Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. kedua keluarga besar, keluarga Aditama maupun keluarga melvian sama-sama sedang bersiap. untuk menghadiri janji pertemuan kedua keluarga ini untuk membahas lebih dalam perjodohan anak mereka. mereka janji bertemu di sebuah restoran milik keluarga melvian.
bunda Icha dan ayah Benny sudah siap di ruang keluarga bersama anak bungsu mereka, Tania. mereka menggunakan pakaian yang sedikit formal bernuansa hitam. bunda mencoba merapikan pakaian suaminya.
"pada ngapain sih mereka Bun, kaya anak gadis aja. siap-siap lama banget. padahal anak gadis satu-satunya kita saja udah siap ini" omel ayah melihat anak-anak bujang nya belum ada yang turun dari kamarnya masing-masing. hanya Tania yang sudah siap sejak tadi dengan stelan dress hitam.
"mereka mungkin sedang luluran, yah"canda Tania.
"sabar yah, biar bunda panggil mereka satu-satu yaa" ujar bunda menenangkan sambil bangkit dari duduknya berjalan menuju kamar ketiga anak laki-lakinya yang berada di lantai dua. sebelum menaiki tangga, bunda Icha sudah menemukan ketiga anaknya kompak turun tangga berbarengan. tampilan mereka tidak perlu diragukan, pastinya sangat keren di dukung dengan wajah tampannya masing-masing. tetapi saat melihat kemeja yang digunakan Dev berbeda warna, bunda hanya menyipitkan matanya. mencoba mencari kebenaran apakah penglihatan nya tidak salah.
"wah anak-anak bunda ganteng-ganteng semua, tapi kenapa Dev ga pake kemeja yang udah bunda siapkan nak?" ujar bunda.
"biar bisa bedain mana yang dijodohin kan, Bun. emang salah?" jawab Dev yang sebenarnya berniat ingin sedikit mengacaukan acara pertemuan ini. "yaudah, kita gak punya waktu banyak. yuk buruan, udah ditunggu ayah dari tadi loh. ayah udah ngomel juga." ajak bunda pada mereka bertiga. mereka berempat kompak menghampiri ayah dan Tania di ruang keluarga.
mendengar langkah kaki mendekat, ayah segera bangkit dan melihat istri dan ketiga anak laki-lakinya jalan bersamaan. tampak senyum tipis terukir di bibir pria paruh baya itu. tetapi secara bersamaan dia mengernyitkan dahi melihat tampilan Dev yang berbeda dengan yang lain. "Dev, baju mu ko beda? bunda sudah siapkan untuk kita semua kan?" tanya ayah
"sudah ko yah, tapi kata dev, biar bisa bedain mana yang dijodohin. gapapa yah, masuk akal juga kata Dev. biar keluarga mereka juga bisa menebak mana yang bakal dijodohin. kita pergi yuk, keluarga wira takutnya udah sampe duluan" sahut bunda menghindari pertengkaran antara suami dan anaknya.
mereka semua bersiap pergi dengan 2 mobil. satu mobil berisi ayah bunda beserta supir, dan satu lagi berisi 4 anaknya dan gio lah yang duduk di kursi kemudi. sekitar 20 menit perjalanan, mereka sudah sampai di restoran mewah yang di tuju. memarkirkan mobil di basemen restoran. dan mereka menuruni mobil masing-masing dan bersiap merapikan sedikit tampilan mereka.
"ayah, buruan. mereka sudah sampe katanya"ujar bunda yang sebelumnya dikabari sahabatnya.
"iya ayo Bun, anak-anak ayo" ajak ayah Benny.
mereka menuju lift yang tersedia untuk menuju lantai 3 restoran. setelah sampai di lantai 3 restoran, mereka disambut baik oleh beberapa pelayan restoran.
"selamat malam tuan. ada yang bisa saya bantu?" tanya sopan pelayan.
"malam, saya ada janji temu dengan keluarga pak wira" ujar ayah ben
"oh iya. silahkan tuan, lewat sini. sudah ditunggu oleh keluarga tuan wira." ujar pelayan lagi sambil mendampingi keluarga ini pergi ke ruangan yang dituju.
setelah sampai di ruangan yang di maksud, pelayan membukakan pintu ruangan itu perlahan.
"silahkan masuk tuan, nyonya, dan kakak semuanya. tuan wira dan keluarga juga sudah menunggu di dalam."
"terima kasih" ucap bunda. ayah Ben dan yang lain masuk bergilir. Keluarga melvian menyambut keluarga Aditama dengan ramah.
"Wira, apa kabar? maaf saya terlambat"sapa ayah Ben pada Daddy wira mereka saling memeluk layaknya sahabat yang lama tidak jumpa.
"wah, Benny sudah lama tidak bertemu. kabar kami baik. kamu bagaimana? it's oke Ben saya juga baru 10 menit yang lalu"
"kabar saya sekeluarga juga baik." balas ayah.
"icha apa kabar?" sapa mami lania. bunda dan mami lania saling memeluk dan cipika-cipiki layaknya ibu-ibu rumpi.
"baik lania, kamu bagaimana?" tanya bunda
"baik juga."
mami lania berganti menyapa ayah Ben. begitupun dengan bunda Icha dan Daddy Wira. begitulah kira-kira para orang tua saling menyapa.
"oh iya kenalkan wir, lan.. ini anak-anak saya. ini gio, ini radeva, ini Dani, dan ini Tania." ujar ayah ben memperkenalkan anak-anaknya satu persatu.
"kalian sapa om wira dan tante lania" titah ayah pada anak-anak nya. gio, radeva, Dani dan Tania secara bergiliran mencium tangan mami lania dan Daddy wira.
"cantik dan ganteng-ganteng yaaa" puji mami lania.
"terima kasih Tante" ucap Tania menunduk sopan
"oh iya, kenalin ini anak bungsu kami. namanya Davin." ujar Daddy wira.
"wah, Davin sudah besar ya.. terakhir tante liat Davin masih kecil loh" ujar bunda Icha. Davin hanya mengangguk dan tersenyum.
"ini Tante Marissa dan om benny. sapa mereka" titah Daddy pada Davin. Davin segera mencium tangan bunda Icha dan ayah Ben bergantian. tak lupa menyapa anak-anak Tante Marissa dengan senyuman dan dibalas senyum lagi. "gue ngerasa pernah liat ni anak. tapi dimana yah" batin Dev.
"oh iya, calon mantu saya kemana Wira?" tanya ayah Ben pada Daddy yang tak melihat anak gadis Wira.
"oh, tadi izin ke toilet sama abangnya" jawab Daddy. "eh ayo silahkan duduk. masa iya kita berdiri terus. ayo ayo.." ajak Daddy. mereka semua duduk di kursi yang sudah tersedia dengan meja berbentuk bulat terkesan menciptakan suasana kekeluargaan. para orang tua saling sibuk mengenang masa lalu mereka. gio, Dev, Dani dan Tania mulai sibuk dengan ponsel masing-masing. dan Davin hanya diam di kursinya. dia juga diam-diam memperhatikan satu-satu anak dari sahabat orang tua nya dan sesekali tertawa bersama para orang tua, pura-pura mendengarkan obrolan mereka.
"kira-kira yang jadi Kaka ipar ku yang mana ya. ku lihat yang paling keren Kaka yang pake baju putih. tapi dilihat lagi, mereka Keren semua. ah untungnya yang jadi Kaka ipar ku tidak ada yang mukanya tua. seperti di film-film " batin Davin. melihat Davin yang sedang sibuk memperhatikan anak-anak sahabat nya, mami lania iseng menyadarkan anaknya dengan menepuk bahu sang putra yang duduk di samping nya.
"Davin. vin" panggil mami. bukannya sadar, Davin malah makin anteng melihat anggota keluarga Aditama. sontak semua orang disana langsung fokus melihat Davin. dan seketika Davin tersadar. "i..iya mam" jawab Davin sambil gelagapan bisa-bisa nya dia kepergok sedang memperhatikan anak sahabat orang tuanya.
"Davin, kamu mau incar anak bungsu om ya" goda ayah Ben. Davin memasang wajah kikuk, malu setengah mati. "ti.. tidak om" sanggah Davin "Davin cuman menebak siapa yang bakal jadi Kaka ipar davin" jawab jujur Davin sambil cengengesan.
"kirain kamu mau dijodohkan juga dengan tania" goda Daddy
"dad, jangan bikin malu Davin" Davin sedikit berbisik tapi masih terdengar oleh semua orang.
"kalo benar juga gapapa ko vin" goda ayah Ben lagi. Tania yang sejak tadi namanya di bawa-bawa hanya bisa memasang wajah kesal.
"Tania gamau ya ayah, kaya ka Dev. yang dipaksa dijodohin cuman gara-gara dianggap anak yang biasa. padahal ayah gatau kalo ka Dev luar biasa" Tania buka suara, seperti mengeluarkan sebuah unek-unek. sedangkan sang ayah terdiam. tiba-tiba ruangan itu mendadak hening. krik krik..
Dev yang berada di sebelah Tania hanya bisa mengelus punggung adiknya. "Kenapa kamu bicara seperti itu" bisik Dev pada telinga Tania.
"maaf kak. Tania kebawa kesel" balas Tania menundukkan kepalanya.
"maaf semuanya, adik saya ini sedang pms katanya. jadi mungkin emosional nya gabisa dikontrol ngomongnya juga jadi ngawur." akhirnya Dev membuka suara untuk mencairkan kembali suasana.
...***...
Gisan dan glory yang sebelumnya izin pergi ke toilet pada orang tuanya, kenyataannya mereka malah pergi ke atas roof top restoran. karena restoran ini milik keluarga mereka, mereka seperti bebas akan melakukan apapun. saat ini yang dibutuhkan glory adalah udara segar. di temani abangnya, glo menduduki pembatas roof top gedung tersebut dan merentangkan tangannya sambil menikmati pemandangan langit gelap. sedangkan Gisan hanya memperhatikan nya.
"glo, lo gaada niat bunuh diri atau kabur kan?"tanya Gisan sedikit linu melihat glo berdiri begitu.
"gila lo bang, gue masih waras. masih pengen menikmati hidup. tapi sayangnya, ke depan gue gabisa sebebas ini kan" ujar glo dengan nada bicara yang melemah.
"glo, lo masih bisa bebas kok. walaupun lo nanti udah nikah, abang tetap jadi abang lo selamanya. kalo suami lo nanti tidak baik dan tidak memberi lo kebebasan, biar abang hajar dia. tapi abang yakin sih lo juga bisa hajar dia sendiri. secara lo punya jabatan macan galak di keluarga" hibur Gisan. seketika glo menatap tajam ke arah Gisan.
"Abang.. lo bener-bener ya" sadar akan tatapan glo, Gisan mengangkat kedua tangannya ke atas.
"ampun dek"
"lagian bang, gue bukan hanya takut soal itu."
"terus apalagi yang lo takut in?"
"gue takut di apa-apain bang" gumam glo pelan tapi masih sedikit terdengar oleh Gisan. Gisan hanya bisa tertawa terbahak mendengar kejujuran glo.
"kenapa lo takut? katanya begituan enak glo"
"bang, lu mah enak banget ngomongnya. cowo mana tau derita cewe. mending kalo begituan saling punya rasa cinta. kalo gak? terus kalo hamil juga gimana? sekolah gue gimana? impian gue gimana?"cerocos glo.
"glo. lo masih gabisa lupain Gerald kan? kenapa lo cari alasan lain sih"tebak gisan yang mendengar keluhan glo tak mendasar. padahal semua itu bisa dicegah kalo ada kesepakatan dengan pihak terkait.
"bang, gue yakin dia belum meninggal"lirih glo sambil menunduk mengingat perjuangan dia selama ini mempertahankan hatinya untuk seseorang tapi dihancurkan seketika oleh rencana perjodohan.
"glo, gue percaya sama lo. tapi hidup lo terus berjalan, lo harus memilih sekarang. kalaupun lo tidak setuju dengan perjodohan ini, lo tinggal jujur, kan. kata mami dan Daddy, lo bisa menolak asal lo bilang langsung sama mereka semua"
"gue ga tega bang sama mami Daddy. pasti nanti mereka malu sama sahabatnya kalo gue menolak"
"yaudah, lo harus terima. ini udah kelamaan glo. balik yuk nanti Daddy marah" ucap penutup Gisan sambil menarik tangan glory untuk turun. membawanya pergi kembali ke ruangan VVIP restoran.
...***...
keduanya sudah sampai di ruangan. bukannya masuk mereka malah berdiam di depan pintu. "bang, lo duluan masuk." ucap glory sambil mendorong kecil kakanya agar masuk lebih dulu.
"bentar glo, lo yakin udah pake dress bagus malah di tutup pake jaket gue. jelek tau" komen gisan
"bang, gue ga pede. tangan gue juga masih baret ini." jawab glo. glo memang memakai dress putih selutut terlihat anggun di tubuhnya. namun di bagian dada yang terlalu menjiplak bagian payudara nya, membuat glo tak percaya diri. ditambah luka tangan yang belum terkelupas bersih. ya, glo sama halnya dengan Dev yang membedakan dress code nya dengan keluarga mereka yang lain dan juga dengan alasan yang sama.
"yaudah, ayo kita masuk"
Gisan membuka pintu ruangan. terlihat kedua orang tua dan adiknya serta 6 orang asing, diperkirakan itu sahabat orang tuanya dan 4 anak-anak nya. terlihat suasana ruangan hening seperti ada ketegangan sebelumnya.
"bang, tamu nya udah Dateng. sapa dulu sana" bisik glo pada Gisan.
"malam semua, maaf tadi kami habis dari toilet" sapa gisan pada orang-orang di ruangan itu. tampak semua orang di ruangan spontan berdiri dan menatap Gisan dan glo kecuali satu orang. ada tatapan bahagia dari para orang tua, ada tatapan memuja dari gio untuk glo. tatapan dingin dari Dani. dan tatapan penasaran dari Tania. sedangkan Dev masih posisi duduk sibuk dengan handphone sedari tadi.
Gisan dan glo berusaha tampil ramah dengan tersenyum, terlihat palsu. saat saling menyapa dengan senyum, tak sengaja Gisan dan glo memandang seseorang yang tidak asing bagi mereka sedang sibuk memandang hp.
"DEV!?"teriak glory dan gisan bersamaan. Dev yang di panggil dengan teriak segera mengangkat wajahnya sekilas memandang dua orang di kenalnya mengabaikan sebentar hp yang sedari tadi dia mainkan. jelas 2 orang yang memanggilnya itu sosok tak asing. Dev berdiri bangkit dari duduknya.
"Gisan, glory? lo berdua ngapain disini?" tanya Dev heran.
"loh, ini anak-anak om, dev. sudah kenal dengan Gisan dan glo?" tanya Daddy wira.
"oh ... i.. iya om, mereka satu sekolah dengan saya. Gisan ini, Kaka kelas saya sekaligus sahabat saya di sekolah." jawab Dev.
"kak glory" teriak semangat Tania. glory yang di sapa menilik kembali wajah tania. seperti sedang mengingat wajah yang tidak asing baginya. padahal baru kemarin-kemarin dia bertemu.
"kak glory lupa sama Tania?" tanya Tania. melihat wajah glo yang bingung.
"Tania? ohh.. kamu Tania yang anak SMP itu?" tanya balik glo akhirnya ingat.
"iya kak, akhirnya kita ketemu lagi" senang Tania
"ohh iya-iya ... kamu beda banget kalo begini. pangling aku tuh" basa-basi glory padahal dia tadi memang benar-benar lupa sebelumnya dengan Tania.
"Tania juga pangling liat Kaka. beda banget. cantik deh."kagum tania melihat Glory tanpa kaca mata dan rambut yang di gelar.
"kak Dev, kak glo ini yang pernah aku ceritain." lanjut Tania pada Dev dan di dengar semua orang disana.
"wah ternyata anak-anak kita sudah saling mengenal ya" ujar Daddy wira.
"om Wira, jadi ka glory ini yang mau dijodohin sama ka Dev kan om? liat, baju mereka berdua beda dari kita semua." tanya polos Tania. dan Wira hanya menjawab dengan anggukan kepala sambil tersenyum kecil.
yang di jodohkan saling terkejut. glo diam seribu bahasa. dan Dev hanya bisa menepuk dahinya. bisa-bisanya dia dijodohkan dengan cewe aneh itu.
"yes!!! akhirnya kak glo jadi Kaka ipar aku. kak glo ingat kan janji kita?" tanya Tania sedikit menantang pada glo. glo yang ditanya tersentak mengingat kejadian saat bertemu Tania. sedikit mengusap wajahnya tak berniat sama sekali menjawab pertanyaan Tania. bisa-bisanya Tania mengingat hal yang menurutnya candaan semata.
"janji apa dek?" tanya bunda mewakili semua orang yang bertanya-tanya maksud si bungsu.
"jadi, kak glo ini pernah nolongin aku bun. Tania seneng banget sama kak glo. kak glo baik banget. sampe akhirnya Tania meminta ka glo buat jadi Kaka ipar ku. dan kak glo jawab mau kok. tapi nunggu lamaran langsung dari Kaka aku yang ganteng ini katanya " jawab Tania sambil menyenggol tangan Dev dengan bahunya. semua orang terkejut sambil tertawa bahagia. yang di senggol hanya mematung sedikit malu dengan kelakuan adiknya. sedangkan glo masih merasa syok dan sangat-sangat malu saat itu, yang bisa dia lakukan hanya menutup wajahnya dengan satu tangan. bisa-bisanya Tania si bocah SMP mempermalukan nya pada pertemuan kedua mereka bahkan di depan keluarga nya langsung.
"Dev, bagaimana? mau dilamar langsung? atau ayah wakilkan?" tanya ayah Ben menggoda dev.
"Dev boleh bicara berdua dengan glory sebentar?" Dev membuka suara untuk izin membawa glo berbicara berdua kepada para orang tua.
"silahkan. tapi jangan dibawa kabur ya Dev, kan belum dilamar langsung sama kamu" jawab Daddy wira dengan sedikit menggoda
"Daddy!" rengek glory.
mereka semua tertawa puas melihat Dev dan glory malu bersamaan. Dev langsung menarik keluar glory dari ruangan itu. mengajaknya untuk pergi ke ruangan lain. dan duduk di kursi kosong.
"ekhemm. gue cuman mau tanya sama lo. lo beneran cewe yang nolong Tania?" tanya Dev basa-basi.
"menurut lo? sampe Tania bilang begitu ke semua orang. malu tau" jawab ketus glo.
"luka lo udah sembuh?" tanya Dev lagi. melirik ke arah tangan glo.
"hmm" jawab glory di barengi anggukkan kepala.
"gimana pendapat lo soal perjodohan ini?" tanya Dev
"gaada" singkat glo.
"lo bersedia dengan perjodohan ini?" tanya Dev lagi
"sebenernya engga, tapi bagaimana lagi. ini bentuk bakti sekaligus hadiah ulang tahun buat Daddy gue." jawab jujur glo.
"Daddy lo ulang tahun?" tanya Dev.
"kemarin"
"oh. glo, gue mau jelasin sesuatu sama lo. ya mungkin lo udah tau kelakuan gue diluar sana. gue takut lo terbawa sama semua hal negatif yang gue lakuin. terlepas dari status gue ketua osis di sekolah. ayah gue mungkin malu punya anak kaya gue sampe cepet-cepet buat nikahin gue sama anak orang. " jelas Dev panjang lebar. mendengar penuturan Dev, glo merasa penasaran.
"malu?"tanya glo Dev hanya mengangguk.
"kenapa harus malu?" tanya glo lagi
"gue ga bisa jelasin semuanya. yang pasti lo harus pikirkan baik-baik tentang perjodohan ini"
"Dev, sebenarnya gue bisa menolak perjodohan ini. asal gue ngomong langsung sama orang tua lo" jujur glo lagi
"dan lo mau lakuin hal itu?" tanya Dev.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments