“Kenapa muka mu kecut begitu?” tanya Dea kepada Lita.
“Dia mau dijadikan istri kedua oleh pak Salam,” jawab Anton dari belakang.
Mendengar jawaban Anton, Dea dan lainnya ikut tertawa karena candaan Anton.
“Lita kalau aku sih ogah, mana sudah tua lagi,” ucap Agnes bercanda.
Siapa juga yang mau dengan pak Salam, melihatnya saja aku sudah takut,” jawab Lita mengundang tawa dari rekannya yang lain.
Memang teman satu ruangan Lita semuanya suka bercanda kecuali Lia, makanya kalau mereka lagi berkumpul, Lia selalu menyendiri karena dia orangnya tidak bisa di ajak bercanda.
“Udah ayo kembali ke meja masing-masing, jam kerja sudah mulai, nanti pak Gerry sidak lagi mampus kita,” lanjut Dea.
Mereka semua kembali ke mana masing-masing, namun tidak lama Dea memanggil Lita.
“Lita kamu di panggil ke ruang pak Gerry, barusan pak Aiden menelpon aku,” ucap Dea kepada Lita.
“Di panggil karena kenapa ya mbak?” tanya Lita sedikit panik.
“Aku nggak tau, yang penting kamu di panggil, tapi tenang aja nggak mungkin kamu di pecat,” jawab Dea.
Lita segera menuju lantai delapan di mana ruangan CEO berada, dalam perjalanan Lita sedikit gugup karena tiba-tiba di panggil oleh CEO-nya.
“Semoga aku tidak di pecat, aku masih ingin bekerja di sini,” batin Lita.
Setibanya di lantai delapan, Lita langsung menuju ruangan CEO, dengan perasaan sedikit takut.
“Lita... ngapain kamu di sini?” tanya Emil sahabatnya.
“Nggak tau Mil, tapi katanya aku di panggil pak Gerry,” jawab Lita dengan sedikit lemas.
Emil melihat sahabatnya itu, sedikit ada kekhawatiran pada dirinya, ada apa kok sampai di panggil pak Gerry segala.
“Jangan khawatir, siapa tau pak Gerry akan memberikan kamu tugas tambahan,” ucap Emil kepada Lita.
“Ia semoga say, aku masuk dulu ya, pak Aiden sudah menunggu aku di pintu,” ucap Lita kepada Emil. Emil hanya menganggukkan kepalanya.
Lita langsung menuju ruangan CEO, di depan pintu Aiden sudah menunggunya di depan pintu.
“Selamat pagi mbak Lita, ayo aku antar ke dalam, pak Gerry sudah menunggu anda di dalam ruangannya,” ucap Aiden kepada Lita.
“Terimakasih pak Aiden,” jawab Lita dan langsung mengikuti Aiden masuk ke dalam ruangan CEO.
“Selamat pagi bos, nona Lita sudah ada,” ucap Aiden kepada Gerry.
“Suruh masuk,” ucap Gerry, namun matanya tetap menatap tumpukan kertas di atas mejanya.
Aiden langsung mempersilahkan Lita untuk masuk, walaupun sedikit gugup namun Lita tetap berusaha tersenyum di hadapan Aiden dan juga Gerry.
“Silakan duduk nona, aku permisi dulu,” ucap Aiden pamit kepada Lita.
“Terimakasih pak Aiden,” ucap Lita.
Aiden langsung meninggalkan ruangan Gerry, perasaan Lita semakin tidak karuan, karena Gerry tidak kunjung bangkit dari duduknya, dia juga masih dia tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
“Untuk apa dia memanggil aku, kalau dia hanya diam begitu,” batin Lita.
Tidak lama akhirnya Gerry bangkit dari duduknya, dia menatap Lita tanpa berkedip, membuat Lita sedikit salah tingkah.
“Aduh pak, jangan tatap aku gitu dong, aku tidak kuat,” batin Lita kembali.
“Nama kamu Lita Anggraini?” tanya Gerry dan langsung duduk di hadapan Lita.
“Ia pak, nama saya Lita,” jawab Lita gugup dan tertunda.
“Hari ini, kamu menemani saya ke lokasi hotel yang baru saya bangun, soalnya Aiden tidak bisa menemani saya,” ucap Gerry kepada Lita.
“Ba...baik pak, tapi kenapa harus aku, apa tidak ada yang lebih layak dari pada aku?” tanya Lita kepada Gerry.
Gerry hanya tertawa mendengar jawaban Lita, “Terserah aku, mau pilih siapa, dan aku tidak suka penolakan,” lanjut Gerry.
Gerry kembali ke mana kerjanya dan mengambil kunci mobil di dalam laci meja. “Ayo kita jalan,” ajak Gerry kepada Lita.
“Boleh aku singgah di ruanganku sebenar, untuk pamit kepada mbak Dea, sekalian mengambil tas aku,” ucap Lita sedikit takut.
“Ia silakan, nanti aku yang bicara langsung dengan Dea,” jawab Gerry dan langsung meninggalkan ruangannya.
Lita langsung mengikuti Gerry dari belakang, dan langsung masuk ke dalam lift menuju lantai lima.
“Dea... aku mau keluar dulu dan aku pinjam anakmu, karena Aiden tidak bisa akut aku karena sebentar dia akan menggantikan aku meeting,” ucap Gerry kepada Dea.
“Baik Pak, bapak mau bawah pulang ke rumah bapak juga tidak apa-apa, aku ikhlas kok,” jawab Dea bercanda, dan. langsung mendapatkan tatapan mata dari Lita.
Agnes juga langsung menggoda Lita, namun Lita langsung mencubit lengan Agnes, dan langsung mengikuti Gerry keluar dari dalam ruangannya.
Agnes langsung mengirim pesan WA kepada Lita, dia tidak berhenti menggoda Lita, karena baru kali ini CEO mereka mengajak karyawannya ke lokasinya proyek, biasanya hanya Aiden yang selalu di sampingnya.
Di dalam mobil Lita sangat canggung, karena dia tidak tau mau membahas apa.
“Di sini kamu tinggal dengan siapa?” tanya Gerry memecahkan keheningan di dalam mobil.
“Oh... aku ngekost pak, soalnya orang tua ada di kampung,” jawab Lita.
Gerry hanya mengangguk mendengar jawaban Lita, karena masih canggung Lita hanya menatap lurus ke depan, tidak seperti dengan Gerry yang selalu melirik Lita.
“Wanita ini sangat cantik, sederhana dan mandiri lagi,” batin Gerry.
“Apa tidak apa-apa kalau kita pulang telat nanti?” tanya Gerry kembali.
“Tidak apa-apa pak,” jawab Lita singkat.
“Ok... aku hanya takut saja, nanti ada yang marah kalau kamu telat pulang,” lanjut Gerry kembali.
Lita hanya tersenyum, “tidak ada pak, siapa juga yang marah, aku udah bilang kalau aku tinggal sendirian,” jawab Lita kembali.
“Aku takutnya nanti pacar kamu marah,” ucap Gerry kembali.
“Oh kalau itu, aku belum punya pacar, aku ingin fokus kerja dulu,” jawab Lita.
Entah kenapa, Gerry sengaja bertanya begitu, karena dirinya ingin tau apa Lita sudah punya pacar atau belum. setelah mendengar jawaban Lita, Gerry langsung tersenyum bahagia.
“Oh ternyata dia belum punya pacar toh,” batin Gerry.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, akhirnya mereka tiba di lokasi pembangunan hotel, namun Lita sedikit bingung karena hotel tersebut bukan milik sanjaya grup. dan ternyata hotel tersebut adalah milik Gerry sendiri tanpa campur tangan Ayahnya.
Setelah selesai mengelilingi hotel yang sedikit lagi akan rampung itu, Gerry langsung mengajak Lita untuk makan siang, kebetulan sudah waktunya makan siang.
“Ayo kita cari makan dulu, aku sudah sangat lapar,” Ucap Gerry kepada Lita.
Lita hanya setuju saja, dan langsung mengikuti Gerry dari belakang. “Kamu sukanya makan apa?” tanya Gerry saat mereka sudah di dalam mobil.
“kalau aku pak, tidak milih-milih makanan, tapi kalau di tanya makanan kesukaan, aku suka bakso dan nasi padang,” jawab Lita sedikit malu-malu.
“Ok... kita makan nasi padang kalau begitu, karena sebagai laki-laki yang baik, dan baik, tidak ingin wanitanya kelaparan dan juga harus tau makanan kesukaannya,” ucap Gerry membuat Lita langsung kaget dan langsung menatap Gerry.
“Apa? apa aku tidak salah dengar dengan ucapan bapak barusan?” tanya Lita kepada Gerry.
****
Sampai di sini dulu nya guys, jangan lupa dukungannya, terimakasih 🙏🙏
***********BERSAMBUNG**************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments