Glory memutuskan melanjutkan perjalanan ke sekolah menggunakan bus, alih-alih pergi bersama kakaknya, Gisan. Di halte, Glory menyempatkan diri untuk merapikan penampilannya. Rambut panjangnya diikat dengan rapi, kacamata bulat bertengger di hidungnya, dan seragam putih abu-abu yang selalu dimasukkan rapi menjadi ciri khasnya. Penampilannya saat ini sangat berbeda dengan saat dia berada di luar sekolah.
Glory memang sengaja membangun citra sebagai siswi pendiam dan tidak mencolok. Sejak awal masuk sekolah elite ini, dia memilih untuk tidak membawa nama keluarganya. Sebagai gantinya, Glory menggunakan jalur beasiswa, memanfaatkan prestasinya untuk diterima. Beruntung, Glory tergolong siswa berprestasi, dengan nilai akademik yang stabil di peringkat 2 atau 3 di angkatannya.
Sambil menunggu bus, Glory menghela napas panjang saat melihat kendaraan yang berlalu-lalang selalu penuh.
“Ngeselin banget,” gumamnya pelan.
Tiba-tiba, suara teriakan terdengar di sekitarnya.
“Tolong… tolong!”
Glory tersentak, matanya melirik ke kanan, kiri, dan belakang, mencoba mencari asal suara tersebut.
“Siapa ya…” bisiknya, masih gelisah. Ketika suara itu hilang, Glory mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
“Ah, mungkin cuma perasaanku.”
Namun, suara itu kembali terdengar, kali ini lebih jelas.
“Tolong… tolong gue!”
Glory merasa semakin tidak tenang.
“Gue coba cari deh,” ujarnya, memberanikan diri.
Dengan langkah pasti, Glory menyusuri daerah halte yang sepi hingga suara itu mengarahkannya ke sebuah gang bernama Gg. H. Hidayat. Di ujung gang, terdapat pertigaan dengan salah satu sudut bertuliskan Jl. Buntu. Semakin dekat, suara itu makin terdengar jelas, membuat Glory mempercepat langkahnya.
Pertemuan Tak Terduga
Di gang buntu itu, Glory menemukan seorang anak perempuan berseragam SMP sedang dikepung oleh tujuh pemuda mabuk. Beberapa dari mereka mencoba menyentuh tubuh anak itu, sementara yang lain tertawa-tawa tidak karuan. Bocah perempuan itu menangis, melindungi dirinya sekuat tenaga. Pandangannya tiba-tiba bertemu dengan Glory.
“Kak, tolong aku!” teriaknya penuh harap.
Melihat situasi itu, darah Glory mendidih. Dengan langkah tegas, dia mendekat dan berteriak lantang.
“BERHENTI LO SEMUA! JANGAN KURANG AJAR!”
Ketujuh pemuda itu menoleh ke arah Glory. Salah satu dari mereka menyeringai.
“Wah, kita dapat mangsa baru,” ucapnya dengan nada meremehkan.
“Mau sok jual mahal juga, tetep aja enak dilihat,” timpal yang lain sambil tertawa.
Namun, Glory tidak gentar.
“Jaga ucapan lo, sialan!” bentaknya sambil menunjuk ke arah mereka.
Sadar para pemuda kini mengabaikan bocah SMP itu, Glory menarik gadis tersebut ke belakang tubuhnya.
“Kamu tenang, jangan panik. Sekarang pergi dari sini, jangan tunggu aku,” bisik Glory.
Namun, gadis itu menggeleng dengan wajah panik.
“Aku gak mau kakak kenapa-kenapa. Mereka banyak!”
“Pergi sekarang!” tegas Glory, membalikkan tubuh gadis itu dan mendorongnya agar kabur.
Pertarungan Dimulai
Sadar bahwa Glory tidak takut, salah satu pemuda berambut gondrong maju ke arahnya.
“Lo nantang kita, hah?!” teriaknya.
Glory melepaskan kacamatanya, menyimpannya ke dalam tas yang dia taruh di sudut. Dengan gerakan sigap, dia memasang kuda-kuda.
“MAJU LO SEMUA!” tantangnya.
Mereka tertawa mengejek, tetapi Glory tidak peduli. Dengan kekuatan dan keberanian yang besar, dia menyerang lebih dulu. Tinju dan tendangan Glory mendarat tepat sasaran, satu per satu pemuda itu tumbang. Meski jumlah mereka lebih banyak, kondisi mereka yang mabuk membuat mereka mudah dikalahkan.
Beberapa menit kemudian, Glory berhasil melumpuhkan mereka semua. Nafasnya terengah-engah, namun dia tetap berdiri kokoh. Dia menoleh ke arah gadis SMP yang ternyata masih berada di dekat tembok gang.
“Kenapa gak lari?” tanya Glory dengan kesal.
Sebelum bocah itu sempat menjawab, salah satu pemuda yang tersisa bangkit dan memukul Glory dari belakang. Pukulan itu mendarat keras di pipinya, membuat Glory terhuyung. Tapi Glory tidak menyerah. Dia membalas dengan pukulan keras yang membuat pemuda itu kembali tersungkur.
“MASIH BERANI LO LAWAN GUE?!” bentak Glory sambil menginjak punggung pemuda itu agar tidak bangkit lagi.
Dengan tubuh yang terluka, Glory berdiri tegak, memastikan gadis SMP itu aman sebelum akhirnya mereka meninggalkan tempat tersebut.
"Kak, Kaka gapapa?" Tanya anak smp barusan dari arah samping Glo.
"kenapa masih disini?" tanya balik Glo.
"iya kak, aku nungguin kaka. aku khawatir Kaka kenapa-kenapa. tapi bener kan dugaan ku, Kaka malah di tonjok sama cowok itu."
"harusnya kamu pergi duluan, cari bantuan."
"harusnya begitu ya kak?"
"Yuk kita pergi dulu. gak aman disini. takutnya mereka bangun lagi dan sadar" ajak glory sambil merangkul anak smp tadi dan mengambil tas nya dari kursi. mereka kembali ke halte depan.
"nama kamu siapa?" tanya glory pada anak SMP itu setelah sampai di halte.
"Nama aku Tania. Nama kakak?" tanya balik Tania. sambil mengulurkan tangannya
"Aku Glory. Kamu gapapa? tadi ko bisa ke daerah situ sih? Kan sepi?" glory menyambut uluran tangan Tania sambil memperhatikan seluruh tubuh Tania. takutnya preman tadi melukai tania
"Aku gapapa ko kak. tadi lagi pengen pipis kak, terus kata supir ku ada toilet umum daerah sini.. setelah beres urusan ke toilet, aku malah dicegat sama preman-preman tadi" jawab Tania
"Kalo gitu hati-hati ya.. daerah sini emang rawan. daerah ini sering dijadiin tempat preman minum-minum. sepi juga kan disini. lain kali kalo mau ke toilet umum harus ditemenin supir" ucap glory
" Iya, tadi supir ku juga bilang begitu, tapi aku ngeyel dan tetep gak mau ditemenin hehe.. malu kali kak aku dianter ke toilet sama supir haha. btw, makasih ya kak"
"Iya sama-sama, tapi lain kali hati-hati ok? Kan cewe cantik kaya aku yang mau nolongin kamu jarang banget haha" ujar glory mencoba menghibur.
"Hahaha Kaka lucu banget. tapi, pipi Kaka gapapa? tadi sempet ke tonjok loh"ucap Tania yang kembali khawatir dan berusaha ingin menyentuh wajah glory yang terkena pukulan. tapi, glory segera mencegah tangan Tania untuk menyentuh lukanya.
"Hahaha Kaka gapapa, udah biasa gini kok. ini udah siang loh takut telat ke sekolah.. mobil dan supir mu dimana?" Tanya glory
"Di sana kak" jawab Tania sambil menunjuk sebuah mobil cukup mewah
"Ohh yasudah, kamu lanjut ke sekolah sana.. nanti telat loh" ujar glory
"mobil Kaka mana?" tanya lagi Tania sambil celingukan mencari mobil yang terparkir.
"aku pake bus ke sekolah" jawab glo tanpa malu.
"hah? Kaka ke sekolah pake angkutan umum?" tanya Tania lagi melihat seragam yang digunakan glo sama dengan salah satu kakaknya, tak mungkin bukan orang berada. pikirnya.
"iyaa" glo mengangguk untuk meyakinkan.
"kalo begitu kita bareng aja perginya yuk? atau gimana kalo kita bolos aja?" ajak Tania dengan wajah polosnya. glo tertawa keras
"Ya tuhan godaan macam apa ini hahaha.. Tania sekolah aja ya. Kamu pasti telat. ayo pergi ke sekolah sekarang. next time, semoga kita ketemu lagi ya.. " pamit glory sambil sekilas mengusap rambut Tania.
"Kaka malah ketawa. Kaka juga pasti telat kalo pergi ke sekolah pake bus. ayo kak kita barengan aja" ajak Tania lagi
"Kaka udah biasa pake bus"
"yasudah, aku gak bisa paksa. tapi, kak! Aku harap Kaka bakal jadi Kaka ipar ku. aku banyak kakak cowok loh! dilihat dari seragam Kakak.. salah satu Kakak ku ada yang sekolah di sana juga" ucap Tania antusias dan memasang wajah serius nya. glory hanya mengernyitkan dahinya
"kamu buka biro jodoh?" tanya glo
"kalo Kaka mau, aku kasih gratis"enteng tania
"wah, menarik." jawab glory. mereka berdua tertawa bersama.
"kak, boleh peluk ga? buat tandai kakak. biar aku hafal sampai wangi-wanginya" izin Tania
"kamu ini ada-ada aja. boleh dong, sini" glory merentangkan tangan tanpa ragu menarik Tania untuk memeluk nya.
"aku harap Kakak beneran jadi Kakak ipar ku" bisik Tania tepat di telinga glo. dan glo hanya tersenyum saat pelukan Tania semakin erat.
"Kakak ku di rumah rese semua. Kakak ambil satu aja biar beban ku berkurang" lanjut Tania
"Bilang aja sama Kakak kalo mereka ngeselin, apa perlu Kakak hajar kaya orang-orang tadi?" tanya glory sambil berusaha melonggarkan pelukan Tania dan menunduk berusaha menatap wajah tania
"ide baik kak" jawab Tania. mereka berdua tertawa bersama lagi. tanpa sadar ada yang menghampiri mereka
"non, udah selesai pergi ke toiletnya?" tanya pria paruh baya. seketika menghentikan tawa glory dan Tania
"oh iya pak, ini udah selesai" jawab Tania sambil melepaskan pelukan nya dari glory
"kak glo, ini Pak Wahyu. beliau yang sering antar jemput aku ke sekolah. dan pak Wahyu ini Kak glory. Kakak baru aku" ucap Tania mengenalkan supir nya kepada Glory dan sebaliknya.
"Pak Wahyu, salam kenal nama saya Glory.." ucap Glo mengulurkan tangannya untuk sekedar salaman dan pak Wahyu menerima nya.
"salam kenal non, nama saya Wahyu driver non Tania" ujar pak Wahyu
"Pak, lain kali bapak antar princess cantik ini kemanapun ya pak. jangan ditinggal seperti tadi." ucap Glory tiba-tiba.
"Maaf, tadi saya sudah menawarkan diri tapi Non Tania menolak. maaf ya Non Glory, Non Tania." jawab pak Wahyu sambil menundukkan kepala tanda permintaan maafnya.
"Iya pak gapapa, maaf saya khawatir aja kalo Tania di mmppph..." ucap Glory. sebelum menyelesaikan ucapannya, Tania menutup mulut Glory.
"kak jangan kasih tau yang sebenernya ya, soalnya supirku suka ngadu ke ayah ku. nanti yang ada aku dianter sama kakak-kakak ku ke sekolah. aku malu kak. semua kakak ku seneng banget malu-malu in aku di sekolah dengan tingkah gila mereka." bisik Tania tepat di telinga glory sambil melepas tangan nya di mulut glory. glory hanya mengangguk sebagai respon bisikan Tania.
"tangan kamu bau kacang" ceplos glory
"maaf kak. aku tadi makan roti selai kacang" jawab Tania dengan cengengesan.
"tadi di.. apa ya non glory?"tanya pak Wahyu merasa aneh dengan tingkah keduanya.
"di culik pak, kan aku cantik. ya gak kak glo?" ucap Tania tiba-tiba menjawab pertanyaan yang ditujukan untuk glory sembari menyenggol tangan glory.
"oh iya pak, kan cewe cantik rawan diculik pak hehehe" yakin glory pada pak Wahyu.
"non Tania tadi mau di culik?" tanya pak Wahyu cemas.
"enggak pak, cuman takutnya dia diculik. soalnya daerah sini sepi pak. rawan preman mabuk" jelas glo.
"oh seperti itu, baik non kedepannya saya akan menjaga baik non tania." jawab pak Wahyu lega.
"yasudah, bapa tunggu di mobil ya, aku bicara dulu sama kak glo" ucap Tania
"baik non kalo begitu bapa tunggu ya di mobil, mari non glory" jawab pak Wahyu sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya pada glory dan Tania
"iya pak"jawab glory sambil membalas senyuman pak Wahyu.
"kak glo, ikut yuk.. kita bareng aja... "rengek Tania
"gak deh, kaka naik bus aja.. tuh, kebetulan busnya sudah datang.. kamu hati-hati ya" yakin glory yang kebetulan bus menuju sekolahnya hampir tiba di halte.
"ini udah hampir telat loh kak, yakin naik bus?" tanya Tania lagi pada glory
"iya yakin adik ku, udah ya Kaka pergi. udah ditunggu sama supir tuh. kenek nya juga melotot ke arah kaka hahaha" pamit glo pada Tania sambil sekilas memeluk Tania.
"yasudah hati-hati ya kak! aku bakal kangen Kaka" sambil memasang wajah sedih seakan tak ingin pisah
glory hanya membalas dengan anggukkan serta senyuman. tak lupa mengusap halus rambut Tania sekilas. dan segera berlari menaiki bus yang sudah berhenti didepannya sedari tadi.
"bye kak! aku mau kaka jadi Kaka ipar ku! semoga Kaka ketemu sama Kaka ku di sekolah."teriak Tania saat glory yang sudah menaiki bus.
" Oke, aku terima lamaran untuk jadi Kaka ipar mu. aku tunggu lamaran kaka mu langsung ya Tania haha" sahut glory sambil tertawa kecil dari dalam bus tak memperdulikan penumpang lain sambil melambaikan tangan nya ke arah Tania dengan senyum yang dipaksakan karena tiba-tiba bibirnya kaku dan nyeri akibat pukulan preman tadi.
...***...
Di dalam bus, Glory memilih duduk di kursi paling depan. Ia malas masuk terlalu dalam, apalagi bus sudah penuh oleh karyawan pabrik yang hampir setiap pagi menguasai seluruh ruang.
"Huh, untung cuma satu pukulan. Tapi lumayan juga, sakit. Udah lama nggak olahraga," keluh Glory sambil memeriksa wajahnya melalui layar ponsel. Ia menyentuh sisi bibirnya yang kaku akibat pukulan seorang preman. "Gimana caranya nutupin ini ya?" gumamnya sambil berpikir.
Pandangan Glory terhenti pada seorang wanita di sebelahnya. Wanita itu tampak lumayan cantik dengan dandanan rapi, seragamnya menunjukkan bahwa ia mungkin SPG di toko kosmetik Picy.
"Permisi, Mbak. Mbak cantik, boleh tanya dan minta bantuan nggak?" sapa Glory dengan nada ramah.
"Hai, kenapa? Mau minta bantu apa?" jawab wanita itu, sama-sama ramah.
"Mbak punya kosmetik yang bisa nutupin luka ini nggak? Aku beli deh," tanya Glory sambil menunjukkan memar di sisi bibir dan pipinya yang sedikit membiru.
"Ya ampun! Kamu kenapa? Abis disiksa orang tua ya?" tanya wanita itu panik sambil mencoba menyentuh wajah Glory. Glory refleks menahan tangan wanita itu dengan lembut.
"Enggak kok, Mbak. Tadi cuma ada tragedi kecil... tragedi perjodohan," jawab Glory asal sambil tertawa kecil, meski meringis kesakitan.
"Kamu dipaksa nikah sama orang tua? Dijual? Atau..." Wanita itu makin serius, membuat Glory buru-buru menjelaskan sebelum semua orang, termasuk kenek di samping mereka, mulai menatapnya aneh.
"Enggak, Mbak, enggak. Aku tadi kena tonjok orang, hehe," kata Glory akhirnya.
"Ya ampun, kamu ini! Aku punya foundation yang bisa nutupin memar di pipimu. Tapi bibirmu ini luka, nggak bisa ditutup foundation, takutnya malah infeksi," ujar wanita itu sambil mengaduk-aduk tasnya.
"Gapapa, Mbak. Yang penting pipiku ketutup dulu," jawab Glory.
Akhirnya, wanita itu membantu Glory menutupi memarnya dengan foundation. Ia juga membersihkan luka di bibir Glory dengan tisu agar tidak infeksi.
"Sudah selesai. Sampai di sekolah, minta guru buat bantu kompres lukanya, ya," ucap wanita itu sambil membereskan kosmetiknya.
"Terima kasih, Mbak cantik, udah bantuin. Btw, kosmetiknya aku ganti, ya. Berapa harganya?" tanya Glory sambil memeluk sekilas wanita itu.
"Haha, sama-sama. Btw, namaku Kinan. Nggak usah dibayar, ini tester dari toko tempat aku kerja. Tapi aman kok."
"Terima kasih sekali lagi, Mbak Kinan. Namaku..." Glory belum selesai bicara, tapi Kinan sudah memotong.
"Glory, kan?" tebak Kinan sambil tersenyum.
"Lho, kok Mbak Kinan tahu?" Glory tampak bingung.
"Yang sakit itu pipimu, bukan mataku," canda Kinan sambil menunjuk nametag yang terpasang di seragam Glory.
"Ya ampun, maaf, Mbak," sahut Glory cengengesan.
"Lain kali hati-hati, ya. Kamu cantik, jangan mau diperlakukan kasar sama cowok. Aku turun duluan, tempat kerjaku sudah dekat," pamit Kinan sambil mengelus rambut Glory dengan lembut.
"Iya, hati-hati, Mbak Kinan. Semoga kita ketemu lagi," kata Glory, melambaikan tangan.
"Semoga. Kamu juga hati-hati ya," balas Kinan dengan senyum hangat, sebelum turun dari bus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments