Binatang liar sejenis kelelawar tidak mengandalkan mata mereka untuk melihat, mereka akan mengejar target melalui pantulan suara. Maka sebisa mungkin Mo Yiyang menahan hembusan nafasnya dan berhenti bergerak, dan dia semakin gugup karena sekitar lima kelelawar mencoba merusak pohon belukar dengan cakar tajam mereka, gigi dan taring mereka terbuka yang lebih ganas dari anjing liar Kekaisaran Yin manapun yang pernah dia lihat sebelumnya.
Namun suara pohon tumbang tiba-tiba menghentikan aksi kelima kelelawar itu, mata merah mereka melihat ke asal suara dan di ikuti sepasang mata hitamnya yang juga melihat dengan cara penasaran.
Dia melihat ke sana dan tidak tahan untuk berdecak, dia terkejut.
Seorang pria kecil yang memiliki ketinggian tidak lebih dari seratus sentimeter itu berdiri di ranting pohon, rambut hitam legam dan warna mata yang sama adalah perpaduan giok gelap yang sedang menatap cermat apa yang ada di depannya, tapi hal yang mengacaukan perhatian para kelelawar dari Mo Yiyang bukanlah suara pohon yang tumbang, melainkan suara kelelawar kecil yang mencicit di cengkraman tangan pria kecil itu.
Lau Luo memegang kelelawar kecil yang dia temukan, dia yakin jika kelelawar kecil yang di pegangnya adalah anak kelelawar yang mengejar Mo Yiyang sebelumnya, yang cukup untuk menarik perhatian mereka.
"Jika kalian tetap mencoba memangsa temanku, maka jangan salahkan aku jika aku memakan anakmu." Meski Lau Luo mengatakannya dengan kekehan kecil percaya diri, namun dia tidak percaya diri bisa mengalahkan lima kelelawar berukuran pria dewasa.
Karena bagaimanapun dia tetaplah bocah kecil yang masih empat tahun.
Para kelelawar itu hanya hewan liar yang tidak mengerti ucapan manusia, tapi mereka memiliki indra sensitif yang cukup untuk mengerti situasi yang di berikan Lau Luo pada mereka.
Empat dari lima kelelawar itu terbang ke arah Lau Luo, sedangkan Lau Luo langsung menyambut mereka dengan senyuman kecil dan membuang kelelawar kecil di tangannya yang sudah tidak lagi berguna, dia melemparnya seperti melempar batu, acuh tak acuh tidak seakan dengan mata yang tidak peduli.
Lau Luo mengambil parang di pinggangnya dan dia segera melompat dari satu pohon ke pohon lain, gerakannya gusar dan beberapa kali dia terlihat hampir terpeleset, dia segera berayun dan menebaskan parangnya ke kelelawar terdekat, tapi hanya berhasil memberikan goresan kecil, dia hanya bisa mengumpat pelan dan berdecak kesal.
Begitu kelelawar itu lihai menghindar dan apa lagi mereka adalah sekawanan hewan terbang yang semakin sulit untuk membuatnya melukai mereka. Andaikan dia mempunyai kemampuan menembak seperti Chuxi, maka akan lebih mudah melumpuhkan pergerakan mereka hanya dengan mengincar sayapnya saja.
Bukan hanya tidak memiliki pemahaman seni beladiri, semua gerakan Lau Luo masih sangat berantakan, terlihat kaku karena dia belum pernah melakukan pertarungan jenis apapun sebelumnya, melainkan hanya melakukannya sesuai instingnya. Lau Luo kemudian langsung melompat ke pohon tertinggi untuk menyerang kelelawar itu menggunakan parang di tangannya.
Tanpa di sadari Lau Luo kelelawar itu sudah ada di belakangnya, dengan cakar-cakar yang terlihat tajam dan terbuka.
Mo Yiyang melihatnya hanya bisa gugup dan panik, dia tidak bisa membantu apapun, dia menjerit sekuat tenaga untuk memperingati.
"Awas di belakang mu!"
Mendengar kekhawatiran Mo Yiyang di depannya, Lau Luo seperti memiliki mata di belakang kepalanya. Dia menciptakan jarak dari kelelawar yang berniat mengincarnya dan kemudian dia menusukkan parang kecilnya tepat ke perut kelelawar, segera setelah itu dia mencabut parangnya yang langsung membuat kabut darah mengotori wajahnya dan menodai parang di tangannya menjadi lautan merah tua, ekspresi wajahnya tidak berubah hanya dingin yang kaku dan sedikit dalam kelumpuhan wajah dan matanya yang seperti giok kegelapan menyorot tajam.
Saat ini Lau Luo mengusap parang kecilnya menggunakan pakaian yang dia kenakan, karena darah binatang bisa membuat parang itu menjadi tumpul dan tidak bisa lagi di gunakan untuk memotong sayuran Shu Zi Jiu, jadi dia mengelapnya sampai bersih. Dia lalu mengeryitkan keningnya setelah memeriksanya sebentar setelah tahu parang tumpul itu hanya bisa bertahan dua serangan, atau sampai parang itu tidak lagi bisa di gunakan karena sudah ada jejak keretakan di beberapa tempat.
Kelelawar lain melihat rekannya yang terluka, mereka langsung meraung marah dan bergegas menuju untuk menyerang Lau Luo, mereka bergerak semakin cepat dan menyerangnya.
Lau Luo bertahan menggunakan parangnya, ketika serangan itu berbenturan dengan Lau Luo, dia langsung menusukkan parang ke sayap kelelawar.
Kelelawar itu meraung kesakitan, lalu mengepakkan sayapnya ke arahnya. Dia terjatuh karena tubuhnya tergolong masih sangat kecil, tubuh kurus yang menyisakan seonggok tulang yang tidak bisa menahan terpaan angin dahsyat, sampai akhirnya beberapa kali dia terpental dan berbatuk darah dari mulutnya.
Mata hitam Lau Luo melihat kelelawar yang jatuh ke tanah yang parangnya masih terlihat menancap di sayap salah satu kelelawar di sana. Melihatnya, dia langsung menggertakkan giginya, karena sekarang Lau Luo tidak memiliki senjata apapun untuk melawan kelelawar yang tersisa dan dia dalam keadaan tidak memiliki senjata apapun untuk bertahan.
Bagaimana ini, Sial! Dia hanya bisa berlari mengandalkan kakinya untuk menghindari serangan..
Mo Yiyang melihat semuanya, melihat bagaimana tubuh kurus itu terjatuh dan mengeluarkan seteguk darah, sedangkan apa yang bisa dia lakukan? Dia tidak bisa melakukan apapun di dalam kurungan pohon belukar yang melindunginya dari satu kelelawar, dia ingin segera berlari dan menghampiri bocah itu sekarang untuk membantunya.
Meskipun orang yang terlihat busung lapar dari pemukiman terbelakang itu rasanya mengesalkan, tapi begitu datang untuk menyelamatkannya..
"Ahyi larilah dan pergi dari sini! Tinggalkan saja aku, kamu harus pergi karena tidak boleh menemani ku untuk mati!"
Dia berteriak. "Masa depan mu masih panjangggggg!!!"
Saat Lau Luo mendengarnya, dia berteriak di sebrang sana. "Tidak akan! Aku tidak akan lari meninggalkan mu seperti seorang pengecut! Jika aku tidak bisa melindungi orang lain seperti mu, lalu bagaimana aku bisa melindungi Ah Jiu-ge di masa depan?! Aku tidak ingin menjadi orang lemah karena jika kehilangan orang lain pasti rasanya sangat menyakitkan!"
Perkataan itu seperti pisau yang mengiris perasaan Mo Yiyang, matanya seketika perih dan mengeluarkan air dari sana. Pria tidak boleh terlihat menangis! Tapi dia tidak bisa berhenti menangis dan juga dia bukan pria..
"Pergilah! Kau akan mati jika terus melawannya!"
Ucapan Mo Yiyang terdengar gusar seperti suara yang rusak, Lau Luo menoleh dengan cemas.
"Xiaoyi.." Setelah mengatakannya itu terdengar samar, dia kemudian tanpa pikir panjang langsung berlari menjauhi Mo Yiyang.
Melihatnya Mo Yiyang menurunkan alis lemasnya, radian di bibirnya juga menurun. Untuk terakhir kalinya dia memaksakan mulutnya untuk tersenyum, meskipun itu senyuman hampa tapi juga senyuman kelegaan agar Lau Luo bisa selamat dan keluar dari sini.
Senyuman lega, setidaknya salah satu dari mereka bisa selamat..
Tanpa sadar dia baru saja mengeluarkan gerakan dan suara yang membuat satu kelelawar itu semakin sensitif dengan kehadirannya, kelelawar itu semakin menggali pohon belukar menggunakan cakar tajamnya yang terbuka untuk mengincarnya.
*
Lau Luo berlari sekuat tenaga menjauhi Mo Yiyang dengan dua kelelawar raksasa mengejar di belakangnya. Sekarang dia tidak memiliki senjata apapun untuk bertahan, bahkan parang pemberian Shu Zi Jiu sudah rusak, hal gila yang di lakukan Lau Luo adalah menjadikan dirinya sebagai target dua kelelawar berukuran pria dewasa yang bahkan mungkin dia tidak akan bisa menang!
Pohon belukar yang melindungi Mo Yiyang memiliki ketebalan yang bisa bertahan sampai besok pagi, jika dia tidak bisa selamat hari ini, Lau Luo hanya berharap seseorang bisa menemukan Mo Yiyang saat esok pagi tiba.
Setidaknya Lau Luo tidak akan menyesal jika dia berakhir di sini, itu yang dia rasakan. Tapi jika dia mati, dia akan sangat menyesal bahwa dia tidak bisa melindungi Shu Zi Jiu di masa depan karena sebenarnya dunia yang luas ini, bukan hanya berputar mencari makanan di pegunungan sampah atau hanya sekedar tidur dengan naungan loteng yang berlubang, tapi sebenarnya dunia yang luas ini adalah dunia yang orang lemah seperti mereka bisa mati kapanpun dan di manapun sampai tidak akan meninggalkan kulit dan darah yang tersisa.
Setelah menemukan hewan dengan pemahaman seni beladiri, dia tiba-tiba menyadari jika berpura-pura kuat saja tidak cukup untuk bertahan hidup dan dia ingin mencemooh dirinya sendiri karena sekarang tubuhnya hampir sudah mencapai pada batasannya.
Lau Luo sudah tidak memiliki tenaga untuk berlari lagi, kakinya seperti jeli seolah-olah tenaganya telah tersedot keluar, dia seketika jatuh menghimpun tanah dengan keras dan menyedihkan.
Mata hitam legamnya juga terkunci begitu melihat kelelawar yang begitu dekat dengannya, beberapa jarak lagi mungkin gigi rucing itu akan mengorok semua kulit di dagingnya.. Dia menutup matanya padahal dia sudah berlari ke pepohonan yang lebat tapi tidak di sangka bahwa secepat ini dia akan di temukan.
Dia mulai memejamkan matanya, yang akan berhadapan dengan gigi dan taring terbuka ganas yang bersiap untuk memangsanya. Saat dia menyadari kenyataan bahwa dia lemah, dia merasa sangat putus asa.
Sangat menyakitkan..
Sangat menyakitkan bahwa dia tidak akan bisa melindungi dan membalas kebaikan Shu Zi Jiu yang sudah merawatnya di pemukiman primitif.
Dia mungkin akan mati di sini.
Ah Jiu-ge..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
topmarkotop
hmm
2022-04-29
2
🦋⃟ℛ⭐ʀᴀᴅɪsʏᴀ⭐🦋ᴬ∙ᴴ࿐
ayoo tinggal kan jejak y like and coment jgn lupa🆙️🆙️🆙️🆙️
2022-04-16
3
NALA
🌟🌟🌟🌟
2022-03-27
4