Clash!

Fashion Designer.

Niya menulis dengan mantap di kolom minat dan bakat di bidang yang ia sukai. Siapa sangka mendadak menjadi seorang Putri yang mengharuskannya hampir setiap saat mengenakan kebaya dan dress batik Jawi dengan beragam clrak dan model menimbulkan rasa tertarik yang mendalam tentang pakaian. Tim tata busana dan riasan Kerajaan Jawi memang jempolan. Mereka mengikuti pakem pakaiak kerajaan dengan baik, yang tetap sopan, anggun dan elegan tapi tanpa meninggalkan tren yang kekinian.

Niya yang awalnya di Jakarta jarang sekali memperhatikan penampilannya, kini lambat laun menyukainya. Ia bahkan bercita-cita menjadi seorang perancang busana yang tetap menggunakan kain dan corak batik tradisional. Sama seperti misi bisnis yang digeluti oleh Raden Putri Ageng Hanin, Ibu Pangeran Adiwira. Rupanya kedatangan kembali mereka kali ini dari Inggris, juga bertujuan untuk membuka salah satu butik dan pabrik tekstil baru di Kerajaan Jawi.

Maka karena itu juga, Niya menjadi semakin akrab dengan Pangeran Adiwira dan juga Ibunya, untuk membicarakan tentang pakaian dan cita-citanya menjadi perancang busana.

Niya yang tengah asik dengan rancangan sketsanya kemudian dikejutkan dengan penampilan Aditama yang tampil berbeda mengenakan jersey lengkap dengan sepatu bolanya.

“Kamu mau olahraga, Mas? futsal?” tanya Niya saat melihat Aditama dengan serius mengikat tali sepatu disampingnya.

“Pangeran Aditama akan bermain sepakbola di lapangan kerajaan, bersama beberapa staf kerajaan juga. Ayo Raden Putri Agung ikut menonton juga, agar tambah seru?!” yang menjawab pertanyaan Niya, bukan Aditama melainkan Pak Wiro pengawal utama Putera Mahkota.

Niya masih melirik Aditama yang tidak mengeluarkan sepatah katapun. “Males ah, mending di sini saja melanjutkan menggambar!” sahut Niya seraya menyindir, Pangeran Aditama akhir-akhir ini memang bersikap sedikit dingin dengannya.

“Ikut nonton saja Raden Putri, karena kali ini Pangeran Aditama akan bermain melawan Pangeran Adiwira. Jadi hari ini Tim Istana Selatan akan melawan Tim Istana Utara. Pasti seru sekali!” kali ini Hasna, Dayang utama Niya yang ikut menjelaskan.

“Pangeran Adiwira? Woah.. Pangeran bisa bermain bola juga?!” seru Niya tanpa sadar, karena menurutnya postur tubuh Pangeran Adiwira jauh lebih kurus di banding Aditama yang cenderung terlihat cukup kekar dan berisi.

Pangeran Aditama memang dikenal suka berolahraga, tapi pangeran Adiwira ia belum mendengarnya sama sekali.

“Kalau begitu aku mau menonton!” ujar Niya seraya beranjak dari sofa panjangnya dan bergegas mengganti pakaiannya. Ia tidak menyadari ada tatapan tidak senang dari Aditama.

“Giliran dengar nama Adiwira baru bersemangat nonton!” gerutu Aditama kesal.

...****************...

Niya berdecak kagum saat melihat lapangan Kerajaan Jawi yang terlihat begitu bagus, dan bahkan sudah menyerupai stadion mini. Jika karena tidak pertandingan Aditama dan Adiwira hari ini, ia belum tentu bisa melihat salah satufasilitas yang dimiliki Kerajaan ini.

Pertandingan berjalan dengan seru. Aditama dan Adiwira masing-masing menjadi kapten Tim, dimana para anggotanya adalah staf dari masing-masing istana tempat tinggal mereka, istana Selatan dan Utara.

Nilai kedua tim terus imbang, sampai disuatu peristiwa Pangeran Aditama dan Adiwira bertabrakan saat merebutkan bola. Keduanya saling tersungkur dan terlihat kesakitan.

Semua orang kemudian menjadi panik, dan seolah melupakan jalannya pertandingan saat melihat kedua Pangeran cedera.

Niya ikut tersentak kaget dan ikut berlari menuju lapangan. Sesampainya disana ia jadi termangu. hampir semua orang mengerumuni Pangeran Aditama, sementara Pangeran Aditama hanya dua orang yang membantunya, bahkan kini tinggal satu orang orang, karena staf yang satu tengah sibuk menelpon staf medis kerajaan.

Niya yang Sebenarnya ia ingin menghampiri Aditama terlebih dahulu, mendadak menjadi iba ketika melihat Pangeran Aditama yang merintih kesakitan memegang lututnya dan hanya didampingi satu orang staf istana. Kemudian ia memutuskan membantu Pangeran Adiwira, karena merasa Pangeran Aditama sudah banyak membantunya.

Niya tidak menyadari jika tindakannya diperhatikan dengan lekat oleh Aditama. Ditengah rasa sakit karena cedera kakinya, Pangeran Aditama juga kesal setengah mati melihat Niya begitu perhatian dengan Adiwira.

...****************...

“Mas.. gimana kaki kamu? Udah enakan atau masih sakit banget?” tanya Niya khawatir seraya menyeruak masuk ke kamar Aditama. Wajahnya nampak sedikit pias, bahkan ia belum sempat mengganti pakaiannya sejak pagi tadi.

Aditama menatap lekat-lakat Niya yang tampak memandang takut-takut pergelangan Kaki Aditama yang yang tampak diperban kuat.

“Kata dokter kamu cuma keseleo kan Mas? Nggak ada yang patah kan? benerkan Mas?” tanya Niya sambil mengusap hati-hati perban di kaki Aditama.

Aditama mendengus kesal. “Oh.. masih inget juga sama keadaan aku? kirain perhatian mu sudah habis kepada Pangeran Adiwira semata!” sindir Aditama kesal.

Niya mengernyitkan dahinya bingung. “Pangeran Adiwira? Aku cuma ikut nungguin sampai staf medis dateng aja kok.. habis itu kan aku daritadi nungguin kamu diperiksa dokter meskipun cuma di luar kamar, karena aku nggak tega lihat kamu kesakitan pas diperiksa!” jelas Niya bingung menghadapi mood Aditama yang kembali berubah-ubah.

“Cih! Tapi tetep aja kamu refleknya lari ke dia pas cedera! Bukannya lihat dulu suaminya kesakitan atau nggak!” protes Aditama tetap tidak terima.

Niya menghela nafas dengan kesal. “Semua orang dilapangan itu larinya ke kamu semua, Mas! Bahkan kayaknya kamu aja nggak sadar aku ada disebelah mana! Beda sama Pangeran Adiwira yang bahkan orang yang bantuin dia hanya dua staf doang!” sahut Niya tidak terima dengan ucapan Aditama.

“Siapa bilang aku nggak sadar kamu dimana! Kamu yang paling aku cari! nggak peduli sebanyak apa juga staf kerajaan yang bantuin aku!” seru Aditama dengan emosi. Ia sendiri juga tidak tahu pastinya ada apa dengan dirinya, perihal Niya yang lebih memilih membantu Adiwira dibanding dirinya bisa membuatnya begitu emosi.

...****************...

“Wah… Jalan kamu udah bagus banget, Mas! Kaki kamu udah nggak sakit lagi ya?” seru Niya senang saat melihat Aditama keluar dari kamarnya tanpa mengenakan bebat plester di kakinya lagi, meskipun ia belum bisa menggunakan sepatu.

Waktu seminggu ini menjadi masa pemulihan untuk kaki Aditama, pasca cedera usai bermain sepak bola.

Aditama tidak menjawab pertanyaan Niya dan masih saja berkutat menatap ponselnya.

Niya mendengus kesal merasa di acuhkan Aditama. Memang semenjak pertengkaran keduanya perihal ia lebih memilih berlari kearah Adiwira terlebih dahulu dibanding Aditama, sikap Aditama memang menjadi sedikit lebih ketus kepadanya.

“Kalo orang nanya itu dijawab! Punya kuping nggak sih Raden Mas Agung Pangeran Aditama!” Omel Niya kesal tepat ditelinga Aditama, berusaha agar staf lain tidak mendengarnya. Bisa-bisa ia dimarahi habis-habisan nanti karena dianggap bersikap tidak sopan terhadap Putera Mahkota.

Aditama bukannya menyahuti hanya menunjukan layar ponselnya yang berisi chat dari Raja Agung. “Raja meminta kita datang ke istana utama!”

Niya menatap bingung Aditama. Ada masalah apalagi ini?

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!