Niya dengan sedikit terhuyung-huyung berusaha bangun dari tempat tidurnya.
Hasna dengan cepat membantu untuk memapah Niya, mencegahnya terjatuh. “Kanjeng Putri mau kemana? Ke kamar mandi? atau mau makanan? minuman?” tanya Hasna Khawatir seraya menuntun Niya bergerak berdiri perlahan.
Niya menggeleng cepat. “Aku bosen banget dikamar terus, mau keluar sebentaarrr ajaaa,” sahut Niya.
“Mau kemana? Ke taman? ke perpus istana? Jangan dulu ya.. diluar sedang mendung khawatir sebentar lagi hujan turun, nanti Kanjeng Putri bisa kedinginan dan khawatir semakin sakit lagi,” sahut Hasna berusaha melarang.
Niya merasa dirinya kini seperti anak kecil yang tengah dilarang ini-itu ketika sakit. “Kalo keruang tengah aja boleh kan? Aku mau nonton TV? Aku sumpek banget nih di kamar terus.. boleh ya? Ya?!” bujuk Niya dengan mata hampir berkaca-kaca merengek kepada Hasna.
Hasna, Dayang utama dari Niya ini mengingat betul apa perkataan dokter kerajaan tentang keadaan Niya. Demam tinggi dan lemahnya tubuh Niya kemarin dinyatakan dokter sebagainreaksi tubuh sang putri yang kelelahan dan stress berat, mungkin karena kesibukannya tengah menghadapi ujian sekolah dan secara bersamaan juga harus menyiapkan acara besar menggantikan Ratu menyambut rombongan perwakilan dari sebuah Kampus ternama di Korea Selatan.
Alhasil, hampir 3 hari Niya seperti terkurung di kamarnya. Ia hanya bisa makan-tidur-pergi kekamar mandi dan terus saja berulang seperti itu. Akhirnya saat hari ini ia merasa suhunya sudah stabil dan tidak selemah kemarin-kemarin, ia ingin sedikit keluar dari kamarnya karena penat.
Begitu keluar kamar, ia berpapasan dengan Pangeran Adiwira yang tengah membawa pot kecil dengan bunga gardenia.
Niya tersenyum saat melihatnya. “ KanjengPangeran Adiwira, rasanya kamarku bisa berubah menjadi taman jika kamu terus bawa pot bunga setiap ketemu aku!” sahut Niya mengeluh tapi tetap menerima uluran pot bunga dari Adiwira.
Semenjak jatuh sakit ia sudah menerima banyak bunga dari Adiwira, dari anggrek ungu, akasia sampai aprikot. Lucunya semua bunga hidup dalam pot, Adiwira beralasan jika ia sudah sembuh bisa menaruhnya langsung di taman istana.
“Kanjeng Putri mau kemana?” tanya Aditama melihat Niya berjalan keluar kamar lengkap dengan sweater dan selimut yang hampir membungkus seluruh tubuhnya, hasil karya dari Hasna dayang utamanya.
Niya meringis malu melihat keadannya sekarang. “Sebenarnya cuma boleh ke ruang tamu aja, cuma memang dayang hasna ini lebay sekali.. aku dibungkus jadi mirip mumi begini,” sahut Niya seraya melirik Hasna dengan bibir yang mengerucut sebal.
Adiwira tampak tertawa kecil melihat sikap Niya. “Kalau begitu boleh saya temani?” ujar Adiwira yang disambut anggukan kepala dari Niya.
Keduanya kemudian mengobrol dengan seru diruang tengah. Membahas kembali bagaimana sibuknya mereka menyambut kunjungan kesenian dari sebuah rombongan perwakilan sebuah Kampus Korea Selatan sampai beberapa artikel yang dirasa Niya terlalu berlebihan dalam memujinya.
Adiwira tipe pendengar yang baik, berberda dengan Aditama yang selalu mengomentari semua sikap dan cara bicara Niya. Maka jika dengan Adiwira, ia merasa menjadi pihak yang lebih banyak berbicara, sedangkan dengan Aditama rasanya seperti menemukan partner debat yang tiada henti. Semuanya saling tidak mau mengalah dalam berargumen.
Usai mengobrol beberapa saat, Pangeran Adiwira pamit undur dari karena mendapat panggilan telepon dari Ibunya. Usai kepulangan Adiwira, Niya masih enggan kembali ke kamarnya meskipun tampak sedikit mengantuk. Meski sudah dibujuk dengan Hasna dan beberapa dayang yang lain. Ia tetap bersikeras masih ingin menonton TV. Sampai ia tanpa sadar tertidur di sofa.
Entah sudah berapa lama Niya tertidur sampai ia merasakan sebuah elusan lembut dikepalanya. Niya membuka dengan berat kedua matanya, dengan sedikit pandangan yang kabur ia mendapati bayangan sosok Aditama disana.
“Aku mimpi lagi ketemu Mas Aditama…” gumam Niya seraya memejamkan matanya lagi yang masih terasa mengantuk. Ia kembali merasakan usapan lembut di kepalanya.
Niya kini semakin berusaha membuka kedua matanya, sosok Aditama semakin jelas disana. Niya mengerjap kaget, ia terbangun dan segera terduduk. ia tidak tengah bermimpi! Aditama benar disana!
Ketika Aditama hendak menyentuh kepalanya lagi, Niya menghadangnya dengan tangannya. Ia mencengkeram tangan Aditama dan melemparkannya keras.’
“Stop! Jangan pegang aku!” Seru Niya seraya menundukan kepalanya. Suaranya bergetar menahan tangis.
