Hampir larut malam Gerry dan Aiden berhadapan dengan laptop mereka masing-masing.
“Ayo kita keluar cari makan dulu, aku sudah sangat lapar,” ucap Gerry kepada Aiden.
Aiden langsung mematikan laptopnya dan langsung mengikuti Gerry dari belakang, mereka berdua memang bisa lupa makan kalau sudah berhadapan dengan pekerjaan.
Mereka berdua langsung meninggalkan apartemen dan menuju restoran yang tidak jauh dari apartemen Gerry.
“Evelin sudah mau pulang,” ucap Gerry sambil menopang dagunya.
“Bagus dong, jadi pertunangan kalian akar segera di laksanakan?” tanya Aiden kepada Gerry.
Gerry tidak langsung menjawab, dia menarik nafas panjangnya, Seakan-akan membuang beban yang ada pada dirinya.
“Tapi aku tidak mencintainya, dia hanya pilihan orang tuaku,” jawab Gerry menatap Aiden.
Aiden tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia memang tau kalau sahabatnya itu tidak mencintai Evelin sama sekali, dia hanya menganggap Evelin itu temannya.
“Tapi kau akan kehilangan semuanya bila menolak menikah dengan Evelin,” ucap Aiden mengingat Gerry.
“Aku sudah memikirkan semua itu, namun bagai mana lagi, aku tidak bisa, aku maunya menikah dengan wanita yang betul-betul aku cintai,” lanjut Gerry.
Mereka berdua kembali diam, saat pesanan mereka akhirnya datang juga, tanpa menunggu lama mereka langsung menyantap makanan yang ada di hadapan mereka. karena mereka berdua betul-betul sudah sangat lapar.
“Habis ini, kau langsung pulang saja, karena besok pekerjaan masih menunggu kita,” ucap Gerry kepada Aiden.
“Baik... tapi aku mau ke apartemen mu dulu ambil mobil aku,” jawab Aiden.
Setelah selesai makan, Aiden langsung berdiri dan membayar makanan mereka di kasir, sedangkan Gerry langsung menuju mobil, menunggu Aiden selesai membayar.
“Mau langsung pulang?” tanya Aiden kepada Gerry.
“Ia aku mau istirahat, badanku sangat lelah,” jawab Gerry.
Aiden langsung melajukan mobilnya menuju apartemen Gerry, tidak memakan waktu lama, akhirnya mereka tiba juga di apartemen, Gerry langsung naik ke atas, sedangkan Aiden langsung melanjutkan perjalanannya pulang ke apartemen miliknya.
****
Keesokan harinya di kantor, Lita yang datang dengan menggunakan sepeda motornya, langsung menuju lobby setelah memarkirkan motornya terlebih dahulu.
Lita sangat terburu-buru karena dirinya takut terlambat, apa lagi dari jalan sedikit macet. setelah menyapa petugas keamanan yang ad di depan pintu dan juga Nita seorang resepsionis. Lita memang terkenal ramah di kantor, karena dia dia selalu menyapa siapa saja yang berpapasan dengannya.
“Baru tiba juga?” tegur Agnes yang baru mau masuk ke dalam lift.
“Ia... aku kira akan terlambat, soalnya di jalan tadi sedikit macet,” jawab Lita tersenyum.
Mereka berdua langsung masuk ke dalam lift, menuju lantai lima, dalam lift bukan hanya ada mereka berdua saja namun banyak karyawan lain.
“Karyawan baru ya?” tanya seseorang kepada Lita.
“Nggak aku sudah lama kerja disini, sudah berapa bulan,” jawab Lita ramah.
Tidak lama lift berbunyi, menandakan mereka sudah tiba di lantai lima. “kami duluan ya,” pamit Lita.
Lita dan Agnes langsung meninggalkan lift dan segera menuju ruangan mereka.
“Yang menyapa kita tadi itu siapa ya?” tanya Lita kepada Agnes.
“Orang bagian keuangan, tapi aku lupa namanya,” jawab Agnes.
Setelah tiba diruang mereka, rekannya yang lain sudah pada datang. “ selamat pagi semuanya,” sapa Lita dengan ramah.
“Selamat pagi nona-nona cantik,” jawab salah satu rekannya.
Mereka langsung menuju meja kerja masing-masing, dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Saat jam makan siang, Lita dan Rekan lainnya langsung menuju kantin untuk makan siang, namun saat di lobby dirinya tidak sengaja di tabrak oleh seorang ibu paru baya.
“Maaf ya nak, ibu sedikit terburu-buru,” ucap Ibu tersebut.
“Tidak apa-apa buk, apa ibu tidak apa-apa? tanya Lita kembali.
“Ibu tidak apa-apa, terimakasih ya, ibu pamit dulu,” ucap wanita tua itu.
