Graduate!

Usai pesta, Niya banyak berdiam diri. Bahkan ia tampak acuh ketika Aditama dengan penuh bersemangat membuka kado dari Niya, yang ternyata adalah sebuah Jas hitam dengan sulaman motif batik jawi dengan benang berwarna emas dan perak buatan tangan Niya sendiri. Aditama akhirnya mengerti kenapa belakangan ini Niya suka mengurung diri dikamarnya karena tengah menyelesaikan sulaman Jas ini. Aditama sangat senang dengan kado dari Niya.

Hari-hari selanjutnya Niya masih tampak lebih banyak diam. Ia tidak menghindari sepenuhnya Aditama, tapi hanya menjawab seperlunya setiap pertanyaan dari Aditama.

“Kamu itu lagi sakit ya? Sariawan? Sakit tenggorokan? kenapa diem terus sih dari tadi?” tanya Aditama bingung, hari ini hampir sepanjang hari Niya berada disampingnya mendampingi kegiatan kerajaan tapi hampir nyaris tidak mendengar suaranya. Ia hanya akan mendengar Niya berbicara saat sesi wawancara dengan media atau ketika berbincang dengan para peserta acara. Ketika mereka kembali berdua, akan terasa senyap. Padahal biasanya Niya begitu cerewet menanyakan dan menceritakan banyak hal kepadanya.

“…” Niya masih terdiam dan memilih memandang jalanan dari kaca mobilnya.

“Niya…” panggil Aditama lagi seraya menggenggam tangan Niya. “Kamu ada masalah disekolah? Di pelajaran Istana? atau kenapa?” tanya Aditama lagi seraya mengusap pelan tangan Niya.

Niya dengan cepat menepis tangan Aditama. “Nggak.. aku nggak sakit, nggak kenapa-kenapa kok!” sahut Niya cepat dan kembali mengalihkan pandangan matanya dari Aditama. Ia mulai bersandar di kursi mobilnya dan mulai memejamkan matanya.

“Aku capek, aku mau tidur sebentar,” ucap Niya seolah memberi peringatan kepada Aditama untuk tidak menganggunya lagi.

Aditama hanya menghela nafas kebingungan. Ia yakin ada yang tidak beres dengan Niya.

...****************...

Niya tampak mematut dirinya di cermin. Tidak terasa ini terakhir kalinya ia mengenakan seragam SMA kerajaan. meski hanya 8 bulan bersekolah disana dan sampai akhirnya lulus. Ia akan tetap mengenang masa menyenangkan sekolahnya. Karena dengan tetap bersekolah, membuatnya sedikit melupakan sesaknya kehidupan sebagai seorang Putri Raja.

“Bagaimana rasanya sebentar lagi lulus dari SMA? Sudah bukan anak kecil lagi dong ya?” tiba-tiba Aditama muncul dibelakangnya dan mengacak asal rambut Niya.

Biasanya Niya akan cemberut dan memprotes sikap Aditama yang merusak tampilan rambutnya. Kali ini Niya hanya terdiam dan dengan tenang merapikan kembali rambutnya.

Aditama kembali menghela nafas panjangnya. Sudah hampir sebulan ‘perang dingin’ dengan Niya belum selesai. Ia masih juga tidak tahu apa sumber masalahnya.

Aditama tampak memutar badan Niya kehadapannya dan memegang dahunya mendongak keatas memintanya menatapnya. “Kalau suaminya nanya dijawab dong, Senang nggak bisa lulus dari SMA?” tanya Aditama gemas.

Niya mengangguk cepat dan berusaha melepaskan tangan Aditama dari dirinya. Tapi, Aditama tetap tidak bergeming. “Nanti keluarga Hirawan akan lebih dulu datang menemani upacara kelulusanmu ya.. Nanti Aku dan mungkinIbu Suri yang akan datang mewakili kerajaan menyusul di siang harinya ya.. Karena aku masih ada jadwal kunjungan di Pesta Rakyat dulu.. mengerti?” Jelas Aditama seraya menatap lekat-lekat Niya. Jika ia tidak melakukan hal ini, entah kapan ia bisa melihat ekpsresi wajah Niya lagi.

Niya mendengus kesal dan mengangguk cepat dari semua ucapan Aditama.

“Dijawab bukan hanya mengangguk saja!” protes Aditama kepada Niya.

“Iya!” sahut Niya cepat.

“Yang lengkap jawabnya,” protes Aditama lagi.

“Iya Kang Mas Pangeran Aditama,” sahut Niya kesal.

Aditama tampak tersenyum puas dan melepaskan tangannya dari dagu Niya dan beralih memeluknya. “Selamat menikmati upacara hari kelulusanmu ya!” ucap Aditama seraya mengusap pelan punggung Niya.

...****************...

Keluarga Hirawan dengan lengkap hadir dan menemani upacara kelulusan Niya. Dari Ibu, neneknya Diajeng Sariti sampai Bude dan Pakdenya, Diajeng Asih dan Dimas Aji.

Belum lagi ia merasa senang luar biasa karena bisa merayakan kelulusan bersama sahabatnya Indira dan sepupunya Dimas Hari.

Pangeran Aditama tampak berjalan tergesa saat masuk aula Sekolah Kerajaan meski tetap sambil tersenyum menyapa para masyarakat yang hadir.

Ibu Suri disampingnya tampak tersenyum kecil seraya menepuk pelan lengan Aditama. “Segitu buru-burunya mau ketemu istrimu!” ujar Ibu Suri seraya tersenyum kecil.

Aditama meringis kecil, sampai akhirnya pandangannya bertemu dengan sosok Niya yang tengah berbincang ceria dengan keluarga Hirawan. Ada perasaan aneh diperasaan Aditama, rasanya sudah lama ia tidak melihat kesenangan di wajah Niya.

“Kanjeng Pangeran Agung Aditama! Sini!” sapa Dimas Hari seraya melambai kearah Aditama.

Mendengar nama Aditama dipanggil, wajah Niya kembali menjadi dingin. Perubahan ekspresi Niya diperhatikan dengan Aditama.

Aditama menghampiri mereka seraya menggandeng ibu suri. Ia dengan cepat mengambil posisi duduk disamping Niya, setelah sebelumnya Indira berinisiatif bergeser pindah tempat duduk.

“Maaf aku terlambat ya Adinda..” ucap Aditama seraya merangkul Niya dan mengusap lengannya lembut.

Niya tampak tersenyum tipis seraya menatap Aditama sekilas.

Aditama tahu jika Niya tidak akan terlalu dingin kepadanya jika di acara publik, terutama dihadapan keluarganya. Hal ini membuatnya mengambil kesempatan untuk mengenggam tangan Niya sepanjang acara ini, yang tentunya tidak akan ditolak oleh Niya.

Sesi foto kelulusan Niya menarik banyak perhatian, terutama ketika bagiannya berfoto dengan Pangeran Aditama.

Aditama tampak terlihat sibuk merapikan Jasnya.

“Gimana penampilanku? sudah rapih?” tanya Aditama seraya menghadap Niya.

Niya mengangguk cepat menjawab pertanyaan Aditama.

Aditama tampak membungkuk dan membisikan di telinga Niya. “Bantuin rapihin baju suaminya dong!” ujar Aditama gemas.

Niya tampak menghela nafas panjangnya kemudia ia tampak merapihkan kerah jas Aditama seraya tersenyum tipis. Ia paham bagaimana ‘instruksi’ untuk bersikap manis dimana banyak media yang tengah meliput keduanya.

Aditama merasa senang dengan sikap lembut Niya kepadanya meskipun hanya di depan media.

“Wah Pangeran Aditama telihat tampan dan bersinar sekali hari ini ya? Apa karena sedang menghadiri upacara kelulusan istri tercintanya ya?!” ucap fotografer sekolah Kerajaan saat melihat sikap Aditama dan Niya yang terlihat sangat manis.

“Yang terlihat bersinar itu saya? atau pakaian saya nih?” sahut Aditama seraya tersenyum cerah.

“Oh.. apakah pakaian yang dikenakan saat ini ada arti istimewa?” tanya sang fotografer kemudian.

“Tentu! Jas ini spesial buatan tangan Kanjeng Putri Agung Daniya!” ucap Aditama bangga seaya merangkul mesra Niya.

Ucapan Aditama menarik perhatian berbagai media untuk meliputnya. Aditama dengan bangganya menceritakan bagaimana piawainya Niya membuatkan jas untuknya sampai ke detail sulaman semua dibuatnya sendiri.

Aditama berharap dengan ia menunjukan senangnya mendapat kado Jas dari Niya bisa sedikit mencairkan “perang dingin” diantara mereka.

...****************...

“Jadi Kanjeng Putri Daniya mau kado kelulusan apa?” tanya Ibu Suri lembut seraya memegang tangan Niya.

“Emm.. bisa apa saja?” tanya Niya balik.

Aditama tampak tersenyum saat mendengar jawaban Niya. Sebenarnya sebelum Ibu Suri menanyakan hal ini. Ia sudah memberikan bocoran sebelumnya kepada Niya. Ia menyarankan untuk meminta hadiah liburan, karena berkesempatan keluar istana sejenak adalah hal yang menyenangkan untuk mereka.

“Apa saja sayangku. Kanjeng Putri bisa meminta apa saja!” sahut Ibu Suri lembut.

“Boleh Ananda meminta pergi liburan?” tanya Niya sedikit ragu-ragu.

Ibu Suri mengangguk setuju. “Boleh, Nak.. boleh.. Kanjeng Putri emmang mau kemana?”

Niya tersenyum senang. “Mau liburan ke Dufan dan Ancol!” seru Niya mantap.

Aditama tampak tertawa kecil mendengar jawaban Niya. Kenapa receh sekali permintaan gadis ini.

Ibu Suri juga ikut tertawa. “Ho.. Ho.. boleh Nak.. boleh.. Pangeran Aditam dengar ya permintaan istrimu.. temani dan ajak bermain dengan baik nanti,” ucap Ibu Suri seraya menepuk pelan lengan Aditama.

Niya tampak menggeleng pelan. “Adinda mau pergi liburan bukan bersama Kang Mas Pangeran Aditama…” ujar Niya kepada Ibu Suri.

Ibu Suri tampak mengernyitkan dahinya dengan bingung. Begitu juga dengan Aditama.

“ Adinda mau pergi berlibur bersama sahabat, Indira dan Dimas Hari! Tanpa Pangeran Aditama,” jelas Niya lagi.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!