Aditama tersenyum tipis. “Kenapa? bukannya kita udah lama nggak ketemu? Masa usap kepala sedikit aja nggak boleh? memang nggak kangen sama suaminya sendiri?” ucap Aditama menggoda Niya seraya mencoba menatap wajah Niya dengan ikut menunduk.
“Nggak! Nggak boleh!” sahut Niya ketus seraya berusaha bangun dari sofa. Karena gerakan tiba-tiba dan fisiknya yang masih dalam tahap penyembuhan membuatnya sedikit limbung. Untung Aditama menangkapnya dengan sigap, mencegahnya jatuh.
“Aku bilang jangan pegang! Jangan pegang!” seru Niya lagi seraya menghalau tangan Aditama yang tengah memegang kedua lengannya. ia mencoba melepaskan gengaman tangan Aditama dari lengannya.
Entah Aditama yang lebih kuat atau Niya yang tengah lemah, tangan Aditama tidak bergeming sedikit pun. Ia justru berhasil memutar tubuh Niya dan menghadapnya.
Niya masih menunduk dan menghindari tatapan Aditama.
“Katanya kamu sakit? Coba lihat mana yang sakit?” ucap Aditama seraya menunduk berusaha melihat wajah Niya.
Niya semakin menundukan kepalanya dan berakhir dengan merangsek masuk menyentuh dada Aditama.
Aditama kemudian memeluk Niya yang awalanya ditolak keras, tapi Aditama terus tidak bergeming dan akhirnya Niya kalah dan menerima pelukannya.
“Besok… besok.. kalo ada kunjungan ke Jepang lagi kita pergi bareng-bareng ya? ah.. nggak ke Jepang aja deh.. ke semua negara juga ya? jadi kita nggak perlu pisah lama-lama, Ya?!” ucap Aditama seraya mengusap kepala Niya lembut.
Niya yang mendengar ucapan Aditama tampak mendongak dan menatap Aditama dengan kesal. Tampak kedua matanya memerah menahan tangis. “Pembohong! Kemana aja kamu? kenapa nggak ada kabar? kenapa telepon dan chat aku nggak di balas? kenapa? kenapa?” seru Niya kesal seraya menangis dan memukuli dada Aditama. Aditama menerima semua pukulan Niya seraya tetap memeluknya.
Beberapa saat kemudian, Niya tidak lagi memukulinya ia sibuk menangis dalam pelukan Aditama. Semua rencana untuk memarahi Aditama habis-habisan saat pulang untuk menumpahkan kekesalannya buyar sudah. Entah karena ia tengah sakit, sehingga merasa pelukan Aditama sedikit menenangkan hatinya.
Beberapa dayang dan staf tampak terharu melihat pertemuan kembali Niya dan Aditama. Mereka senang akhirnya tokoh utama di Istana Selatan kembali bersama. Setidaknya suasana Istana kembali hidup dan ceria lagi dengan adanya pasangan ini.
...****************...
Satu, dua, Empat!!
Aditama menghitung dengan kesal jumlah pot bunga yang ada di dekat jendela kamar Niya. Sekali melihatnua saja, ia tahu siapa pengirimnya. Karena hampir disemua potnya berukirkan inisial ADW, yang tidak lain-tidak bukan adalah Adiwira!
Bunga Anggrek ungu, Akasia, aprikot dan Gardenia. Aditama dengan cepat browsing tentang arti dan makna dari setiap bunga. Dan benar sesuai dugannya jawabannya adalah perhatian diam-diam atau penganggum rahasia.
“Hihh!!” Aditama dengan gemas menggegam sebuah pot yang berisi bunga gardenia dan hampor melemparkannya keluar kamar Niya.
“Kamu ngapain, Mas?” tanya Niya bingung saat melihat Aditama memegang salah satu pot dikamarnya.
Merasa tertangkap basah, Aditama segera mengembalikan potnya kembali seperti sedia kala. “Nggak… ini bagus banget pot sama bunganya tapi lebih bagus di taruh di taman nggak sih?” ucap Aditama sekenanya menutupi rencana awalnya yang hendak melempar pot bunga keluar kamar.
Niya tersenyum senang. “Iya.. memang bagus! Pangeran Adiwira itu kalo ngasih hadiah bagus ya Mas.. udah cantik pilihannya terus bermanfaat gitu!” puji Niya seraya menatap pot bunga yang berjejer pemberian dari Adiwira.
Aditama yang mendengarnya mendengus kesal seraya merogoh kantung celananya. “Terus kalo ini cantik pilihannya dan bermanfaat juga nggak?” ucap aditama seraya menyodorkan sebuah bungkusan.
Niya mengernyit bingung, meski sambil tetap menerima uluran hadiah dari Aditama.
“Griptok?” tanya Niya heran saat menyadari apa yang di berikan oleh Aditama. Sebuah Griptok dengan semanggi berdaun empat.
“Itu daun asli yang di awetkan dengan resin! bagus kan?!” jelas Aditama.
“…” Niya tidak merespon apapun dia sibuk memperhatikan griptok yang ada di tangannya.
“Jangan bilang kamu nggak tau arti semanggi berdaun empat?” tanya Aditama.
Niya menggeleng pelan.
Aditama menghela nafas panjang. “Umumnya semanggi itu berdaun tiga, jadi jika kamu menemukan yang berdaun empat itu artinya beruntung entah di kehidupan, karier atau cinta…” ucapan Aditama terpotong ketika ponselnya berdering.
Niya dengan cepat menangkap ada yang berbeda dari Aditama, handphone nya menggunakan griptok yang sama dengan yang ia berikan.
Tanpa pikir panjang Niya segera menempelkan griptok dibagian belakang ponselnya. Bukankah ini hadiah pertama dari Aditama untuknya? barang couple lagi!
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments