Perpisahan telah terjadi. Sebuah pengalaman yang terjadi dalam satu malam. Malam itu Nurul dan rombongan menyeberangi Selat Madura dengan melintasi Jembatan Suramadu sepanjang 6 km. Lampu-lampu yang bergantung di jalinan tali di kiri dan kanan jalan begitu indah. Sementara di bawahnya hamparan perairan begitu kelam, hanya ada beberapa lampu kapal nelayan yang kalah oleh lampu-lampu yang menghiasi jembatan.
Seperti segenap perasaan Nurul, kelam dan tersembunyi di balik meriahnya orang-orang di sekitarnya yang terus larut pada obrolan-obrolan penghargaan yang baru saja diperoleh perwakilan mereka. Jauh di dalam hati Nurul, ia mengenang apa yang dipegangnya sebagai dosa, sebuah dosa terindah. Tidak, bukan sebuah tapi dua, dua kali ciuman itu terjadi.
Tommy, mahasiswa yang adalah salah satu pimpinan keorganisasian di kampusnya di Jakarta, adalah seorang laki-laki yang gagah, tampan, dari keluarga berada yang juga dikelilingi perempuan-perempuan cantik. Sangat tidak sepadan dengan Nurul. Ia pasti dengan mudah dapat melupakan kejadian tadi begitu saja, pasti dapat melupakan Nurul.
Sementara Nurul, seharusnya ia lupakan lelaki itu segera. Lelaki itu bukan sosok idaman yang ideal bagi Nurul. Selama ini Nurul dididik dengan lingkungan lelaki yang bertanggung jawab, bisa memimpin keluarga dengan ilmu agama yang mumpuni. Yaitu seorang lelaki yang hanya mendekati lawan jenis untuk dinikahi, dinafkahi dan dibimbing dalam keluarga yang rabbani.
Sebaliknya, sosok Tommy hanyalah lelaki dengan sejuta pesona yang hanya suka bermain-main dengan perempuan tanpa keseriusan hubungan. Bagaimana akan serius menuju ikatan rumah tangga, terikat dalam hubungan asmara pun katanya ia tidak mau. Apalagi dilihat dari sifat kepemimpinannya nanti, lalu agamanya yang menjadi jurang pemisah di antara mereka berdua.
Sayangnya, Tommy-lah, sosok yang Nurul suka saat ini. Bagaimanapun cara Nurul mengenyahkan Tommy dari pikirannya, mungkin karena jiwa Nurul yang terlalu liar dan menyukai hal-hal menantang seperti ini. Jauh di dalam diri Nurul yang santun, pemalu dan religius, tersimpan sisi dirinya yang lain, yang tidak seorangpun tahu kecuali dirinya sendiri.
*
Tommy, ia adalah seorang calon pewaris tunggal perusahaan perkebunan sawit terbesar di Asia. Kini ia sedang menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di salah satu kampus terkemuka di Jakarta. Siapa yang tidak mengenalnya. Bahkan lingkungan jurnalisme nasional kerap kali mengundangnya dalam acara-acara bincang kebangsaan di mana dirinya adalah aktivis yang mewakili mahasiswa cerdas di seluruh negeri.
Kehidupan Tommy di dunia gemerlap selalu luput dari sorotan media, ia hanya terkenal sebagai mahasiswa cerdas berprestasi yang melek politik. Hal itu disebabkan oleh nama besar orang tuanya. Media mana yang berani melawan tirani berbulu domba yang namanya ada sebagai pemilik brand-brand terkemuka kebutuhan masyarakat.
**
Dua tahun kemudian semenjak kejadian manis malam itu bersama Nurul, Tommy belum bisa melupakannya. Nurul menjadi gadis yang menempati ruang di hati Tommy. Mau seliar apapun ia bercinta, dengan berapa banyak wanita pun, hal itu tidak lantas menghilangkan sosok Nurul dari hati Tommy.
Ia begitu ingin bertemu dengan gadis polos berprinsip itu, tapi Tommy tidak tahu dimana gadis itu berada. Ia hanya tahu bahwa Nurul adalah seorang gadis Madura. Dalam pikiran Tommy, ia tak bisa mengharapkan Nurul lebih jauh lagi. Nurul adalah gadis pesantren. Akan ada lelaki dewasa muslim dengan pengetahuan agama yang tinggi, yang akan melamar gadis itu. Atau mungkin lelaki pilihan orang tuanya, lulusan pendidikan agama dari luar negeri, seperti universitas-universitas di timur tengah.
Mungkin Nurul dapat mengingat ciuman itu sebagai dosa, tidak dengan sosok Tommy. Nurul tidak akan mengenali lagi wajah Tommy. Kalau pun ingat, tidak akan lebih dari sebuah nama. Tommy, lelaki bejat yang hampir menodai Nurul. Sebuah kerinduan bagi Tommy yang tak berani ia teruskan lagi, hanya untuk dikenang.
Di sebuah pesta pertunangan teman Tommy di daerah Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Tommy memberikan selamat kepada teman sekampusnya itu. “Gila lu, udah lulus lu cepet, sekarang udah mau merried aja. Salut gua sama lu, Bro! Selamat ya,” ucap Tommy yang sedang berdiri di atas rumput lembut pekarangan mansion mewah. “Ah, lu bisa aja. Makanya, gebetan lu mana dong, Bro! Masa jomblo terus. Punya gebetan juga bisa bikin semangat, termotivasi kita buat nyelesein kuliah,” ucap teman Tommy.
Belum sempat Tommy menanggapi ucapan temannya itu, pandangannya beralih tiba-tiba ke arah pintu. Ada sesosok gadis mungil yang menawan digandeng oleh wanita berumur dengan gaya sosialita. “Nu-Nurul?” gumam Tommy. “Kenapa lu, Bro? Lu kenal sama tu cewek? Atau naksir pada pandangan pertama?” ucap teman Tommy, keduanya sama-sama memandangi perempuan yang baru datang itu.
“Nurul berubah? Dia sudah tak berkerudung lagi. Gayanya benar-benar berbeda,” batinnya. Tommy hampir tak percaya. Kejadian semalam dua tahun yang lalu memang begitu singkat, tapi ia masih sangat jelas dapat mengingat Nurul, bentuk rahangnya, lehernya, telinganya. Kecantikan Nurul ketika kerudungnya lepas malam itu dengan mudah dapat dibanding-bandingkannya dengan perempuan yang ada di depan matanya itu.
“Itu siapa sih, Bro?” tanya Tommy kepada temannya. “Itu Tante Lupita, kerabat nyokap gua. Kayaknya yang bareng doi itu anak deh. Yang gua dengar anak semata wayangnya Tante Lupita baru pulang dari studinya di Jepang. Gua juga belum pernah ketemu sama tu cewek. Cakep ya? Gebet aja, Bro!” ucap teman Tommy dengan sedikit berbisik.
Wanita yang disebut-sebut sebagai ibu perempuan yang mirip Nurul itu segera bergabung dengan sesama ibu-ibu sosialita lainnya. Sementara perempuan yang mirip Nurul itu bergabung dengan cewek-cewek yang sudah dikenalkan kepadanya. Tommy menghampirinya. Para perempuan cantik yang mengelilingi perempuan misterius itu memandang kagum kepada Tommy. Mereka terkejut saat akhirnya Tommy menyapa perempuan yang mirip Nurul itu.
“Bagaimana kamu bisa ada di sini?” ucap Tommy dengan sumringah. Melihat sosok pujaan yang selama dua tahun ia rindukan ada di depan matanya, Tommy tidak dapat menahan rasa senangnya. Perempuan ini lalu tersenyum kepadanya dengan sangat anggun. Sangat tampak bahwa ia memiliki aura perempuan bangsawan yang tak sembarangan meladeni laki-laki.
Perempuan itu mungkin telah melupakannya, ataukah tebakan Tommy salah, ia bukan Nurul? Perempuan itu kembali meneruskan obrolannya dengan teman-teman barunya itu. “Hei, si tampan sedang bicara kepadamu,” bisik salah satunya. “Nurul? Benar kan kamu Nurul?” tanya Tommy sekali lagi mencoba mengambil perhatiannya.
Mendengar dirinya dipanggil sebagai Nurul, senyum perempuan itu memudar, lalu ia seolah kembali bersikap ramah kepada Tommy. “Maaf? Siapa Nurul? Mungkin kamu salah orang. Saya bukan Nurul. Nama saya Maria,” jawab perempuan itu. Tommy merasa heran, ia hampir tidak percaya kalau perempuan ini bukan Nurul.
Tommy mencoba sopan dengan perempuan yang katanya bernama Maria itu. “Benarkah? Kalau begitu saya minta maaf,” ucap Tommy. Para perempuan lain hanya melihat mereka bercakap-cakap. “Kalau begitu bisakah kita memulainya dari awal?” ucap Tommy sembari menyodorkan tangannya. Dahi Maria berkerut dan ia hanya memandangi sodoran tangan Tommy.
“Bolehkah saya berkenalan dengan gadis cantik ini?” ucap Tommy sambil sedikit merendahkan kepalanya di depan Maria. Para perempuan di sekitarnya menutup mulut mereka. Tak menyangka sosok seorang Tommy yang biasa dingin kepada sembarang perempuan kini ia justru menyapa dan mengajak Maria berkenalan.
“Hahaha… Jadi kamu berpura-pura mengenaliku untuk mendekatiku?” ejek Maria. Tommy menarik tangannya yang tadi ia sodorkan. Ia meragukan perempuan itu. “Sikapnya berbeda sekali dengan Nurul,” batinnya. Tidak mungkin seorang Nurul punya gaya bahasa mengejek seperti itu. Nurul yang dikenalnya adalah perempuan yang ramah, jujur, lebih tepatnya polos.
Suasana berubah tiba-tiba. Musik telah berganti dan saat ini para tamu diperkenankan untuk berdansa. Tommy masih belum mundur. Ia justru mengajak Maria untuk berdansa. “Jangan sia-siakan kesempatan ini, Maria. Dia adalah anak pengusaha besar yang jadi pujaan semua perempuan!” bisik teman Maria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nesia
ternyata sama2 memendam perasaan tanpa keduanya tau akan perasaan itu. miris sekali nasib mereka berdua, padahal dua tahun sudah berlalu.
2022-03-22
2
ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™
lanjut kk, semangat
2022-03-20
2
Mom Alwi N⃟ʲᵃᵃ࿐
semangat selalu😊
2022-03-20
4