“Astaga telat lagi bangunnya, ini gara-gara nonton ni,” ucap Lita dan langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi, karena sekarang jam sudah menunjukkan jam enam pagi.
Tidak menunggu lama akhirnya Lita selesai mandi, dan segera bersiap-siap, kali ini Lita menggunakan celana panjang sebagai bawahan dan baju jenis peplum warna coklat, dan memoles wajahnya dengan makeup tipis, membuat dirinya tambah cantik, apa lagi di tambah rambutnya yang di urai, membuat dirinya tambah cantik dan elegan.
Lita menatap dirinya lewat kaca besar yang ada di dalam kamarnya, “Lita ternyata kau cantik juga,” ucap Lita memuji dirinya sendiri. puas memperhatikan dirinya, dia langsung mengambil tas kerjanya dan langsung berangkat ke kantor, tidak lupa dia mengunci kamar kost terlebih dahulu.
“Let's go...” ucap Lita dan langsung melajukan motornya menuju Sanjaya grup, namun di jalan Lita menyempatkan diri untuk singgah membeli roti, karena dirinya belum sempat sarapan karena takut telat.
Lita membeli beberapa bungkus roti, karena bukan hanya dirinya tapi juga teman-teman yang ada satu ruangan dengannya.
Setibanya di kantor, Lita langsung masuk ke dalam loby setelah memarkirkan motornya terlebih dahulu.
“Lita...,” teriak seseorang yang memanggil dirinya.
“Hai... Kau juga baru datang?” tanya Lita kepada Emil.
Dan ternyata yang memanggil Lita adalah sahabatnya Emil yang juga baru tiba. mereka berdua berjalan beriringan masuk ke dalam lift karyawan, namun Lita yang terlebih dulu sampai di ruangannya.
“Aku duluan ya, nanti siang kita makan bareng ya di kantin,” ucap Lita kepada Emil.
“Ok beres, sampai ketemu nanti siang,” ucap Emil.
Lita langsung keluar dari dalam lift saat pintu lift sudah terbuka, sedangkan Emil masih lanjut kelantai delapan.
“Lita... kamu cantik banget,” puji Dea saat bertemu dengan lita di depan pintu ruangan mereka.
“Ah bisa aja, mbak Dea juga cantik kok,” jawab Lita tersenyum. mereka berdua langsung masuk ke dalam ruang, Lita langsung membagi-bagikan roti yang sempat singgah ia beli tadi.
“Lita... pagi ini kamu ikut meeting ya, bersama aku dan juga Anton,” ucap Dea kepada Lita.
Lita langsung setuju, karena tidak mungkin dia menolak, apa lagi dirinya karyawan baru di sini, nanti di bilangin sombong lagi, tidak mau di ajak kerja sama.
“Tapi kamu harus sabar ya menghadapi pak bos, soalnya dia suka marah-marah kalau tidak sesuai yang dia inginkan,” ucap Agnes menakut-nakuti Lita.
“Udah jam kerja, ayo kembali ke meja masing-masing,” ucap Dea dan langsung menuju mejanya.
Tidak lama Lita, Dea dan Anton meninggalkan ruangan mereka, dan menuju lantai atas untuk meeting.
“Kita bertiga arus menunjukkan kepada pak Gerry kalau bagian pemasaran itu bukan kaleng-kaleng,” ucap Dea memberikan semangat kepada temannya.
“Tapi nanti Lita aja ya yang maju,” ucap Anton kepada Dea dan Lita.
Dea langsung menatap Lita untuk meminta persetujuan, dan Lita tanpa
menunggu lama dia langsung setuju untuk menggantikan Anton untuk tampil di depan.
“Terimakasih Lita, aku sudah duga kamu pasti setuju,” lanjut Anton bahagia.
Mereka bertiga asik mengobrol, akhirnya tiba juga di lantai delapan tempat mereka meeting. Lita sedikit gugup karena pertama kalinya ikut meeting dengan parah petinggi perusahaan.
Saat mereka bertiga masuk dalam ruangan, banyak mata yang langsung menatap mereka, apa lagi ada orang baru yang datang bersama dengan Dea dan Anton.
“Wa... ada anggota baru ini,” ucap pak Salam manajer keuangan.
Lita hanya tersenyum kepadanya namun dalam hatinya ingin muntah melihat tingkah pak salam yang sok genit dan main mata kepadanya.
Dea dan Anton hanya diam tidak menjawab pertanyaan pak Salam, mereka malah asik memperkenalkan Lita pada rekannya yang sesama wanita.
“Kamu hati-hati padanya, dia orangnya sangat genit,” bisik Anton kepada Lita, membuat Lita sedikit merinding.
Tidak lama Gerry dan Aiden masuk ke dalam ruangan di ikuti Luis dari belakang.
“Selamat pagi semuanya,” sapa Gerry kepada peserta meeting.
“Pagi pak...,” jawab peserta meeting.
“Semuanya sudah hadir? kalau begitu mari kita mulai,” ucap Gerry.
Meeting berjalan dengan lancar, kini giliran Lita yang maju ke depan mewakili staf pemasaran, walaupun sedikit gugup namun dia berusaha setenang mungkin agar tidak kelihatan gugup, semua mata tertuju kepadanya, Dea dan Anton tersenyum melihat Lita yang begitu lihai berbicara di depan.
Gerry yang curi-curi pandang kepada Lita, itu tidak luput dari pantauan Aiden dan Luis. mereka berdua saling memberikan kode, karena Luis maupun Aiden adalah teman Gerry dari bangku SMA, hanya waktu kuliah Luis memilih kuliah di Singapura.
Tidak seperti biasanya, Gerry tidak pernah menatap karyawannya saat tampil di depan, namun bedah dengan Lita, Gerry selalu memperhatikan dirinya, namun itu tidak di sadari oleh Lita.
Satu jam lebih di dalam ruangan meeting akhirnya mereka kembali keruangan mereka masing-masing. Dea dan Anton langsung memuji Lita.
“Kamu sangat hebat Lita,” ucap Dea merangkul sahabatnya itu.
“Ia aku bangga sama kamu, walaupun ini pertama kalinya kamu ikut meeting tapi tidak mengecewakan,” puji Anton.
“Terimakasih kasih, tapi ini semua bantuan kalian juga kok, tidak mungkin aku bisa tampil berani tanpa dukungan dari kalian,” jawab Lita kepada Dea dan Anton.
Gerry langsung masuk ke dalam ruangannya bersama Aiden dan juga Luis. karena Luis memang ada perlu kepada Gerry.
“Tadi aku lihat, kamu selalu curi-curi pandang kepada karyawan baru itu, yang dari bagian pemasaran?” tanya Luis kepada Gerry.
Gerry langsung menatap Luis dengan tatapan tidak sukanya, “jangan asal bicara, wanita itu bukan tipe aku,” bentak Gerry.
Luis hanya tersenyum mendengar jawaban dari Gerry, “Oh aku lupa, ternyata kau sudah di jodohkan dengan Evelin, ya bisalah aku dekati dia, apa kau tidak ingin mendekatinya Aiden?” lanjut Luis seperti mengejek Gerry.
“Siapa sih tidak ingin mendapatkan pendamping hidup secantik dia, kalau dia mau kenapa tidak jawab Aiden tertawa.
Gerry hanya diam, dan langsung menyuruh Luis dan Aiden kembali ke ruangan mereka masing-masing.
Luis dan Aiden langsung kembali ke ruangannya, sedangkan Gerry memikirkan ucapan Luis sahabatnya, “ tidak mungkin aku menyukainya, mau simpan di mana muka aku, kalau aku menyukai karyawan aku sendiri, di memang cantik dan menarik, namun tidak mungkin aku menyukainya,” batin Gerry.
Gerry kembali fokus dengan tumpukan kertas di hadapannya, karena yang ada di otaknya adalah kerja dan kerja, urusan asmara itu urusan nomor sekian,
Namun bayang-bayangan Lita kembali berkeliaran di kepalanya, membuat dirinya sedikit tidak konsentrasi bekerja, Gerry langsung mengusap mukanya dan menyandarkan Kepala di belakang kursinya.
“Apa benar yang di katakan Luis kalau aku menyukainya, ah tidak mungkin,” ucap Gerry kembali.
***********Bersambung************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Nona_Ariesta
Gerry jual mahal, tidak mau mengakui kalau dirinya suka sama Lita
2022-02-14
0