Entah sudah berapa kali ia Niya tampak memperhatikan pantulan wajah dirinya di cermin.
“Bisa pecah lama-lama itu cermin kamu pandangi lekat-lekat seperti itu, mau bercermin berapa lama lagi, huh?! Kamu mau datang telat di hari pertama sekolahmu?!” ledek Aditama seraya duduk menyilangkan kaki di salah satu kursi yang tersedia di kamar Niya. Rasanya hampir setengah jam sudah ia melihat tingkah Niya yang tampak terus mematut dirinya di depan cermin.
Berbeda dengan hari lainnya, Niya yang biasanya akan menggerutu kesal saat mendengar ledekan Aditama. Kali ini ia justru tampak tersenyum senang.
“Bagaimana? bagus kan seragam akuuu? cantik kan?!” tanya Niya seraya memutar tubuhnya, memamerkan seragam baru yang ia kenakan. Kemeja putih di padu dengan rok rempel selutut dengan motif batik khas jawi berwarna cokelat keemasan. Belum lagi aksesoris dasi kupu-kupu dan vest yang warnanya senada dengan roknya. Terlihat lebih cantik dan manis dibanding seragam sekolahnya terdahulu.
“Jelas bagus, seragam itu kan di jahit oleh penjahit kerajaan,” sahut Aditama dengan nada datar setelah melirik sekilas kearah Niya.
“Kalo orangnya? Aku cantik kan pakai seragam ini?!” seru Niya seraya tersenyum lebar kepada Aditama. Ia juga tampak berputar sedikit, seolah tengah fit check dihadapan Aditama.
Aditama sebenarnya sangat setuju dengan ucapan Niya. Niya dengan seragamnya kini terlihat benar-benar seperti gadis remaja pada umumnya. Terlihat imut dan menggemaskan.
Niya dengan seragamnya juga seolah mengingatkan Aditama, jika gadis ini memang masih 17 Tahun. Tapi, siapa sangka gadis semuda ini sudah menjadi istri dan bahkan seorang calon Ratu dimasa depan. Menghadapi beratnya hidup di kerajaan padahal seharusnya ia masih bebas merayakan kesenangan masa SMA.
Tanpa sadar tangan Aditama tampak bergerak kearah atas kepala Niya dan mengelus rambutnya pelan.
Niya tampak sedikit berjengit kaget dengan sikap Aditama yang tiba-tiba mendadak lembut kepadanya.
Tatapan Aditama yang kemudian bertemu dengan tatapan Niya membuatnya tersadar. Gerakan mengelus rambut Niya mendadak berubah menjadi sedikit cepat dan mengacak rambutnya asal.
“Ayo cepat berangkat! Bisa telat nanti!” ucap Aditama dengan canggung. Ia bergegas beranjak bangun dan meninggalkan Niya yang tampak mengerucutkan bibirnya dengan kesal karena rambutnya kini berantakan karena ulahnya.
...****************...
Niya berjalan dengan riang menyusuri lingkungan baru disekolahnya, Jika saja ia tidak ingat jika ia tengah ditemani berjalan bersama salah satu guru yang kelak akan menjadi wali kelasnya ini, mungkin sudah sejak tadi Niya bersenandung riang.
Sekolah Kerajaan Jawi tampak begitu megah dan elit. Tidak hanya dari segi bangunan tapi juga orang-orangnya. Entah kenapa ia merasa baik murid-murid atau staf gurunya terlihat memiliki vibe yang elegan, tenang dan berkelas. Mungkin karena memang para siswa disini di dominasi oleh para keturunan bangsawan dan keluarga kerajaan, atau siswa beprestasi yang mendapat beasiswa disini. Konon, guru-guru yang bisa mengajar disini juga melalui seleksi yang ketat dan pilihan langsung dari dewan pendidikan kerajaan. Maka tidak heran jika Sekolah ini memiliki segudang prestasi. Bahkan Aditama, Wening dan Malika Savita juga alumni dari sekolah ini.
Malika melambaikan tangannya dengan semangat ketika mendapati Hari, sepupunya itu menjadi teman sekelasnya. Belum habis masa terkejut sekaligus senangnya bertemu Hari, ia mendapati sosok familiar juga di kelas itu.
“Indira!” seru Niya senang, jika saja ia tidak ingat statusnya sebagai Putri Mahkota, maka sejak tadi ia sudah memeluk dan bersorak ramai dengan sahabatnya itu. Kok bisa sahabatnya bersekolah di SMA yang sama dengannya lagi!!!
...****************...
Niya terus mengangguk-anggukan kepalanya dengan semangat seraya mendengarkan cerita Indira tentang bagaimana ia bisa akhirnya pindah kesekolah yang sama dengannya.
Menurut penuturan Indira, tepat dua minggu lalu Ibu Niya datang menemuinya dan menawarkan kesempatan pindah belajar ke Sekolah Kerajaan. Lebih senang lagi ketika tawaran ini berupa beasiswa yang nantinya juga akan menanggung biaya kehidupannya kelak di Asrama Sekolah.
Indira yang memang fans berat dari Kerajaan Jawi tentu saja tidak melewatkan kesempatan itu sama sekali, meskipun awalnya mendapat pertentangan dari kedua orangtuanya.
Niya senang sekali mendengarnya, ia tidak menyangka ibunya begitu perhatian kepadanya, bahkan sampai memikirkan untuk menawarkan Indira bersekolah yang sama dengannya, yang bahkan ia saja sama sekali tidak kepikiran tentang hal itu. Fakta ia bisa kembali bersekolah saja sudah cukup senang, yang artinya ia tidak terus berkutat dengan urusan kerajaan saja, ini lagi ditambah fakta ia bisa kembali bersekolah dengan sahabat baiknya. Rasanya seperti ia kembali bisa menikmati masa remajanya dengan ‘sedikit’ lebih normal.
“Sudahi cerita tentang aku! Sekarang giliran kamu! Kok bisa-bisanya aku tidak tahu jika kamu ini seorang Diajeng! Dan bahkan bisa menikahi Pangeran Aditama!” ucap Indira gemas tapi tanpa berani menyentuh Niya, padahal jika itu duku sudah habis rasanya ia mencubiti Niya. Ia paham benar sekarang sahabatnya itu bukan lagi rakyat biasa, dimana menyentuhnya sembarangan bisa berarti melanggar aturan kerajaan.
Niya hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak merasa gatal.
“Jangankan kamu, Niya saja tidak tahu dengan silsilah keluarganya sendiri!” sahut suara maskulin dari arah belakang Niya, yang tidak lain adalah Dimas Hari.
“Hai! Kenalin! Gue Hari!” ucap Hari dengan nada bicara meniru logat Jakarta seraya mengulurkan tangannya kearah Indira yang hanya dibalas sekenanya.
Niya yang mendengarnya langsung merasa geli dan hampir saja menertawakan kakak sepupunya itu didepan sahabatnya, Indira.
Hari yang mendapat respon setengah hati dari Indira tampak mengernyitkan dahinya bingung. Baru pertama kalinya ada gadis yang bersikap cuek seperti ini kepada dirinya. Jika saja ia tidak mengingat Indira adalah sababat dari adik sepupunya sudah pasti ia marahi. Katanya penggemar nomor satu Kerajaan Jawi kok bisa-bisanya tidak menghormati dirinya yang juga berasal dari Keluarga Kerajaan!
...****************...
Hari-hari sekolah terasa menyenangkan bagi Niya. Meskipun itu artinya dirinya terasa lebih sibuk dua kali lipat dari biasanya. Ia akan sibuk berkegiatan sekolah formal sampai siang hari. Selanjutnya ia akan menerima pelajaran tata krama dari Kerajaan Jawi. Selanjutnya kadang di malam hari dan weekend ia akan mendampingi Aditama dalam beragam kunjungan resmi Kerajaan. Setidaknya, ia akan merasakan sedikit kenormalan dari kehidupan sekolah di kelas 3 SMA nya ini.
Seperti hari ini, SMA-nya akan mengadakan kegiatan kunjungan dari para Alumni, menceritakan sedikit tentang kegiatan klub yang mereka jalani dulu saat bersekolah dan apa manfaat yang dirasakannya saat berprofesi saat ini. Mereka juga bisa ditanyai tentang berbagai jurusan kuliah yang bisa ditempuh kelak.
Niya tampak memandangi heran Indira yang tampak sibuk bercermin dari kamera ponselnya. Ia menata sedikit rambutnya dan memastikan pakaiannya rapi.
“Kenapa sih kamu ribet banget, Dira? Mau narik perhatian alumni nanti ya?” kekeh Niya yang melihat tingkah centil Indira.
“Sadar diri Mbak! Alumni yang datang hari ini katanya keluarga kerajaan! Mau jadi musuh dalam selimut kamu kalo sampe ngeggodain Pangeran Aditama yang datang?!” sahut Hari sekenanya seraya mengunyah es krimnya. Diluar keluarga Hirawan, Dimas Hari memang menakan Es krim dan makanan ‘terlarang’ di Keluarganya sesuka hati.
“Eh, emang suamimu yang mau datang Niya?” tanya Indira bingung.
Niya hanya mengendikan bahunya. “Rasanya tadi pagi Pangeran Aditama tidak bilang apa-apa…” ucapan Niya terpotong karena siswa di sekitarnya tiba-tiba tampak ribut.
Semua keributan ternyata berasal dari mayoritas siswi tengah menyambut kedatangan seseorang. Berpostur tubuh tinggi, tegap lengkap dengan kemeja navi yang dihiasi pin rantai lambang Kerajaan Jawi, yang membuatnya sekilas terlihat seperti Aditama.
“Waah.. akhirnya aku bisa melihat Pangeran secara asli!” seru Indira seraya menatap kagum sosik yang tengah dirubungi oleh para siswi.
“Dia bukan Pangeran Aditama loh!” ucap Niya mengingatkan, ia merasa sahabatnya itu salah mengenali sosok pria itu sebagai Aditama.
“Siapa bilang dia Pangeran Aditama?! Dia itu Pangeran Adiwira!” seru Indira seraya tetap tidak mengalihkan pandangan dari Pria itu.
Niya tampak mengernyitkan dahinya karena bingung. Siapa lagi Pangeran Adiwira???
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments