Acara Tahfidz Qur’an berlangsung di sebuah auditorium kampus di Jember. Acara berlangsung selama dua hari. Untuk hari pertama seharian diisi oleh peserta dari kalangan anak-anak, dari pagi hingga sore harinya. Malam harinya di hari pertama adalah dari kalangan dewasa putra. Keesokan harinya masih dilanjutkan dengan peserta dewasa putra. Selanjutnya tiba saat bagian Nurul dan Icha tampil, yaitu pada malam hari di hari kedua.
Giliran Icha tampil lebih dahulu daripada Nurul. Nurul tampil usai tujuh peserta setelah Icha. Karena para peserta dewasa putra sudah cukup kelelahan seusai mereka standby selama dua hari di tempat itu, maka peserta putra dari perwakilan pesantren yang sama dengan Nurul hanya menunggu di hotel saja.
Tiba saat Icha tampil. Pemanggilan peserta hanya berdasarkan nomor urut, bukan nama. Hal itu membuat rencana Tuan Sudarsono semakin mulus. Siapapun di tempat itu tidak tahu ada peserta yang sengaja ditukar identitasnya. Icha pun ditanya oleh penguji, apakah ia sudah siap. Ia menjawabnya dengan suara yang gemetar.
Penguji lainnya pun menasehati Icha agar dirinya tidak gugup. Lalu, uji hafalan pun dimulai. “Silahkan adik teruskan ayat berikut,” ucap penguji pertama. Penguji pertama pun membacakan sepenggal ayat kemudian berhenti. Bagian awal Icha bisa menjawabnya dengan lancar hingga Icha diminta untuk berhenti.
Kemudian, tiba saat bagian ayat lainnya. “Masih sama ya, Dik. Silahkan lanjutkan ayat berikut,” ucap penguji pertama. Cara yang sama dilakukan, tapi kali ini levelnya sedikit lebih naik. Kalau di awal Icha diuji hafalan pada bagian juz akhir dalam Qur’an, maka kali ini bagian juz pertengahan Qur’an.
Saat Icha melanjutkan bacaan ayat, penguji menyelah. Ia memperbaiki hukum bacaan Icha yang belum sempurna, lalu memintanya mengulangi dan meneruskan hafalannya itu. Semakin banyak bagian ayat yang diujikan, hukum bacaan Icha semakin banyak yang salah.
Tiba pada giliran penguji kedua. Namun, sayangnya Icha tidak bisa melanjutkan uji hafalan bersama penguji kedua. Hal itu karena di bagian permulaan Icha sudah melakukan banyak kesalahan hukum bacaan. Untungnya penguji kedua begitu ramah. Ia memberikan kalimat apresiasi dan motivasi kepada Icha. Icha yang adalah seorang gadis yang mudah dibujuk dengan kata-kata pun dapat menerima keputusan penghentian tersebut.
Seusai Icha tampil, lalu dilanjutkan oleh peserta-peserta lainnya. Kemudian, tiba giliran Nurul tampil. Nurul lolos diuji oleh penguji pertama dengan sangat lancar. Lalu, ia pun diuji oleh penguji kedua, di mana ayat-ayat yang diujikan lebih panjang dan terdapat kata-kata yang mirip dengan ayat lainnya. Begitu sangat mencengangkan bagi Icha yang menyaksikan Nurul dengan tenangnya melalui semua tahap uji tersebut dengan lancar tanpa komentar negatif dari penguji.
Lalu, Nurul masuk ke tahap akhir yaitu uji ayat yang diacak urutannya. Uji itu diberikan oleh penguji pertama dan kedua secara bergantian. “Bacakan tiga ayat sebelum ayat yang saya bacakan berikut,” ucap penguji. Sebelum menjawab, Nurul berdiam sejenak. Ia mencoba mengurut ayat-ayat hafalannya tanpa suara dengan mulut yang bergerak-gerak, lalu ia pun membacakan jawabannya. “Baiklah. Selanjutnya, bacakan ayat yang maknanya senada dengan ayat berikut,” ucap penguji. Nurul pun menjawabnya, namun sayang ada satu kata yang keliru ia bacakan. Penguji pun memperbaiki bacaan Nurul.
Akhirnya Icha dan Nurul sudah selesai tampil. Nurul sudah pasrah dan pesimis bisa masuk rangking karena lawan-lawannya terlihat begitu hebat dibandingkan dirinya. Apalagi Icha yang level hafalannya ada di bawah Nurul, dilihat dari tahapan yang dilewatinya.
Usai seluruh peserta tampil, terdapat masa jeda tunggu untuk kemudian para penilai mengumumkan hasilnya.
“Halo,” supir Icha menelepon, untungnya ia menelepon di saat jeda tunggu. “Iya, Mas Wawan. Ada apa?” jawab Icha. “Siapa?” bisik Nurul. “Supir,” jawab Icha dengan suara pelan. “Acaranya kapan selesai, Neng?” tanya supir muda itu. “Ini udah mau selesai, Mas. Mas Wawan ke sini aja sekarang. Standby di sini, biar aku ga perlu nunggu Masnya datang,” ucap Icha.
“Waduh. Maaf, Neng. Gimana ini, ya… Gini, Neng, ban mobil pecah. Tempatnya masih jauh dari sana, Neng. Jadi, saya jemputnya telat, Neng. Maaf banget ya? Jangan adukan saya ke Tuan,” ucap pemuda itu. “Loh, memangnya Mas Wawan habis darimana? Kok bisa jauh? Bukannya jarak hotel ke sini ga jauh-jauh amat?” protes Icha. Nurul yang tadinya sedang memperhatikan yang lain tiba-tiba penasaran dengan ekspresi Icha yang nyaris marah-marah.
“Maaf, Neng. Tadi, emh… Tadi… “ ucap pemuda itu ragu-ragu. “Hayo Mas Wawan abis ngapain? Kenapa ga berani jawab pertanyaanku?” ucap Icha. Nurul mencoba menenangkan Icha karena tidak ingin temannya itu jadi pusat perhatian orang-orang yang sama-sama berada di kursi penonton.
“Salah satu teman Neng tadi minta diantarkan ke mall. Agak jauh kan tempatnya, jadi… “ ucap pemuda itu. “APAA?” ucap Icha yang separuh berteriak. Orang-orang pun jadi memperhatikan Icha. “Icha, tahan. Tuh, malu kan dilihatin orang-orang jadinya,” ucap Nurul. Nurul lalu tersenyum kepada orang-orang di sekitarnya sembari mengangguk-angguk kecil meminta pemakluman.
Icha pun mengomel dan untuk menghentikan itu maka Nurul merebut ponsel Icha dan berbicara dengan pemuda itu. Percakapan di telepon itu pun berakhir.
Tiba saatnya pengumuman peringkat juara. Seperti tebakan kebanyakan orang, Icha tidak akan masuk ke dalam daftar rangking. Pengumuman dilakukan tanpa menyebut nomor urut melainkan nama peserta. Nama Icha yang sebenarnya adalah posisi Nurul disebut sebagai juara harapan. Mendengar itu Icha senangnya bukan main. Ia mengekspresikan kesenangannya kepada Nurul.
Di balik senyum Nurul yang mengimbangi rasa gembira Icha, sebenarnya Nurul merasa heran dengan hasil keputusan itu. Selain itu, orang-orang yang duduk di dekat mereka pun tampak heran. Beberapa di antaranya ada yang berbisik-bisik sambil melirik Icha dengan wajah yang sinis.
Setelah seluruh rangking diumumkan, pembawa acara pun menyampaikan informasi ralat. Pembawa acara mengatakan bahwa ada peserta yang gugur dari daftar rangking karena memiliki nilai minus di luar penilaian utama para penguji. Semua orang menghening, mereka penasaran dengan rangking yang bergeser itu. Nurul dan Icha pun saling tatap.
Menurut Nurul, penilaian Icha-lah yang seharusnya memiliki nilai minus. Semua orang tahu kemampuan Icha yang telah ditunjukkannya itu. Icha sudah banyak melakukan kesalahan dalam membaca ayat. Nurul berharap ia mendapat tempat pada rangking itu.
Sementara Icha, ia begitu khawatir. Icha takut apabila penilaian yang diberikan kepadanya itu keliru. Icha sendiri sadar kalau dirinya punya kemampuan di bawah para peserta kebanyakan. Tapi, apabila keputusan mengenai dirinya yang masuk juara harapan itu diteruskan, ia akan sangat senang dan tidak memperdulikan apa yang telah berjalan di acara ini. Misalnya apabila prestasinya itu adalah sebuah kekeliruan, maka Icha tidak peduli. Baginya hasil juara adalah yang terpenting.
Pembawa acara pun akan menyebutkan nama peserta yang dibatalkan itu. Nurul dan Icha sama-sama penasaran, nama siapakah itu yang akan dihilangkan dalam daftar rangking?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Beast Writer
siapa yg gugur
2022-03-20
3
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
next
2022-03-17
0
Chika£Hiats
siapa yang akan gugur, penasaran nih
2022-03-16
2