Pangeran Adiwira

“Salam kenal dan hormat dari Saya untuk Raden Putri Agung Daniya!” ucap Pria yang ternyata postur tubuhnya jauh lebih tinggi dari perkiraan Niya. Bahkan lebih tinggi dari Dimas Hari.

Pria yang mengenalkan klub indutri kain kreatif di sekolahnya saat ini, yang tak lain. adalah Pangeran Adiwira.

“Ah.. Salam hormat juga untuk Raden, eh.. Pangeran Adiwira…” sahut Niya dengan canggung dan bingung bagaimana cara penyebutan nama Adiwira dengan benar. Ia masih bingung apa hubungannya Pangeran Adiwira ini dengan Aditama.

Adiwira tampak tersenyum tipis. “Raden Putri Agung Daniya boleh memanggil saya dengan panggilan apa saja,” sahutnya lembut.

Niya sedikit terkesiap, boleh saja postur tubuh dan sikap Pangeran Adiwira mirip dengan Pangeran Aditama tapi untuk nada bicara sungguh jauh berbeda, Pangeran Adiwira jauuuh lebih lembut dibandingkan Aditama.

“Mana boleh begitu.. bisa habis aku dimarahi dengan tetua kerajaan nanti…” keluh Niya tanpa sadar dihadapan Adiwira.

Adiwira kini tidak bisa menahan tawanya, meski tetap dengan sikap bersahajanya layaknya keluarga kerajaan.

“Raden Mas Pangeran Adiwira Sanjaya, itu nama lengkap dan gelar saya Raden Put..” ucapan Adiwira terpotong.

“Niya.. Raden Mas Pangeran bisa panggil saya Niya saja.. Atau putri Niya,” sahut Niya cepat-cepat, ia sudah merasa jengah dengan panggilan nama dan gelar lengkapnya oleh Adiwira.

Adiwira mengangguk setuju. “Kalau begitu saya juga bisa dipanggil dengan Adiwira saja.. Pangeran Adiwira” jawabnya dengan nada bicara mengikuti Niya.

*Keduanya kemudian tertawa canggung, tapi siapa sangka setelahnya keduanya bisa berbincang sangat akrab. Niya akhir-akhir ini memang tertarik sekali dengan fashion *terutama yang memanfaatkan kain dan motif khas dari daerah Jawi yang juga mendominasi pakaian sehari-harinya di Kerajaan. Dimana hal yang tengah ia sukai ini ternyata di geluti oleh Keluarga Pangeran Aditama yang bahkan bisnis fashion nya sudah merambah hingga ke beberapa negara Asia dan mulai memasuki pasar Eropa.

Kepribadian Adiwira yang hangat tidak hanya membuatnya mudah nyaman dengan Niya, tetapi juga dengan Hari dan Indira.

Meski usia Adiwira tiga tahun diatas Aditama, ia sama sekali tidak nyaman, justru sebaliknya Niya senang sekali, rasanya daftar temannya di Jawi bertambah satu.

...****************...

Para Dayang Istana dan beberapa staffnya tampak sibuk berbenah aula makan di Istana Utama, ada yang mengatur tatanan alat makan di meja, menghias bunga sampai terus mengelap setiap sudut ruangan.

Niya yang tampak bingung sejak sore juga sudah menerima sebuah dress baru, panjangnya selutut di dominasi warna kuning lembut dengan hiasan sedikit bordir khas Kerajaan Jawi di kerah dan lengannya dengan warna yang sedikit lebih terang. Terlihat sederhana tapi tanpa meninggalkan kesan mewah dan elegan. Ia sudah dipesan untuk hadir di makan malam keluarga Kerajaan.

Saat Niya sampai di Aula makan istana utama, tampak Aditama sudah duduk disana dan tengah berbincang akrab dengan Ibu Suri.

Aditama mengenakan Jas batiknya yang sama ia gunakan sejak pagi, tampaknya ia belum kembali ke kamarnya sejak kepulangannya dari kunjungan peresmian Gedung Olahraga dan Kesenian Baru di Selatan Jawi.

Niya dengan cepat mengambil duduk disebelah Aditamah setelah sebelumnya menyapa Ibu Suri.

“Kang Mas… kok tumben sih kita makan malam formal gini? mau ada tamu ya?” tanya Niya kepada Aditama dengan berbisik. Karena biasanya keduanya akan makan malam di Istana Selatan, tempat dimana tempat tinggal mereka.

Belum sempat pertanyaan Niya dijawab, Aditama tampak bergegas berdiri, terlihat beberapa dayang juga mulai rapi berjejer. Niya yang paham situasinya, ikut berdiri juga. Dan benar saja Raja dan Ratu berjalan memasuki ruang makan, di belakangnya ada Ibu Suri juga yang tengah di gandeng oleh sosok pria tegap tinggi yang berwajah familiar.

Itu Pangeran Adiwira!

Niya tampak tersenyum senang, melihat kedatangan Pangeran Adiwira,ia juga melambai-lambaikan kecil tangannya untuk menyapanya.

Aditama yang melihat sekilas ekspresi senang Niya saat bertemu Adiwira itu mengernyikan dahinya heran. Dua orang ini sudah akrab?!

...****************...

Pangeran Adiwira adalah putra dari mendiang dari istri Raja Ranajaya terdahulu, Putri Mahkota Hanin yang wafat bahkan sebelum naik tahta menjadi Ratu. Pangeran Aditama kecil kemudian diminta dan diasuh oleh pihak keluarga ibunya, yang merupakan Bangsawan dan juga politisi terkenal. Meskipun berat akhirnya, Raja menyerahkan hak asuh Pangeran Adiwira.

Usai dua tahun kepergian Putri Mahkota Hanin, kemudian Ranajaya menikah dengan Diajeng Mirah yang kemudian menjadi Ratu saat ini. Pernikahan keduanya kemudian melahirkan Aditama. Alhasil, kerajaan Jawi dengan resmi memiliki dua pangeran.

Dilema kemudian dimulai. Sejarah mengatakan jika yang berhak naik tahta menjadi Putra Mahkota adalah Pangeran dari garis keturunan Ratu saat ini, tetapi beberapa pihak tetua Kerajaan juga mengatakan yang berhak naik adalah Putra yang lebih tua dari garis keturunan Raja, tidak peduli status ibunya terdahulu. Sehingga, tercipta dua kubu di kalangan Tetua Kerajaan, di pihak Pangeran Aditama dan Pangeran Adiwira.

Tanpa disadari, dilema ini terbawa sampai kepada hubungan Aditama dan Adiwira sendiri. Semakin dewasa keduanya semakin tidak akrab, dan canggung. Ditambah Pangeran Adiwira yang tidak dibesarkan di lingkungan istana, dan bahkan beberapa kali sempat tinggal di luar negeri.

Dilema pemilihan Putra Mahkota terus mencuat, terutama kini ketika kesehatan Raja mulai menurun. Isu tentang siapa pangeran penerus Raja kelak mulai naik perlahan.

Tak disangka ditengah isu ini mulai naik, di tahun ini, tepat setelah sebulan pernikahan Aditama dan Niya, Pangeran Adiwira kembali.

Niya tampak mengangguk-angguk paham saat mendengar cerita dari Pangeran Aditama tentang silsilah Pangeran Adiwira, begitu keduanya kembali ke istana kediaman mereka.

“Sedihnya menjadi Pangeran Adiwira, ia harus kehilangan ibunya di usia yang masih kecil,” ucap Niya iba.

“Karena itu juga, posisi Putera Mahkota menjadi hal yang berat juga ya Mas. Jadi belum tentu jika kamu menjadi penerus Raja Ranajaya? begitu ya?” tanya Niya polos.

Mendengar pertanyaan Niya, mendadak wajah Aditama menjadi kaku. “Menurutmu memang siapa yang pantas menjadi Raja kelak?” tanya balik Aditama.

Niya mengangkat bahunya bingung. “Entahlah, aku tidak paham dengan peraturan kerajaan ini. Tapi menjadi Pangeran Adiwira pasti juga berat… jika saja mendiang ibunya tidak wafat terlebih dahulu, ia yang akan menjadi Putra Mahkota…” ucapan Niya terpotong.

“Iya! Jika Pangeran Adiwira yang menjadi Putra Mahkota, maka bisa saja yang jadi suami kamu itu juga dia kan? bukan aku! gitu?!” sahut Aditama ketus.

Niya mengernyitkan dahinya, bingung dengan mood Aditama yang tiba-tiba berubah. “Loh! Kok kamu marah, Mas?! Aku kan cuma berpendapat!”

Aditama tampak mengalihkankan pandangannya dari Niya karena kesal. Buyar sudah rencananya untuk mengobrol panjang dan bercanda dengan Niya, menanyakan kesehariannya di sekolah barunya. Padahal tadinya ia berharap berbincang dengan Niya, akan sedikit mengurangi penat dan lelah seharian ini karena jadwal kunjungan kerajaan yang padat. Tapi perasaannya menjadi berantakan ketika Niya menanyakan tentang Adiwira. Entah ada perasaan tidak suka bercampur kesal disana ketika Niya terlihat tertarik dengan keberadaan Pangeran Adiwira saat ini.

Niya yang tidak tahu menahu tentang perasaan Aditama hanya bisa menggerutu kesal. “Gimana caranya aku berharap jadi istri Pangeran Adiwira kalo ternyata aku juga cuma jadi Putri Pengganti!”

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!