyang terkejut heran merasakan kemampuan pendengaran Lau Luo. Dia berdecak kagum karena Lau Luo mempunyai telinga yang lebih baik setelah hanya belajar sedikit qi, meskipun itu bukan qi murni yang seharusnya.. melainkan qi iblis.
Lau Luo merasa telinganya menjadi lebih sensitif, tapi tidak menyangka akan sejauh ini jaraknya. Dia sempat merasa gelisah jika pendengaran telinganya mengalami kesalahan dan itu akan memalukan harga dirinya.
Mo Yiyang tersenyum kecil, dan memberikannya pujian. "Di masa depan kau mungkin akan menjadi orang yang kuat, juga orang yang di takuti oleh orang lain."
Lau Luo sempat menatapnya tanpa berkedip, dan matanya terbelalak lebar.
Jadi orang yang hebat dan di takuti ya?
Dia bertanya. "Apa itu bisa melindungi orang lain?"
"Aku tidak tahu."
"Kalau begitu, biasa saja."
Air itu mengalir sangat jernih dan tenang, Mo Yiyang mencakup air itu dengan tangan putihnya lalu meminumnya, yang langsung membuat perasaannya menjadi segar saat mengarungi tenggorokan keringnya yang sangat haus dan panas.
Dia menoleh ke arah Lau Luo, dia tahu bocah itu juga pasti merasa haus setelah beberapa hari terjebak di hutan belantara.
"Kau mau minum juga?"
Lau Luo mengangguk kemudian meringkas lengan bajunya ke atas, dia berjongkok di sebelah Yiyang dan mengulurkan tangannya ke sungai.
"Tanganmu terluka biar aku ambilkan untuk mu."
Mo Yiyang tersenyum melihat Lau Luo minum air yang dia ambil, dia menggunakan tangannya menjadi gelas orang lain. Saat ini, Lau Luo mengingatkannya dengan adik laki-lakinya di Kekaisaran Yin, tapi keduanya tidak sekalipun mirip.
"Apakah segar?"
"Lebih segar dari air yang biasa aku minum." Kata Lau Luo yang biasanya minum air hujan yang tentu saja juga sangat keruh.
"Kau berkata saat kau masih minum." Mo Yiyang berkata cepat. "Kau ingin mati tersedak?''
Lau Luo menganti obrolan yang tidak terlalu bermutu itu dan dia mulai mengamati air di depan mereka sambil mulai mengingat jika Mo Yiyang tidak menyukai hal kotor jadi kali ini dia perlu setidaknya bersih-bersih sekali karena bau keringat sudah memenuhi tubuhnya yang aromanya lebih mengerikan dan menjijikkan dari kentut kerbau dan juga dia bisa merasakan air lengket mengucur di dua ketiaknya, sungguh mengeluarkan aroma yang tidak sedap bahkan sampai menusuk penciumannya sendiri sampai-sampai ingin membuatnya pingsan.
Mengetahui seberapa mengerikannya bau badannya, dia tiba-tiba ingin tersenyum pahit untuk dirinya sendiri.
"Sepertinya aku harus mandi lebih dulu." Lau Luo sambil melihat ke arah sungai di depan mereka.
Mo Yiyang mendukungnya cepat karena dia tahu jika bocah itu jarang sekali mandi. "Tapi jangan sampai tanganmu terkena air.".
Baiklah, dia bisa berendam sebentar ke air sungai. Melihat seberapa jernihnya sungai itu, dia mulai melepaskan satu persatu pakaiannya sebelum mencebur ke sana. Setelah di genangan air Lau Luo mengangkat tangannya agar tidak basah seperti perintah Mo Yiyang.
Mo Yiyang melihatnya langsung tersenyum ringan dan matanya menyipit. Tapi dia ingin menjitak kepalanya, bukan berarti dia tidak pernah melihat orang lain polosan..
Meskipun dia terlihat seperti orang pria tampan dari luar, tapi gendernya..
Tidak perlu di pertanyakan!
Perempuan, dia perempuan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
topmarkotop
go
2022-04-29
1
Yen Lamour
Ceritanya bnr”agak berat kak, hebat 👍 nama tokohnya jg waktu nyebutin ini lidah ampe kelilit 😁
Dicicil dulu ya kak, semangat terus 💪🤗
Silence hadir bersama cinta dan dendam 🥰
2022-04-25
1
setya hermawan
tinggalkan 👣😁
2022-03-17
2