Lita hanya mengangguk sambil tersenyum kepadanya, dan langsung melanjutkan perjalanannya menuju kantin, karena rekannya yang lain sudah duluan.
“Anak muda itu sangat baik dan ramah, dia juga lumayan cantik” ucap Ibu Rita, mama dari Gerry.
“Kok kamu lama banget sih, katanya cuma mau ke toilet sebentar,” tanya Agnes kepada Lita.
“Soalnya tadi waktu mau ke sini, tiba-tiba ada seorang ibu tidak sengaja menabrak aku gitu, makanya aku bantu dia dulu, untung beliau tidak apa-apa,” jelas Lita.
Sedangkan di ruangan Gerry, dia dikagetkan dengan kedatangan mamanya dengan tiba-tiba, tanpa memberitahukan dirinya terlebih dahulu.
“Kok mama tiba-tiba ke sini tanpa memberitahukan aku dulu sih?” tanya Gerry kepada mamanya.
“Kebetulan saja mama lewat, dan kebetulan sudah jam makan siang makanya mama singgah sekalian mengajak kamu makan siang bersama mama,” jelas mama Rita.
Gerry langsung setuju, dia membereskan meja kerjanya, dan langsung mengajak mama Rita untuk makan siang bersama.
Kali ini Aiden tidak ikut bersaman dengan mereka, dan lebih memilih makan siang di kantin bersama dengan Luis, karena Aiden tau kalau nyonya besar mengajak Gerry makan siang, berarti ada yang ingin ia bicarakan secara pribadi dengan anaknya.
“Mama mau membahas apa, kok sampai datang mengajak ku makan siang,” tanya Gerry penuh selidik.
“Tidak ada sayang, mama hanya ingin makan siang bersama, karena sudah lama kita tidak makan siang berdua,” jelas Rita kepada anaknya.
Tidak lama akhirnya mereka tiba di salah satu restoran mewah, Gerry dan Rita langsung masuk ke dalam, menuju ruangan VIP, karena mereka tidak ingin makan siang mereka terganggu oleh orang-orang yang sekedar menyapa atau meminta berfoto bersama.
Di kantin perusahaan, Lita dan lainnya asik menikmati makan siang sambil mengobrol santai, apa lagi ada pasangan kekasih ikut bersama mereka, Agnes tidak henti-hentinya menggoda mereka berdua.
“Ramai banget,” ucap Luis yang ikut bergabung dengan mereka.
“Eh pak Luis dan pak Aiden, ayo gabung sini,” ucap Agnes dengan semangat.
Lita langsung memberikan kursi kosong untuk mereka berdua, tidak ada lagi malu-malu atau sungkan di antara mereka, karena sudah terbiasa makan siang bersama.
Makanan yang di pesan Luis dan Aiden akhirnya datang, mereka langsung menyantapnya, tidak ada obrolan pekerjaan keluar dari mulut mereka, hanya canda tawa, membuat makan siang mereka semakin ramai.
Apa lagi Aiden yang jarang makan siang di kantin, dia selalu makan siang bersama Gerry atasannya, tidak seperti dengan Luis yang memang lebih suka makan di kantin dari pada di luar, karena menurutnya makanan di kantin tidak kalah enak dengan makanan di luar sana.
“Bagai mana pak Aiden makanan di sini, enak kan? dan tempatnya juga bersih dan rapih,” ucap Emil kepada Aiden.
“Bukannya aku tidak mau makan di sini, tapi tergantung dari bos besar,” jawab Aiden.
Tidak lama akhirnya mereka selesai makan, namun mereka tidak langsung meninggalkan kantin, tiba-tiba handphone Aiden berdering, dan ternyata Gerry yang menghubunginya.
“Aku duluan ya, bos besar sudah memanggil aku, dia sudah di ruangannya,” pamit Aiden kepada mereka semua.
Setelah Aiden pergi, Agnes langsung bertanya kepada Luis, “ tumben pak Aiden tidak makan siang bersama dengan pak CEO?” tanya Agnes dengan keponya.
“Oh Pak CEO lagi makan siang bersama nyonya besar, jadi Aiden tidak ingin mengganggu mereka,” jawab Luis.
“Mungkin mereka membahas persiapan pertunangan pak CEO, karena tidak lama lagi tunangan pak CEO akan pulang dari Inggris,” lanjut Emil.
“Udah ah, tidak usah kita bahas itu,” ucap Luis. mereka semuanya langsung diam, namun hati Lita kembali tersayat karena mendengar sahabatnya membahas pertunangan Gerry dan Evelin.
Mereka semuanya langsung meninggalkan kantin dan kembali melanjutkan pekerjaan mereka yang masih tertunda, namun Lita sudah tidak ada semangat kerjanya.
💞💗
Jangan lupa di like dan komentar ya kak, terimakasih🙏🙏
💕Bersambung💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Nona_Ariesta
Mamanya Gerry tidak sombong ya
2022-02-28
0