Bertemu Lagi

Entah sudah berapa kali Niya menata rambutnya atau lebih tepatnya mengacak poni rambutnya didepan kaca. Rambutnya yang panjangnya hanya sebahu sebenarnya sudah ditata oleh tim profesional begitupun dengan riasan wajahnya. Ia juga sudah mengenakan dress batik dengan model modern. Namun yang Niya inginkan saat ini adalah tiba-tiba poni rambutnya tumbuh memanjang secara ajaib dan bisa menutupi seluruh wajahnya.

Hari ini keluarga Hirawan akan mengadakan jamuan makan dengan mengundang keluarga Kerajaan Jawi sebagai salah satu langkah rangkaian sebelum prosesi lamaran dan pernikahan. Dan itu artinya juga untuk pertama kalinya Niya akan bertemu dengan anggota Keluarga kerajaan Jawi, sekaligus bertemu dengan Pangeran Aditama, calon suami dari kakak sepupunya Wening atau dengan kata lain ia akan bertemu dengan Pria yang ia lihat ditolak lamarannya oleh pacar selebritinya di bandara Minggu lalu.

“Nggak mungkin kan Pangeran Aditama masih inget aku?” gumam Niya cemas seraya menatap dirinya dicermin.

“Hei ngaca mulu! Yuk turun.. udah dipanggilin Eyang Uti tuh.. katanya sebentar lagi iringan keluarga Jawi bakal datang” Seru Hari tiba-tiba menyeruak masuk ke kamar Niya.

Niya dengan lemas beranjak berdiri dan mengikuti langkah Kakak sepupunya yang tampil rapi dengan kemeja batiknya yang warna dan motifnya sama dengan dress yang ia kenakan.

“Niya, Kamu kenapa? Lemes banget kayak Ayam Sayur?” bisik Hari bingung melihat keadaan adik sepupunya yang tampak berbeda itu.

“Bener deh mendingan Aku jadi Ayam Sayur aja.. Rela deh Aku dibikin sayur sekarang juga.” sahut Niya lemas yang membuat Hari semakin bingung. Percakapan keduanya terhenti ketika rombongan mobil keluarga Kerajaan mulai memasku gerbang rumah keluarga Hirawan, dari kejauhan nampak juga kumpulan para wartawan berkumpul untuk meliput berita.

Niya memandangi Eyang, Pakde, Bude, dan Ibunya nampak menyalami keluarga anggota Keluarga Kerajaan. Niya yang sebelumnya sudah mencari banyak informasi dari internet dan cerita sahabatnya Indira, ia mulai mengenali sosok-sosok didepannya ini. Dimulai dari Sri Baginda Raja Adiyaksa, Sri Baginda Ratu Minangsih dan Ibu Suri Sedah. Selesai menyalami tetua di Keluarga Hirawan, Hari dengan cepat menarik tangan Niya agar mendekat, memberinya kode saat inilah giliran mereka memberi salam kepada para Keluarga Kerajaan ini.

“Ooh.. ini toh Calon cucu menantuku? Ayu dan imut sekali ya…” Seru Ibu Suri Sedah seraya menggengam erat tangan Niya saat menerima salam darinya.

Niya mendadak kaku saat mendengarnya. Ternyata Ibu Suri salah mengenalinya sebagai Wening. Kemudian dengan buru-buru Sri Baginda Ratu Minangsih menghampiri keduanya. “Maaf Ibu Suri, Calonnya Pangeran Aditama itu Diajeng Wening, sepertinya sedang ada didalam bukan yang ini..” Baginda Ratu mencoba menjelaskan.

“Nggih.. Ibu Suri, kalau ini Diajeng Daniya adik sepupunya dari Diajeng Wening.” Diajeng Asih mencoba menambahkan.

“Oalah.. salah toh?! Ngapunten yo.. maklum orangtua Saya jadi salah mengenali.. padahal biasanya Saya ini orangnya jarang salah loh.” Ucap Ibu Suri seraya menunduk kecil mengakui kesalahannya.

“Diajeng siapa tadi namanya?” tanya Ibu Suri lagi seraya menatap Niya untuk memastikan namanya.

“Daniya.. Ibu Suri juga bisa memanggil Saya Niya.” ucap Niya dengan cepat.

“Ya.. ya.. Diajeng Niya.. Saya akan mengingatnya mulai sekarang.” Ucap Ibu Suri seraya tersenyum dan menepuk-nepuk pelan punggung tangan Niya sebelum beranjak masuk kedalam.

Niya hanya tersenyum canggung membalas sikap Ibu Suri. Sepeninggal Ibu Suri, ia dengan cepat berjalan mendekati Hari, seolah ia bersembunyi dibelakang postur tubuh Kakak Sepupunya itu, karena ia dapat melihat sosok Pangeran Aditama yang tampak berjalan mengekori Ibu Suri. Beruntung Ibu Suri lama mengenggam tangannya sehingga ia melewatkan memberi salam kepada Pangeran Aditama.

Namun tanpa Niya sadari, sepasang mata Pangeran Aditama tampak sesekali menatap lekat kearahnya, terutama karena ucapan Ibu Suri yang salah mengenalinya sebagai Wening.

...***...

“Mas… acaranya berapa lama lagi sih?” tanya Niya seraya mengekori Hari yang tengah mengambil sepiring puding mangga dari meja prasmanan.

“Sebentar lagi kayaknya.” sahut Hari tanpa menoleh kearah Niya, karena perhatiannya sekarang beralih kearah deretan cupcake dihadapannya. Kakak sepupunya yang satu ini memang penyuka makanan manis.

“Sebentar lagi itu berapa lama lagi Mas? Satu Jam? Dua Jam?” Tanya Niya lagi seraya tetap mengekori Hari.

“Mungkin kurang dari itu kali.” Hari tampak mengela nafas panjang saat sadar Niya tengah mengikuti langkahnya sejak tadi. “Niya kamu itu kenapa sih? Udah kayak anak kucing yang belum dikasih makan tau? Ngikutin Aku mulu sih dari tadi?”

Niya tampak mengerucutkan bibirnya dan memasang wajah melas. “Aku bingung Mas, mesti dimana dan gimana…” keluh Niya.

Melihat wajah murung Niya, Hari tampak mengerti. Pertemuan keluarga dengan pembahasan pernikahan memang tidak akan menjadi topik yang menarik untuk mereka. Bagaimanapun juga keduanya masih terlalu muda untuk mengerti itu.

“Ya udah Kamu tunggu disini baik-baik. Aku pergi dulu sebentar.” sahut Hari kemudian seraya menyerahkan piringnya yang sudah dipenuhi berbagai macam dessert.

“Mau kemana Mas? Aku ikut..” rajuk Niya yang kemudian terpotong dengan cepat.

“Aku mau ke kamar mandi masa kamu ikut!” gerutu Hari yang kemudian melangkah cepat, meninggalkan Niya.

Sepeninggalnya Hari, Niya tampak mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangan tengah rumah ini yang seketika disulap selayaknya aula pertemuan pesta, dimana tersedia sajian makanan disanan-sini. Niya diam-diam mencari sosok Pangeran Aditama yang tidak tampak dimanapun. Sebenarnya ia tidak terlalu peduli tentang dimana keberadaannya, asal Pangeran Aditama tidak mengenalinya saja sudah cukup baginya.

“Kayaknya dia emang nggak ngenalin Gue deh.” ucap Niya pelan seraya menghela nafas lega.

“Siapa nggak ngenalin siapa nih?” tiba-tiba sesosok pria tampak berbicara dari arah belakang Niya yang membuatnya kaget setengah mati dan hampir saja melempar piring dessert milik Hari yang tengah dipegangnya.

“Ya Ampun!” seru Niya seraya menarik nafas panjang meredakan keterkejutannya. Niya segera berbalik, menatap sosok yang tengah mengajaknya berbicara ini.

“Pa.. Pangeran Aditama” ucap Niya Kaget. Sosok nomor satu yang paling tidak ingin ia temui dihari ini!

