Rasa Sesak Di Dada

Seperti janji Gerry semalam, kalau hari ini dirinya akan menghabiskan waktunya bersaman dengan Lita kekasihnya.

Lita juga sudah menyiapkan makan siang untuk mereka berdua, karena dia tau tidak akan mungkin keluar makan di luar berdua dengan Gerry, itu sangat berbahaya. walaupun dirinya sangat ingin jalan dan makan berdua seperti pasangan yang lainnya, namun Lita sadar diri kalau dia berhubungan dengan siapa.

Hampir jam sepuluh pagi, Gerry sudah tiba di apartemen, Lita langsung membuka pintu saat terdengar suara bell. “Selamat pagi sayang,” sapa Gerry kepada Lita.

“Pagi juga yang, ayo masuk,” ajak Lita.

Sepertinya biasa, Lita selalu membuat kopi untuk Gerry, karena dia tau kalau kekasihnya itu pasti belum minum kopi.

“Enak ya, pagi-pagi sudah ada yang perhatikan,” ucap Gerry bermain mata pada Lita.

“Minum dulu kopinya, aku tau dari pagi kamu pasti belum minum apa-apa,” jawab Lita.

Mereka berdua duduk menikmati kopi serta cemilan yang sempat Lita beli kemarin di saat dirinya ke mall bersama kedua sahabatnya.

Tiba-tiba Gerry mematikan televisi, karena yang keluar adalah berita tentang dirinya dan juga Evelin. “kenapa di matikan?” tanya Lita.

Gerry tidak menjawab dia hanya menatap Lita yang juga menatap kepadanya, mata mereka saling mengadu. “Itu nggak penting,” jawab Gerry.

Lita hanya diam dia tidak ingin berdebat dengan Gerry, karena sudah berapa kali kalau mereka membahas itu akan berakhir dengan pertengkaran, dan membuat Gerry pergi begitu saja.

“Ok kamu mau makan apa? biar aku masakan?” tanya Lita kembali.

“Apa aja yang penting kamu yang masak, pasti aku makan,” jawab Gerry.

Lita langsung menuju dapur, kali ini dia akan memasak sayur tumis kangkung dan ikan saus manis, karena cuma itu yang ada di dalam kulkasnya.

Tanpa menunggu lama, Lita langsung bertempur di dapur untuk menyiapkan makan siang, karena ini juga sudah mau jam makan siang.

Di ruang tamu, Gerry menerima telepon dari Evelin, obrolan itu Lita masih bisa dengar walaupun hanya samar-samar, “Ia Eve... nanti di rumah baru aku hubungi kamu kembali, aku lagi di luar bersama rekan bisnis aku,” ucap Gerry kepada Evelin lewat sambungan telepon.

Mendengar itu, Lita langsung lemas, tidak dia sadari, air matanya jatuh begitu saja, dengan cepat Lita mengusap air matanya agar Gerry tidak melihatnya.

“Masak apa, harum banget,” ucap Gerry yang tiba-tiba berada di dapur.

“Oh... a... aku hanya masak tumis kangkung sama ikan saus manis, semoga kamu suka,” ucap Lita tetap membelakangi Gerry.

Dia berharap agar Gerry tidak melihat matanya yang merah karena habis menangis.

“Kamu duduk di sana dulu, sedikit lagi matang kok,” ucap Lita kepada Gerry.

Gerry langsung setuju dan memilih langsung duduk di kursi yang ada di meja makan, tidak lama akhirnya masakan Lita selesai juga, Lita langsung menatanya di atas meja makan.

“Ayo makan, aku udah lapar,” ucap Lita kepada Gerry.

Gerry langsung setuju dan mereka berdua duduk menikmati makan siang, namun mereka makan dengan lahap, tanpa ada yang bersuara.

Setelah makan Gerry langsung pamit pulang karena dia akan menyelesaikan pekerjaannya, apa lagi besok harus turun lapangan lagi mengecek hotelnya yang dalam tahap penyelesaian.

“Aku pamit pulang dulu ya, sampai ketemu besok,” ucap Gerry kepada Lita.

Lita langsung mengangguk setuju, namun dalam hatinya merasa kecewa karena tidak seperti biasanya Gerry terburu-buru untuk pulang ke apartemennya.

“Mungkin dia mau teleponan dengan Evelin, karena tadi aku dengar kalau nanti baru dia menghubungi Evelin kembali,” batin Lita.

Setelah Gerry pergi, Lita langsung menutup pintu dan segera menuju kamarnya, di dalam kamar Lita hanya duduk termenung, memikirkan nasib hubungannya dengan Gerry, apa lagi tinggal beberapa bulan lagi Evelin akan kembali ke jakarta.

Akhir-akhir ini, kepulangan Evelin lah yang selalu menghantui pikiran Lita, dan jika ia menceritakan kepada Gerry, ujung-ujungnya akan terjadi pertengkaran, dan Lita tidak mau hal itu terjadi.

Makanya Lita lebih memilih untuk memendamnya sendiri, karena tidak mungkin dirinya akan menceritakan permasalahannya ini kepada sahabatnya. bisa jadi dirinya akan kehilangan sahabat seperti mereka.

Karena terlalu capek berpikir, akhirnya Lita tertidur, karena kepalanya sudah sangat capek memikirkan hubungannya dengan Gerry. yang entah endingnya akan berubah manis atau malah menyakitkan.

Setibanya di apartemen, Gerry langsung membersikan diri, setelah semuanya selesai, dia langsung menyalakan laptopnya, dan mulai memeriksa pekerjaan yang belum ia selesaikan, dia melihat semua laporan yang masuk ke dalam e-mail, laporan tentang perkembangan pembangunan hotel miliknya.

Ini Gerry persiapkan agar suatu saat nanti bila dirinya menentang perjodohan dari orang tuanya, dia tidak akan hidup miskin, karena sudah mempunyai hotel sendiri.

Sesuai dengan kesepakatan dengan ayahnya, bila dirinya tidak menikah dengan wanita pilihan mereka, maka Gerry akan di coret dari daftar keluarga, dan di coret dari pewaris tunggal Sanjaya.

Sebelum memulai bekerja, Gerry terlebih dahulu membuat secangkir kopi untuk menemani dirinya bekerja. namun kali ini dia tidak sendirian, namun di temani oleh Aiden sang sekretarisnya.

Aiden sudah menghubunginya kalau dirinya masih di dalam perjalanan menuju apartemen Gerry.

Terkadang juga Aiden sedikit emosi karena waktunya untuk istirahat habis karena menemani bosnya kerja, namun upah yang di berikan Gerry padanya tidak main-main, makanya dia rela menghabiskan waktu liburnya dengan kerja atau menemani Gerry ke mana saja dia mau.

Tidak lama akhirnya Aiden tiba juga di apartemen milik Gerry. “Maaf bos sedikit telat,” ucap Aiden kepada Gerry.

“Emang itu sudah kebiasaan mu,” jawab Gerry fan mempersilahkan Aiden untuk masuk.

Aiden hanya tersenyum mendengar omelan bos sekaligus sahabatnya itu.

“Kau bikin apa kenapa telat datang? kau kayak mempunyai kekasih saja,” lanjut Gerry mengomel.

“Bagai mana aku punya pacar, kalau waktuku hanya habis menemanimu, kau tidak memberikan ku waktu untuk mencari pasangan hidup,” jawab Aiden kepada Gerry.

Gerry langsung duduk di kursi kerjanya, sedangkan Aiden langsung menuju dapur untuk membuat kopi terlebih dahulu sebelum duduk menghadapi tumpukan pekerjaan.

Memang masalah hotel, mereka selalu kerjakan di saat wekeend karena mereka tidak ingin mencampur adukan kerjaan di Sanjaya grup dan juga di hotel yang baru di bangun oleh Gerry.

“Apa kau yakin bisa menjalani dua pekerjaan ini nantinya? tanya Aiden duduk di samping Gerry.

“Kenapa tidak, kan aku akan menempatkan orang yang bisa aku percaya di hotel nanti,” jawab Gerry.

Aiden hanya mengangguk setuju dengan ucapan bosnya, mereka langsung bertempur dengan pekerjaan yang ada di hadapannya. handphone Gerry berapa kali berdering, namun Gerry membiarkan begitu saja.

“Kau angkat saja, biar tidak mengganggu,” ucap Aiden kepada Gerry.

“Aku malas mengangkatnya, karena tidak ada yang penting,” jawab Gerry dan langsung menyimpan handphonenya ke dalam laci meja.

Aiden tidak bertanya lagi, dia lebih fokus dengan pekerjaan yang ada di hadapannya, karena besok dirinya masih menghadapi pekerjaan lebih banyak lagi dari pada yang ini.

💗💗

Jangan lupa tinggalkan jejak, lewat like, komentar dan juga bungan mawarnya ya kak, terimakasih🙏

BERSAMBUNG💞💞

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!