Curhat

setelah selesai melakukan bersih-bersih dan kegiatan lain, Tania melangkah keluar dari kamarnya untuk menemui Dev di kamar yang letaknya tepat di samping kiri kamarnya.

memiliki tiga kakak laki-laki membuat Tania sangat di manjakan dalam segala hal. apa yang dia mau selalu dituruti oleh ketiga kakaknya tanpa kecuali.

Giorgino Aditama sebagai anak pertama yang saat ini sedang menempuh pendidikan di kampus ternama yang terkenal elit. Radeva Zaidan Aditama sebagai anak kedua bersekolah di pelita bangsa sekarang duduk di bangku kelas 11. Dani Ragio Aditama anak ketiga bersekolah di SMP cipta Bangsa tahun ini masih kelas 9, dan anak terakhir, anak perempuan dan cucu perempuan satu-satunya di keluarganya bernama lengkap Tania Giorani putri Aditama sekolah di SMP harapan bunda kelas 7. Diantara ketiga kakaknya, Tania cenderung lebih dekat dengan dev. sejak kecil, Tania selalu menempeli kakaknya itu. bukan berarti tidak dekat dengan kedua kakaknya yang lain, hanya saja di tengah kesibukan orang tua mereka, Benny Suta Aditama dan marissa Saraswati yang mengurus sebuah perusahaan, Dev lah yang justru sangat memperhatikan bahkan mengurusi Tania. selain itu, Tania merasa Dev adalah seorang pendengar dan pemberi saran serta solusi yang handal.

tok tok tok..

"kak dev!! Tania masuk yaaaa" teriak Tania dibalik pintu kamar Deva yang terkunci.

"bentar, Kaka buka dulu kuncinya" sahut Deva tak kalah kencang dari dalam kamarnya.

cklek..

tak lama pintu itu terbuka. Tania dengan wajah cerianya, nyelonong masuk ke kamar Dev dan langsung menjatuhkan diri di sofa panjang yang berada di kamar dev. seakan sudah biasa dengan kelakuan adiknya, dev hanya menghembuskan nafasnya sambil menutup kembali pintu kamar.

"ada apa kamu ke kamar kakak?" tanya Dev menghampiri Tania dan duduk tepat di samping adik kecilnya itu.

"mau curhat" jawab Tania dengan kedua tangannya terulur untuk mengumpulkan rambut yang terurai sebahu dan berniat untuk mengikatnya.

"curhat apa?" kata dev mengambil alih jepit rambut yang sengaja Tania sangkutkan di bajunya.

"kakak mau denger?" tanya Tania melirik kakaknya yang kini sudah memegang jepit rambut nya.

" ya kamu udah di kamar kakak. mau gak mau harus denger kan"

"sini kakak bantu ikat rambutnya" sambung Dev mengambil alih rambut yang sudah dikumpulkan Tania dengan kedua tangannya. refleks Tania menyampingkan duduknya membelakangi Dev agar mempermudah Dev menjepit rambutnya.

"makasih kak"

"hmm" dengan telaten Dev merapikan kembali rambut Tania sebelum dia jepit.

"sudah selesai" ujar Dev. Tania segera membalikkan tubuhnya agar menghadap kakaknya.

"selalu rapi" komen Tania membenarkan kembali posisi duduknya seperti sebelumnya.

"hmm.. kamu jadi curhat ga?" tanya Dev

"oh iya lupa. jadi begini kak, tadi pagi waktu aku berangkat sekolah, aku di ganggu preman" mendengar penuturan adiknya, sontak Dev memperhatikan lekat tubuh adiknya dia bolak balik memperhatikan depan belakang tubuh adiknya dari ujung rambut sampai ujung kakinya

"kakak!!! dengar adiknya dulu bisa tidak" pekik Tania saat kakaknya itu benar-benar detail memeriksa tubuhnya mirip seperti dokter forensik. mendengar protes adiknya, Dev segera menghentikan kegiatan nya.

"maaf.. tapi, kamu beneran gapapa?"tanya dev berusaha tenang dan mencoba mendengar kembali penjelasan adiknya.

"tania gapapa kak!" ucap Tania sambil menyilang kan kedua tangannya di dada.

"kenapa tangan kamu di simpan di dada begitu? jangan-jangan.."

"stop kak! "lanjut Tania sedikit meninggikan suaranya

"apaan sih, Kakak cuman cek kamu doang. jangan lebay!" jawab dev sambil menyentil kening adiknya pelan. membuat Tania meringis dan mendengus sebal

"ish.. dengerin dulu aku cerita.."

"iya-iya, lanjut ceritanya coba?"

"jadi, tadi aku di ganggu sama 7 preman. mereka narik-narik baju Tania kaya begini." ucap Tania sambil memperagakan cara preman tadi pagi menganggu nya pada tubuh dev

"tangan mereka nyentuh kamu?" sela Dev yang sudah sedikit terbawa emosi.

"kakak, dengar aku sampai selesai dong!" protes tania.

"maaf maaf"

"terus Kak, dia minta uang juga ke Tania. dia memalak Tania. minta-minta uang" lanjut Tania.

"terus?"

"mereka tarik-tarik baju aku sambil berusaha lepas baju, kak. tapi aku berontak, kebetulan sebagian dari mereka mabuk berat jadi lebih mudah buat aku menghindar." Dev mendengarkan adiknya dengan baik tanpa berusaha menyela seperti sebelumnya.

"nah, aku teriak minta tolong.. dan Kaka tau? aku ditolong cewe yang tampilannya tuh cupu. pake kaca mata, rambu nya di ikat karet gelang, terus rok dan baju nya yang sedikit kegedean di badannya. pokonya ga banget deh. tapi, dia baikkkkkkkkkk banget kak. kalo diliat deket sih dia cantik. apalagi pas lepas kacamata nya"

"bentar, kata kamu dia cupu. gimana caranya dia nolongin kamu?" sela Dev

"nah, yang bikin aku kaget juga, kak. dia bisa bela diri. aku liat sih dia jago banget sama kaya Kak Dev gitu. dia ngelumpuhin semua preman dalam waktu yang singkat. keren kan?"

"terus?"

"sayangnya dia kena satu tonjokan kak di pipinya, kasian deh.. dia naik bus ke sekolah. aku tawarin tebengan dia tetep gak mau."

"kenapa ga kamu paksa?"

"udah kak. tapi seragam yang dipake Kaka itu mirip sama seragam kaka deh."

"oh ya?" tanya Dev dengan pikirannya seketika teringat satu cewe cupu yang hari ini sudah beberapakali berurusan dengannya.

"apa cewe cupu tadi ya? semua ciri-ciri nya mirip dia. dan tadi gue perhatiin bibirnya ada luka juga" batin Dev

"kak? kenapa? ko ngelamun?" tanya Tania yang menyadari kakaknya itu seperti sedang memikirkan sesuatu.

"gapapa, kamu bilang makasih ga sama dia?" tanya Dev mengalihkan.

"iyalah, ada bonusnya juga tau"

"bonus apa?"

"bonus aku jodohin Kaka itu sama kak Dev" jawab Tania enteng sambil diiringi tawanya yang keras dan dibalas sentilan kening oleh Dev

"sembarangan kamu!"

"sakit kak"rengek tania mengusap keningnya yang terasa panas.

"lagian, ngapain sih kaka pacaran sama cewe tua kaka kelas itu. tania ga suka tau" gerutu tania

"dek, udahlah jangan bahas itu terus"

"tapi tau ga kak? kata kakak tadi, dia bilang lamaran jadi adik ipar nya diterima. tinggal nunggu kaka buat lamar ke Kaka itu langsung" ucap Tania berbarengan dengan tubuhnya yang bangkit terburu dan berlari menghindari amukan kakaknya yang sudah dia prediksi.

"Tania!" teriak Dev kesal.

"cie kaka cie" teriak Tania menggoda sang kakak dari kejauhan.

"besok kamu kakak antar ke sekolah!" teriak dev lagi

"GAK MAU!" teriak Tania membalas ucapan Dev sambil berlari terburu-buru keluar kamar Dev.

...***...

Di rumah keluarga melvian. Gisan, glory, Davin dan mommy lania sedang berkumpul di ruang keluarga. menonton tv, bercanda, dan tertawa bersama sesekali saling mengejek satu sama lain. menikmati sore hari dengan makanan ringan sambil menunggu kepulangan Wira. ayah sekaligus suami bagi mereka.

"kalian!" panggil mami lania setelah mendengar percakapan anak-anaknya yang saling mengejek

"iya mom" jawab mereka serempak

"besok kan Daddy ultah. kalian ingat kan?" ucapan mommy lania ini sontak membuat mereka mematung dan saling melirik satu sama lain. sudah bisa ditebak mereka pasti melupakan hari spesial itu.

"lupa kan?" tebak mommy lania.

"enggak lah mom" elak glory sambil menyenggol pelan tangan Davin dan Gisan yang berada di samping kanan kirinya.

" ingat kok mam" kata Davin dan Gisan bersamaan.

"yakin????????" tanya mami lania dengan mata memicing

"iya mom" jawab serentak glory,Gisan dan Davin

"kalo ingat, kalian udah siapin kado apa aja?" tanya mommy lania lagi karena merasa anak-anaknya ini sedang berbohong.

"hehe, belum mom" jawab si bungsu dengan wajah cengengesan tanpa dosa. mami lania mendadak lemas

"kalian kalo lupa bilang aja lupa" gerutu mommy lania.

"sorry mom" jawab serempak Gisan glory dan Davin lagi.

"besok kita makan malem di rumah ya, kalian juga siapin kado buat Daddy. mom percayakan sama kalian. soal kue nanti mommy bikin sendiri" ucap mommy lania.

"siap mom" jawab mereka kompak.

...***...

malam semakin larut, kini makan malam dilakukan oleh keluarga Aditama. ada bunda Marissa dan ayah Benny lengkap dengan keempat anaknya gio, Deva, Dani dan Tania. mereka fokus dengan makanan masing-masing. hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang bergesekan dengan piring diruang makan itu.

"ekhem.." terdengar dehem ayah Benny sontak membuat gio, Deva, Dani, dan Tania menatap sang ayah. ayah Benny dikenal oleh anaknya dengan sosok yang sangat tegas. namun dibalik itu memiliki hati yang lembut. terlebih diantara tiga jagoannya nyempil satu-satunya putri cantik yang membutuhkan kelembutan.

"ayah sama bunda mau bicara hal penting sama kalian semua" ucap ayah Benny mencoba menjawab pertanyaan dari tatapan anak-anaknya. dan hanya di jawab anggukan oleh keempat anaknya.

"nanti kita bicaranya di ruang keluarga aja, yah. sekarang, kalian selesaikan dulu makanannya." ujar bunda Marissa.

setelah selesai makan malam, mereka berkumpul diruang keluarga. Gio, Deva,Tania, dan Dani duduk di satu sofa panjang. sedangkan bunda dan ayah duduk di sofa single yang berada tepat di depan mereka.

"ada apa yah? tumben kumpul begini" tanya si sulung membuka percakapan.

"begini, ayah sama bunda udah ga muda lagi. ayah tau kalian anak-anak yang hebat. ayah bangga sama kalian semua. untuk gio, ayah harap kamu bisa menjadi orang yang dapat bertanggung jawab atas kehidupanmu dan adik-adik mu. sambil berkuliah, untuk kedepannya kamu mulai bantu ayah di perusahaan. " ucap ayah Benny dan dijawab anggukan kepala oleh gio. selanjutnya ayah Benny menatap Dev yang duduk di samping gio.

"untuk Dev, ayah minta kamu lebih memikirkan kehidupanmu. ayah cuman pengen yang terbaik untukmu" kata ayah Benny kepada Dev. dan Dev tidak menjawab apapun hanya menunduk tanpa ada niatan untuk membalas ucapan ayahnya. beralih kepada Tania dan Dani.

"untuk Dani dan Tania, ayah harap kalian lakukan yang terbaik dalam segala hal. terkhusus Tania. putri ayah satu-satunya, ayah harap kamu menjaga apa yang harus kamu jaga,ya."ucap ayah Benny dengan tatapan teduh pada kedua anak nya itu. dan hanya di jawab anggukkan oleh keduanya. tak hanya ungkapan itu, ayah Benny menatap kembali Dev. sedikit menatapnya tajam.

"Dev, ayah sudah cukup muak melihat semua tingkah kamu yang urakan. kamu ga capek? lihat semua saudaramu yang lain. mereka fokus pada prestasi akademik. apa yang bisa kamu banggakan dari balapan liar, sih." ucap tajam ayah Benny. Dev mendengar kata-kata itu tertuju padanya, hanya bisa mengepalkan tangan nya sambil menunduk. Tania yang berada disampingnya hanya dapat mengelus punggung sang kaka agar tidak terbakar emosi dan lengan satu nya lagi berusaha memegang tangan sang kaka yang sudah terkepal seperti menahan sesuatu.

"ayah sudah memutuskan untuk menjodohkan kamu sama anak sahabat ayah. setidaknya kamu berubah lah sedikit. jangan begini terus"ucap ayah Benny lagi. semua orang terkejut kecuali sang ibunda yang sepertinya sudah mengetahui rencana itu.

"ayah! kenapa ayah jahat banget sama ka dev?!" pekik Tania membuka suara setelah dari tadi mendengar sang ayah hanya membahas kejelekan Dev dan dengan sengaja memutuskan hal besar terhadap hidup kakaknya itu. dengan cepat dev menahan Tania agar tidak meneruskan amarahnya

"Kaka udah pernah bilang sama kamu, ga baik meninggikan suara. apalagi pada orang tua" peringatan Dev pada Tania. sambil memegang tangan gadis itu yang ikut mengepal seperti nya.

"ayah, apapun keputusan ayah dalam hidup Dev, Dev terima. tapi, Dev ga terima kalo ayah menarik orang lain untuk terlibat dalam hidupku. biarlah hidup Dev sendiri yang hancur, tapi tidak usah melibatkan kehidupan orang lain juga. Dev juga masih sekolah, sulit untuk urus pernikahan. " ujar Dev pada ayahnya.

"keputusan ayah sudah bulat Dev. lusa kita makan bersama dengan keluarga calon mu. dan nanti kamu harus mulai bantu ayah dan Kakak mu di perusahaan. setidaknya hidupmu akan lebih baik jika ada seseorang yang harus kau tanggung hidupnya. untuk urusan surat dan lain-lain, biar ayah yang urus." ucap sang ayah sambil bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja meninggalkan ruang keluarga menuju ruang kerjanya. sikapnya seakan menunjukkan bahwa dia tak mau dibantah.

Dev hanya mengembuskan napas pelan. berusaha mengontrol diri dan berusaha sabar.

"Dev, maafin bunda yah.. bunda gabisa berbuat sesuatu. ayahmu terlalu keras" kata bunda pada Dev. Dev hanya membalas dengan senyuman tipis. "bunda susul ayah dulu" pamit bunda Icha pada keempat anaknya. setelah itu bunda nya pergi menyusul sang suami. tersisa mereka berempat.

"Dev, lo gapapa?" tanya gio pada Dev.

"gapapa kak. lo tenang aja. justru gue mau nanya ke lo. lo gapapa gue nikah duluan?" jawab Dev membuat gio tertawa kecil.

"haha, kaya begini lo masih bisa becanda"

"gue serius kak"

"ya gue gapapa sih, asal jangan lupa lo masih punya bayi di rumah ini" ujar gio sambil mengacak rambut Tania. yang sedang bersandar di bahu Dev.

"kak gio!" teriak kecil Tania pada kakaknya itu.

"kak gio, kak Dev, Tania. gue pergi ke kamar dulu yah. mau istirahat. capek abis latihan basket tadi" kata Dani tiba-tiba sambil bangkit bersiap pergi ke kamar nya.

"lo gapapa dan?" tanya gio pada Dani.

"gapapa kak, gue balik kamar ya" Dani segera pergi melangkah meninggalkan kedua kakak dan adiknya.

"dani kenapa dek?" tanya gio pada Tania.

"gak tau. dari meja makan dia ngelamun terus" jawab Tania sambil berusaha memeluk Dev dari samping

"mungkin patah hati" lanjut Tania.

mereka hanya bisa tertawa bersama mendengar ujaran Tania. bagaimana bisa seorang Dani yang katanya cowok Ter cool di sekolah patah hati karena cewek. sedikit mustahil..

...***...

Tepat jam 8 malam, wira nata melvian si pengusaha tersohor baru pulang dari kantor. pulang ke rumah dengan rasa lelah setelah seharian mengurusi pekerjaan yang tiada henti. biasanya sang istri, mommy lania menemani serta membantunya di kantor seharian. tetapi wanitanya itu entah kenapa akhir-akhir ini seperti malas menemaninya. bahkan tadi pagi istrinya hanya membantu menyiapkan bahan meeting dan memilih pulang setelahnya.

"assalamualaikum. Daddy pulang.." teriak Daddy wira membuka pintu depan rumah yang tak terkunci sambil menjinjing tas kerja. terdengar suara tawa dari ruang keluarga. segera dia hampiri dan dilihatnya istri dan anak-anak sedang bersenda gurau di ruang keluarga sambil memakan camilan favorit masing-masing.

"ekhemm.. " deheman keras Daddy wira membuat seluruh anggota keluarga tersentak kaget.

"astaghfirullah dad! ngagetin aja!" ucap glory

"loh, dad ko ga salam dulu sih masuk rumah"protes mommy lania sambil bangkit dari duduknya dan segera menghampiri Daddy wira. menyambut suami tercinta dengan senyumnya tak lupa meraih tangan Daddy untuk dicium dan mengambil alih tas yang dijinjing.

"kalian asik sendiri, dari tadi dad udah teriak-teriak" kata Daddy wira sedikit sebal dan dibalas tawa oleh anak dan istrinya.

"makan malam dulu yuk dad, anak-anak udah nunggu dari tadi" saran mommy lania pada suaminya. karena perut memang sejak dari kantor sudah keroncongan, akhirnya Daddy wira memilih mengiyakan ajak istrinya.

"ayok" jawab Daddy.

"anak-anak ayo kita makan malam" ajak Daddy pada anak-anak nya.

"dad, glo tiba-tiba udah kenyang sama cemilan" ujar glo meregangkan otot-otot tubuhnya dan bersandar ke bahu Gisan setelahnya.

"sama" kata Gisan dan Davin bersamaan.

"maafin dad ya, abisnya pekerjaan lagi banyak. dad gabisa pulang cepet. makan yuk, itu kenyang nya sama cemilan gak akan tahan lama loh. kalian jalan ke ruang makan juga udah laper lagi pasti, yuk?" ajak Daddy lagi.

"dad kenyang" keluh glo dengan wajah merengek nya.

"glo mau ke meja makan asal daddy gendong " lanjut glo lagi persis seperti bayi meminta mainan.

"heh, lo berat tau. kasian Daddy capek baru pulang kerja, lo suruh angkat badan lo yang kayak karung beras. emang ga waras nih" kata Gisan sambil menoyor pelan kepala adiknya itu.

"gak tau ih kaka, ga nyadar body. gak tau malu banget deh" gerutu Davin sambil bangkit berjalan mendahului semuanya menuju ruang makan.

"dad" rengek glory lagi tanpa mendengar ejekan Kaka dan adiknya tadi.

"yaudah ayo" Jawab Daddy mengabulkan permintaan anak perempuan satu-satunya. sambil bersiap berjongkok untuk memudahkan menggendong glory dibelakang punggung nya.

sedangkan Gisan bangkit menghampiri mommy lania dan memeluk erat tangan wanita yang telah melahirkannya itu. mommy lania hanya dapat menggelengkan kepala sambil menampilkan senyum tipisnya. ketiga anaknya ini memang ada saja tingkahnya.

"yeay" teriak girang glory sambil bersiap menaiki punggung ayahnya yang tetap terlihat gagah diusia yang tidak muda lagi berkat hobinya berolahraga.

keluarga ini memang dikenal harmonis. tak pernah terlewat untuk tertawa saat berkumpul bersama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!