Niya mencoba mengatur ekspresi wajahnya, dan berusaha tersenyum. “Makan.. Mari makan cemilan Pangeran.. silahkan di cicipi..” ucap Niya seramah mungkin seraya menawarkan isi Piring Hari yang tengah ia pegang. Duh maaf ya Mas Hari.. nanti aku gantiin deh.….

“Aku tanya sekali lagi… siapa yang nggak kenalin siapa?” ucap Pangeran Aditama dengan tegas, nampaknya usaha Niya mengalihkan topik pembicaraan tidak berhasil sama sekali.

Niya memasang wajah polosnya. “Maksudnya apa ya Pangeran?” tanya Niya seraya tetap tersenyum.

Pangeran Aditama tampak maju selangkah demi selangkah. “Siapa nggak ngenalin siapa… Kamu yang nggak ngenalin Saya atau Saya yang nggak ngenalin Kamu?” entah kenapa tiba-tiba nada suara Pangeran Aditama terdengar menyeramkan ditelinga Niya.

Niya masih tampak terdiam mencoba mengatur ritme jantungnya yang mulai naik-turun.

“Yang pasti Saya masih ngenalin Kamu. Cewek yang tukang campur urusan orang di Bandara Jawi. Itu Kamu kan?” Tanya Pangeran Aditama To The Point.

Niya tampak tertawa canggung. “Saya nggak ngerti maksud ucapan Pangeran.”

“Terserah Kamu mau berpura-pura bodoh sampai kapan. Tapi awas kalo sampai Kamu bocorin ke Media tentang kejadian di Bandara, Saya bakal cari Kamu sampai keujung manapun!” ucap Pangeran Aditama dengan suara pelan, namun tetap terdengar sangat mengancam.

Hati Niya nampak mencelos mendengar ancaman Pangeran Aditama, diam-diam ia bersyukur belum menceritakan apapun tentang kejadian di bandara minggu lalu kepada siapapun.

“Loh.. udah ngobrol-ngobrol aja.. udah kenal akrab nih sekarang?” Tiba-tiba Suara lembut Wening menyapa keduanya.

Niya tampak tersenyum senang melihat kedatangan Wening, bahkan saking senangnya ia tampak sadar segera berjalan mendekati Kakak Sepupunya itu.

Pangeran Aditama tampak tersenyum tipis. “Nggak juga.. tapi kayak Aku pernah ketemu dimana gitu sama sepupumu ini loh!”

“Nggak ih.. Pangeran Aditama bisa aja… ha.. ha.. ha..” sahut Niya dengan cepat. “Aku kan baru ya Mbak datang di Jawi, belum kemana-mana juga masa udah bisa ketemu Pangeran Aditama sih ya?” ycap Niya panjang lebar seolah meminta dukungan ucapan dari Wening.

“Masa sih Kang Mas? Iya Loh.. Niya itu baru semingguan tinggal di Jawi.” ucap Niya seraya menatap Niya bingung.

Kemudian nampak seorang Ajudan Kerajaan mendekat kearah mereka. “Nyuwun Sewu, Raden Kanjeng Pangeran Aditama dan Diajeng Wening dipanggil kembali sama para orang tua.”

Niya tampak bersorak dalam hati. Akhirnya ia bisa lepas dari situasi ini.

“Oalah.. iya Pak..” Sahut Wening dengan cepat. “Dek, kami tinggal dulu ya..” Tak lupa Wening berpamitan kepada Niya sebelum kemudian menggamit lengan Pangeran Aditama.

“Iya nggak apa-apa Mbak.. Pangeran..” sahut Niya dengan senang seraya melambaikan tangannya kearah keduanya.

Sebelum melangkah pergi, nampak pangeran Aditama berbalik sesaat untuk menatap kearah Niya dan berbicara tanpa mengeluarkan suara. Namun, Niya tampak menangkapnya dengan baik gerakan mulut Pangeran Aditama yang berbicara “INGAT-UCAPAN-SAYA!”.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!