Tiba saatnya pulang sekolah. Gisan, yang sebelumnya pulang lebih dulu untuk mengambil mobil sedang di perjalanan kembali ke sekolahnya dengan Davin untuk menjemput glo.
"vin. lo chat Kakak lu. suruh cepetan ke halaman sekolah. kita 10 menit lagi nyampe. Kakak lo lelet kalo jalan kaya ular keket."kata Gisan sambil tetap fokus menyetir.
terdengar dering handphone Gisan tanda panggilan suara masuk.
"tuh handphone lu bunyi bang, pasti Kakak telpon" ujar Davin
"lu angkat, hp gue ada di tas" titah Gisan pada adiknya.
"hmm"
Davin segera meraih tas Gisan yang berada di kursi belakang mobil dan mengambil hp Gisan yang sejak tadi bersuara. benar saja Kaka perempuannya menelpon.
...📞Lory🐺...
"halo kak, ini davin"
"halo, Vin. lo udah sama abang?"
"iya, gue bentar lagi nyampe sekolah lo"
"jangan ke halaman sekolah. gue ada di halte. ke halte aja ya."
"hmm" Davin segera menutup telp secara sepihak.
"apa katanya?" tanya Gisan
"kita jemput di halte bang" jawab Davin.
"Ok"
...-------...
glory saat ini berada di halte, duduk menunggu abang dan adiknya menjemput. masih dengan jaket Sarah yang ia pinjam sebelumnya.
"tangan gue linu juga yah" ucapnya sambil menunduk memperhatikan tangannya dibalut perban putih dan mengusapnya pelan
"untung ga buntung juga nih tangan" lanjutnya.
glory memperhatikan sekitar halte yang sepi karena kebanyakan siswa disekolah nya menggunakan kendaraan pribadi.
tiba-tiba ada motor berhenti tepat didepannya. glory seketika memperhatikan siapa yang ada di balik helm full face dengan motor sport warna merah itu.
"lo ngapain masih disini?" tanya seseorang itu.
"siapa ya?" tanya glo menatap curiga dengan alisnya yang terangkat. takutnya orang jahat.
"lo belum kenal gue juga?" tanya seseorang itu. suara itu..-batin glo
"lu Ketos?" teriak glo dengan wajah terkejut nya
"gausah teriak lo. tampilan cupu lo ga pantes kasar" sindir Dev sambil membuka helm full face nya. terlihat tampan, dengan rambut berantakannya. glo hanya mematung melihat pemandangan indah itu. ih kok lumayan kalo berantakan gitu -batin glo
"jangan bengong lo! tau gue tampan" ucap Dev seperti tau maksud tatapan glo sambil membenarkan rambut yang berantakan di atas motornya. glo cepat memalingkan wajahnya.
"pake malu segala."
"heh Ketos! lo kayanya bukan dari bumi deh" ujar glo sambil memasang pandangan menelisik ke arah Dev.
"terus darimana? dari surga?" sahut dev
"dari Venus! aura nya panas terus" jawab ketus glo
"apa kabar lo, tampilan cupu aslinya galak" Dev tak mau kalah.
"pergi lo!" teriak glo sambil menunjuk Dev
"lo ga pulang?" tanya Dev
"bukan urusan lo" jawab glo dengan memalingkan wajahnya lagi. Dev hanya menggelengkan kepalanya sambil mengambil sesuatu dalam tasnya.
"gue cuman mau ngasih ini" ucap dev sambil memberikan plastik kecil berisi obat pada glo yang sebelumnya dia beli dari apotek terdekat tanpa niat ingin turun dari motor. agar glo saja yang menghampiri nya dan mengambil obat itu.
"lo ambil nih, obat pereda nyeri. gue tau luka lo pasti ngilu kan? anggap ini sebagai rasa tanggung jawab gue"ujar Dev lagi
"gausah!"ketus glo.
"buruan ambil, gue males turun dari motor ini."
"bawa tuh obat buat pacar lo yang katanya tersakiti karena gue." sindir glo
"lucu lo, kaya cwe yang lagi ngambek sama cowok nya!" sindir Dev dibalas tatapan tajam oleh glo.
"balik lo sana!" usir glo.
"gue gaakan balik kalo lo belum ambil obatnya" Dev tetap dengan posisinya menjulurkan obat dengan tangannya ke arah glo.
Terlihat tidak jauh dari posisi glo saat ini, glo menyadari ada mobil yang ia kenali melaju mendekati halte.
gawat! itu bang gisan udah nyampe aja -batin glo
dengan panik, glo segera bangkit, menghampiri Dev dan mengambil obat dari tangan Dev dengan gerakan cepat dan kasar.
"kenapa lo?" tanya Dev merasa aneh melihat wajah panik glo
"makasih, buruan lu balik!" usir glo sambil pergi menjauhi Dev dan duduk kembali di kursi halte.
Dev menatap aneh glory. tanpa pikir panjang, karena adiknya sudah meminta dijemput, dev segera memakai helm nya dan kembali melajukan motor sport miliknya.
tepat saat motor sport Dev menjauh, mobil Gisan tiba di halte. membunyikan klakson tanda glo harus segera masuk mobil. glo mengerti, dan sedikit berlari membuka pintu belakang mobil.
"kenapa lo kak?" tanya Davin membalikkan tubuhnya menatap sang kaka yang akan duduk di kursi belakang dengan terburu-buru.
"kenapa apa?" tanya balik glo yang sudah selesai dengan posisi ternyaman nya menutup kembali pintu mobil dan menyembunyikan tangan nya dibalik saku jaket.
"lo buru-buru banget. yang tadi pacar lo?" tanya Davin yang sempat melihat glo menghampiri seseorang yang mengendarai motor sport merah walaupun dari kejauhan. mendengar kata pacar, Gisan spontan membalikkan badannya untuk ikut mengintrogasi adik pertamanya itu.
"apaan sih vin, fitnah banget" jawab glo sedikit ngegas.
"yang bener Vin?" tanya Gisan pada Davin. Gisan memang tidak sempat melihat sosok itu karena terlalu fokus pada jalanan
"tadi bang, ada cowo pake motor sport merah nyamperin kak glo. lo ga liat?" adu Davin.
"engga, pacar lo glo?" tanya Gisan dengan tatapan intimidasi pada glo
"temen bang, dia ngasih obat" jawab glo sambil menunjukkan plastik obat dengan tangan yang terluka.
"tangan lo itu kenapa?!" teriak Gisan.
"jatuh dari got bang dihalaman belakang sekolah" jawab asal glo.
"bentar, lu cewe cupu yang dilabrak Kalila bukan?" tanya Gisan penasaran.
mampus! -batin glo
"gatau lah bang. gue cape. kapan jalannya ini mobil? keburu Daddy pulang kantor loh" alih glory sambil menyandarkan badannya dan memejamkan matanya. segera Gisan dan Davin berbalik ke posisi semula dan Gisan melajukan mobilnya tanpa terlalu banyak membahas masalah glo.
"kita perlu ke rumah sakit glo?" tanya gisan yang khawatir dengan luka tangan glo.
"gausah bang. udah biasa. temen gue juga udah kasih obat nih" jawab glo.
"beneran gapapa kak?" tanya Davin kali ini.
"gapapa ih" kesal glo karena kebawelan kedua saudaranya itu.
"glo, lo bilang ke abang ya kalo lo ga kuat ngelawan orang yang macem-macem sama lo" ucap Gisan tiba-tiba pada adiknya.
"hmm, santai aja bang. gue masih bisa handle. lagian tadi itu salah paham." jawab glory.
Gisan tau betul kalo glory gasuka merepotkan orang lain dan tidak suka orang lain mencampuri urusannya. Gisan juga percaya glory memang selalu bisa mengatasi masalahnya sendiri. sejak dulu hingga sekarang, walaupun dia anak perempuan satu-satunya, tetap saja glory yang selalu maju paling depan membela Kaka dan adiknya jika ada yang mengganggu.
"cewe kaya Kaka mana ada yang berani buat menindas bang" ucap Davin.
"hmm" jawab gisan mengangguk sambil tetap fokus melajukan mobil nya.
"udah bawel, galak, ngeselin.." lanjut Davin sebelum akhirnya..
"heh! lu awas kalo minta-minta coklat ke kamar gue" teriak glo sambil menjambak rambut Davin dari belakang.
"aww sakit kak" keluh Davin mengusap kepalanya.
"mampus lo vin. sekalian mulutnya sentil glo" ujar gisan memanasi glo.
"Awas ya kalian. gue aduin daddy" teriak Davin.
"dasar tukang ngadu!" kompak glo dan Gisan.
...****************...
"Kaka Dev.. " teriak Tania yang sejak tadi duduk di kursi tunggu halaman sekolah sambil memainkan ponselnya menunggu kehadiran Dev menjemputnya pulang. Dev baru sampai dengan motor sport nya di halaman sekolah Tania.
"berisik Tania, cepet naik kita pulang. pake helm nya" titah Dev.
"ihhh kak.. Tania mau ke mall dulu boleh gak?" tawar Tania. tak ingin terburu-buru pulang.
"Tania.. nanti ayah marah. kamu kan kemarin abis belanja sama ka gio. masih ada keinginan buat ke mall lagi? ga bosen apa?" tanya Dev yang heran melihat adik perempuan satu-satunya yang teramat boros.
"tapi kali ini sama ka dev, ka Dev kan bentar lagi nikah. aku gaada temen curhat lagi. kali ini aja temenin yaaa" mohon Tania.
"ish kamu ini, Kaka cuman nikah bukan pindah alam. yuk pulang, besok lagi ke mall nya. besok deh Kaka janji kita ke mall sepuas kamu. hari ini Kaka sibuk banget dek" bujuk Dev.
"jahat deh ka Dev." ujar Tania memajukan sedikit bibirnya tanda marah sambil menaiki motor sport Dev dengan kasar. dia bahkan tidak mau berpegang pada Dev saat naik motor.
"jangan ngambek. jelek tau" hibur Dev
"bodo amat! cepet jalan"ketus tania
"Kaka gamau jalan kalo kamu ga pegangan" ujar Dev merayu adiknya.
"gamau. Kaka bau"
"yaudah. Kaka bilangin kak gio. biar besok dia aja yang anter jemput kamu ke sekolah" ancam dev.
menyadari ancaman Dev ini tidak pernah main-main, Tania segera memeluk Dev.
"beraninya ngancem" gumam Tania. Dev hanya tersenyum geli melihat tingkah adiknya yang akan menurut jika mendengar ancaman.
"kita beli makanan dulu mau?" tawar dev
"tapi junk food"
"tapi sekali ini ya?"
"iya"
"oke. kita jalan ke restoran kesukaan kamu"
"makasih kak"
akhirnya Tania tersenyum dengan tawaran Dev bahkan mengeratkan pelukannya pada Dev.
Dev hanya menggeleng kepala tak habis pikir dengan adiknya itu. hanya dengan makanan, dia bisa kembali baik tanpa ngambek-ngambek lagi.
...****************...
Gisan, glory dan Davin nampak bahagia mereka berjalan bersamaan sambil bercanda tertawa. Gisan dan davin menjinjing paper bag masing-masing dua. sedangkan tangan glo kosong tanpa membawa apapun karena tangannya yang luka. dia hanya mengandeng tangan kakak dan adiknya. mereka bertiga berjalan ke arah luar mall.
"beres deh beli kado buat Daddy" ujar glo
"bentar, ini kita langsung pulang bang, kak? kita ga main dulu gitu? kan jarang-jarang kita ke mall bertiga. ya ga sih?' tanya davin pada kedua kakanya.
" balik lah vin, lo mau mami marah?" jawab Gisan.
"dek, nanti kita ke mall pas lo selesai turnamen basket. oke? sekarang udah sore. nanti kalo Daddy pulang kita belum ada di rumah, ga jadi dong surprise nya. lagian kasian mami juga pasti lagi sibuk bikin birthday cake dan beresin rumah sendiri." hibur glo pada Davin yang sebelumnya sedikit memasang wajah cemberut mendengar jawaban Gisan.
"bener tuh kata Kakak lo vin" ucap Gisan.
"iya kak" jawab singkat davin
mereka akhirnya memutuskan untuk pulang setelah sebelumnya Davin merengek ingin jalan-jalan di mall.
"jangan cemberut gitu dong adik ganteng gue" bujuk glo pada adiknya itu.
"gimana kalo kita makan dulu glo?" ide gisan
"setuju" teriak Davin mengejutkan kedua kakaknya
"dari tadi diem aja maju-maju in bibir. giliran makanan, main teriak-teriakan" sindir Gisan
"ya abisnya kalian nyebelin" jujur Davin pada kedua kakaknya.
"udah, jangan berantem. kita makanan disana aja yuk" lerai glory menarik tangan adik dan kakaknya menuju restoran depan mall.
...----...
"assalamualaikum bunda ... tania sama ka Dev pulang" teriak Tania saat masuk ke dalam rumah sambil menjinjing paperbag berisi burger miliknya.
"dek jangan teriak-teriak .." ujar Dev yang mengikuti Tania dari belakang. dan Tania hanya melengos pergi ke dapur mencari bundanya. seperti tidak memperdulikan kakanya lagi.
"dasar anak kecil" ledek Dev
"berisik ka" balas Tania
"dih aneh banget" monolog Dev
di dapur, ternyata bundanya sedang sibuk membuat kue. tania menghampiri ibundanya.
"assalamualaikum bunda, tania pulang" sapa Tania pada ibunya sambil mengulurkan tangan untuk mencium tangan bundanya
"wa'alaikumussalam, tangan bunda kotor sayang. gausah sun tangan. kalian udah pulang?"
"dari tadi Tania teriak bunda ga denger"keluh tania
"maaf sayang, bunda lagi buat kue."
"bunda tumben buat kue? ada acara?"tanya Tania. tak seperti biasanya bundanya mau turun ke dapur membuat kue.
"temen ayah bunda ulang tahun. jadi bunda bikin kue buat dikirim kesana."
"kenapa ga buat birthday cake bun? malah bikin cookies"
"birthday cake pasti mereka sudah bikin sayang. jadi bunda buat aja cookies. lagian ini kesukaan keluarga mereka"
"ohhh.." jawab tania sambil mengeluarkan burger nya.
"kamu jajan junk food lagi?" tanya bunda pada anak bungsu nya itu. dan Tania hanya cengengesan menunjukkan gigi putihnya. "sesekali bunda"
"tapi kan baru kemarin nak"
"Bun" sapa Dev ikut menghampiri kedua wanita tersayangnya
"loh, Dev udah pulang juga?"tanya bunda.
"udah Bun, tadi bareng anak kecil yang lagi ngambek minta ke mall. tapi dibujuk Sama junk food biar ga majuin bibir terus." ujar Dev sambil melirik Tania.
"bun, tania ke kamar dulu ya" pamit Tania membawa serta burgernya untuk menghindari kakanya dan berlari menuju tangga untuk ke kamarnya yang berada di lantai dua.
"dasar anak kecil" ledek Dev
"bun, nanti malem dev izin pergi ke rumah temen ya" Dev membuka suara
"mau ke rumah siapa Dev? Kamu ga bohong?"
"engga bunda, dev beneran ke rumah temen. lagian kan besok-besok udah gabisa lagi main bebas." keluh dev saat mengingat besok adalah pertemuan dua keluarga. bunda Icha merasa bersalah, menghentikan aktivitas membuat kuenya sejenak. menatap mata sang anak yang terlihat tak senang saat menyebut tak bisa lagi bermain.
"maafin bunda kak, bunda ga maksud untuk.." belum menyelesaikan ucapannya, Dev segera merengkuh memeluk erat bundanya dari samping.
"bunda, Dev gapapa.. Dev tau bunda sayang banget sama dev. jangan pernah nyalahin diri bunda. bunda cukup doain dev, semoga nanti dev bisa menjalani semuanya dengan baik."
"aamiin nak"
"jadi, dev boleh pergi kan bun?" tanya Dev lagi yang masih memeluk bundanya.
"boleh, asal jangan macem-macem ya kak. jangan balapan lagi. bunda sedih sekaligus khawatir loh. kalo kamu ketahuan ayah juga pasti kamu marahin"
"iya bunda, makasih yaa" Dev masih dengan memeluk erat bundanya.
" udah dong peluknya bunda sesak nih. bunda mau lanjut buat kue" dev segera melepaskan pelukannya.
"maaf bund, hehe"
"kamu ini"
"tumben bunda buat cookies."
"iya ini buat calon mertua mu" goda bundanya
"ohhh.."
"kamu gamau bantu buat? atau kamu anter kuenya aja ya?"
"Dev kan mau main, masa bunda suruh sih"
"oh iya, yaudah bunda minta pak Wahyu aja buat anter cookies nya"
"maaf ya bunda"
"gapapa sayang, kamu lanjut bersih-bersih sana. bunda mau lanjut bikin cookies."
"siap Bun"
Dev pergi ke kamarnya sedangkan bunda Marissa melanjutkan kembali kegiatannya membuat cookies.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments