Tiba-tiba api tampak seolah terlihat seperti petir datang entah dari mana dan seketika menghanguskan dua kelelawar yang mengincar Lau Luo di depannya, dan menghanguskannya menjadi tumpukan daging.
Lau Luo menatapnya terkejut, dia segera menyapu di sekitarnya dengan penglihatan yang jelas, namun tidak menemukan siapapun yang telah menolongnya.
Tapi dia tidak memiliki waktu untuk mengela nafas lega atau mencari siapa yang telah menyelamatkan, ataupun berterimakasih untuk apapun yang menolongnya, namun dia langsung buru-buru berlari sekuat tenaga kembali ke arah Mo Yiyang karena takut jika orang itu sudah lenyap di makan kelelawar chi.
Lau Luo tidak henti-hentinya untuk khawatir pada bocah itu, dia berlari dan merapalkan namanya, berteriak dan memanggil. "Xiaoyi!"
Secepat Lau Luo berlari menjauh, secepat itu pula dia kembali. Kelelawar itu masih sibuk menghancurkan pohon belukar, Lau Luo bergerak ke arah sebelah dan memanggil nama Mo Yiyang sambil berusaha menggali pohon untuk bisa mengeluarkan orang yang terjebak di dalam sana.
"Aku akan mengeluarkan mu." Lau Luo dengan kasar menghancurkan akar tebal itu menggunakan tangannya.
Mo Yiyang menggelengkan kepalanya, "Tidak, kenapa kau kembali?"
Lau Luo tidak menjawabnya, dia semakin gusar menghancurkan akar-akar itu. Sekarang tangannya sudah tidak berbentuk, berbagai luka dan goresan memenuhi tangan kecilnya bahkan juga terlihat semua kulit-kulit di tangannya sampai terkelupas. "Aku akan mengeluarkan mu."
Melihat mata hitam legam Lau Luo yang tidak ada cahaya kehidupan dan selalu mengulangi kalimat yang sama membuat Mo Yiyang merasa heran dan panik.
"Ada apa dengan mu, hei kau kesurupan?"
Mata itu semakin menyamar kosong, gerakan Lau Luo berbeda dengan dirinya yang biasanya. Tangan itu seperti telah terputus saraf sakitnya, menghancurkan akar belukar secara liar seolah-olah tidak takut jika tulang-tulang di jari tangannya yang di gunakan untuk mencungkil akar tebal bisa berubah bengkok.
"Aku akan mengeluarkan mu, aku akan mengeluarkan mu."
Mo Yiyang tidak terlalu faham dengan apa yang terjadi di depannya, dia berkata pelan saat melihat tangan itu sudah terluka, berbagai darah dan luka dalam sudah terlihat jelas dan bahkan berkopeng.
Dia menangkap tangan Lau Luo untuk menghentikannya, setelah mengalami penolakan yang keras akhirnya Lau Luo berhenti dengan aksinya, tapi matanya belum kembali seperti mata hitam legam yang biasanya.
"Tanganmu terluka, jangan lagi memaksanya."
Mereka melupakan sesuatu yang penting, itu adalah momok berbahaya yang mengancam mereka. Kelelawar itu sudah lebih dulu merasakan kehadiran Lau Luo, dia langsung mengeluarkan cakar tajamnya dan mengarahkannya cepat ke belakang Lau Luo.
-Bruak!
Dalam posisi bertahan Lau Luo terbanting keras dan dia terpental ke pohon yang tinggi, kelelawar itu terbang ke arah Lau Luo dan mengepakkan sayapnya yang besar.
Lau Luo melindungi matanya menggunakan satu tangan kanan dari terpaan angin yang keluar sangat kencang, juga angin yang bisa membuat beberapa pepohonan bergerak liar dengan kemiringan yang kontras. Tanpa di sadari Lau Luo, dia terhempas mendekati jurang yang hampir membuatnya terjatuh, namun ada satu pohon yang tetap menopangnya tetap aman.
Berbeda dengan gerakan yang berantakan sebelumnya, sekarang loncatan Lau Luo terlihat sangat lihai dan dia berdiri mulus di cabang pohon seringan kapas, mata hitam seperti sungai kering tanpa jejak ekspreksi apapun itu, melihat datar ke arah kelelawar yang mengamuk di depannya.
Entah dengan kekuatan apa, Lau Luo mencabut ranting besar yang keras seperti mencabut bulu, dia melompat ke udara dan menikamkan ranting yang runcing tepat ke area fatal kelelawaritu yaitu bagian tenggorokannya, darah seketika keluar menjadi kabut berwarna merah tebal dan seolah di sekitarnya ada udara hitam yang memekakkan.
Kejadian itu terjadi sangat cepat tanpa di sadari siapapun, Mo Yiyang hanya bisa melihat kelelawar itu terjun jatuh dengan kepala yang terlontang-lanting dan dalam sekali hempasan Lau Luo jatuh ke jurang.
Melihatnya, Mo Yiyang mendelik panik, dia buru-buru keluar dari celah sempit yang di buat Lau Luo untuk menyelamatkannya dan dia langsung mengarahkan tangannya untuk menangkap Lau Luo, hanya beberapa cun tangannya tidak sampai menangkap Lau Luo yang jatuh bebas ke jurang.
Tidak bisa meraih tangannya, dia berteriak sangat nyaring saat melihat mata hitam legam itu yang sepertinya belum sadar dari wajah lainnya linglung, karena gerakannya tanpa perhitungan dia tiba-tiba juga terpeleset dan terdorong jatuh, dan mereka berdua jatuh ke dalam jurang. Sedangkan dia sendiri saat jatuh dan terjun ke jurang, dia melambaikan tangannya di udara untuk menangkap tubuh Lau Luo yang sudah jatuh.
Angin kencang bersiul liar menjejal telinganya, dan tiba-tiba sensasi ketakutan merambat ke dalam hati dan tulang-tulangnya. Mo Yiyang sangat ketakutan sampai membuatnya serasa hampir lupa bernafas, dengan ketakutan yang dahsyat hatinya seolah-olah menyusut ke dalam tubuhnya dan waktu seperti berjalan sangat lambat.
Saat dia jatuh ke jurang dan tidak terhitung jumlah waktu telah berlalu, dia menabrak bebatuan tajam dan langsung menghantam punggung bagian belakangnya dengan keras, rasa sakit itu menciptakan ratusan luka kecil, ringan dan dalam, juga terasa sangat perih.
Dia segera tahu bahwa punggungnya sudah robek dan darah mengalir dari sana.
Mo Yiyang beberapa kali menjerit kesakitan dengan sangat pilu dan nyaring juga sesekali merintih saat ada beberapa cabang yang tajam melukai tubuhnya seperti pisau. Dia melambaikan tangan dan semua kakinya di tengah udara sambil mencoba menggapai Lau Luo, setelah perjuangan panjang akhirnya dia mampu meraih tangan Lau Luo dan dia bisa bernafas lega.
Begitu tubuh kecil itu berada di pelukannya, hatinya kembali tenang yang seketika juga membuat mulutnya dan hatinya kembali mendapatkan fitalitas yang sebelumnya terpompa keras, khawatir dan menyakitkan tapi untungnya dia bisa menangkap Lau Luo dan mendekapnya kuat-kuat tepat waktu.
Mo Yiyang mencoba mencari pegangan dengan tangan dan kakinya ke dinding-dinding jurang meski dia tahu tidak ada apapun di sana yang ada untuk bisa menahan tubuh mereka, dia merasakan kulit Lau Luo semakin dingin adalah rasa dorongan untuknya agar tidak menyerah mencari pegangan secara mati-matian, dan dia tidak akan membiarkannya jatuh begitu saja.
Punggungnya berkali kali mengalami benturan lagi dan lagi yang terasa semakin parah, dia menjerit sedih, nyeri dan perih mendominasi tubuhnya. Akhirnya dengan kecepatan yang melambat, dia segera meletakkan Lau Luo di atasnya agar mencegah tubuh seperti orang busung lapar itu terkena benturan yang paling pertama saat mereka jatuh dan untuk melindungi orang kurus itu dari benturan.
Dalam sekejap mata, benturan yang lebih dahsyat datang dan menimpanya kembali ke punggungnya dan dia seketika menyentuh bagian tanah bawah jurang dengan sangat keras seolah-olah dia baru saja di remukkan. Mo Yiyang kali ini dia tidak tahan untuk mengertakkan giginya saat menahan agar tidak berteriak sakit dan menjerit.
Dia hampir tidak bisa bertahan untuk tetap sadar, dia hampir pingsan, seluruh tubuhnya merasakan sakit dan memar. Dan juga yang paling parah adalah bagian punggungnya, sepertinya dia tertusuk duri tanaman saat mereka jatuh, membuat semua kulit dan daging-daging di punggungnya seperti terkoyak.
Saat dia merasakan sudah sampai di dasar, sekarang dia hanya bisa merasakan hawa lembab di sana, dia masih gemetar kesakitan dan merasa sulit percaya bahwa dia tidak mati setelah jatuh ke jurang dengan ketinggian seperti itu.
Dia kemudian meletakkan tubuh Lau Luo dan memindahkannya ke sisi sebelah dengan hati-hati, dia memeriksa pernafasan Lau Luo, saat bisa menemukan hembusan yang teratur membuat hatinya kembali tenang dalam sekejap.
Tangan-tangan Mo Yiyang mengelus pelan wajah Lau Luo, dia terlihat tidak percaya, dia merasa bisa bernafas lega yang membuatnya nyaris tidak bisa berhenti menangis.
Dia memanggil Lau Luo dua kali namun tidak ada tanggapan apapun dari bocah itu. Mo Yiyang melihat tangan terluka Lau Luo juga tangan yang sama, yang telah membobol tanaman belukar tanpa pandang bulu untuknya agar dia bisa keluar, sekarang tangan itu sudah bengkok, kurus seperti bambu dan berkopeng sampai tidak berbentuk.
Mata Mo Yiyang menyapu sekitar dengan panik, dengan harapan adakah tanaman yang bisa dia gunakan untuk mengobati luka Lau Luo namun dia sepertinya harus keluar dari tempat itu untuk menemukan beberapa.
Perlahan tapi pasti Yiyang memindahkan Lau Luo ke tempat yang lebih aman. Dia lebih memilih mengurusi luka Lau Luo lebih dulu meskipun luka yang di alaminya lebih parah.
Mo Yiyang membersihkan luka Lau Luo dengan hati-hati agar tidak terkena infeksi, setelah bersih, dia juga mengoleskan tanaman obat yang telah dia temukan sebelumnya.
Dia menyentuh kulit itu yang terasa dingin seperti balok es dan menjadi lebih dingin dari sebelumnya, dia kemudian melepaskan pakaian luarnya untuk menyelimuti tubuh kecil Lau Luo dari hawa dingin di dasar jurang yang mengigil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
NALA
🌟🌟🌟🌟
2022-03-27
4
Mhd Ali
⚡⚡⚡⚡⚡⚡⚡💯💯💯💯💯😎😎😎
2022-03-24
8
Mochamad Syafii
petualangan baru
2022-03-17
3