“Selamat ulang tahun Kanjeng Raden Putra Agung Aditama! Hamba doakan Panjang umur dan bahagia selalu!” sapa Malika Savita dengan hormat seraya sedikit menundukan kepalanya.
Niya memandang Malika dengan seksama. Gadis yang semakin ia lihat justru semakin cantik. Ia pernah melihat sekilas berita tentangnya yang dikabarkan tengah sakit di bulan kemarin, tetapi melihatnya hari ini siapa yang menyangka ia pernah sakit. Penampilannya terlihat bugar dan bahkan jauh terlihat lebih cantik dibanding terakhir kali Niya melihatnya di bandara sewaaktu itu.
“Salam hormat juga untuk Kanjeng Putri AgungDaniyah!” sapa Malika kepada Niya.
Niya yang mendapat salam tiba-tiba sedkit terkejut. Niya membalasnya dengan menngangguk kecil dan tersenyum canggung.
Niya menatap sekilas Aditama yang terus memandang Malika dengan lekat. Diam-diam ada perasaan getir dihati Niya. Terlebih jika mengingat keduanya merupakan mantan kekasih.
“Halo Malika!”
Tiba-tiba Pangeran Adiwira datang diantara mereka, ia tampak berpelukan hangat dengan Malika.
Niya tampak termangu, rupanya Pangeran Adiwira juga akrab dengan Malika. Rasanya ia menjadi satu-satunya orang asing di mata Malika saat ini.
“Aku cukup kaget mendengar berita yang menimpamu. Maafkan aku ya tidak sempat menjengukmu sama sekali saat itu,” ucap Adiwira seraya mengusap pelan lengan Malika, menunjukan simpatinya.
Malika tersenyum tipis. “Tidak apa-apa Pangeran… lagipula siapa yang sangka anda ternyata benar kembali dari Inggris saat ini!” ucap Malika seraya tersenyum manis.
“Kau benar sudah sehat saat ini?” tanya Adiwira lagi memastikan saat mendengar suara serak Malika.
Malika dengan reflek menyentuh lehernya ketika menyadari perubahan suaranya di perhatikan oleh Adiwira. “Aku sehat, jauh lebih sehat dibandingkan kemarin-kemarin,” ucap Malika seraya melirik kearah Aditama.
Sikap Malika yang melirik kearah Aditama diperhatikan oleh Niya.
...****************...
Niya tampak mencari-cari keberadaan Aditama, semenjak ia kembali dari kamar mandi, ia belum juga menemukan sosok pria itu.
Setelah beberapa saat ia menemukan Aditama di beranda Aula istana, Niya bergegas melangkah mendekatinya, tapi saat menyadari ternyata Aditama tidak sendiri melainkan ia bersama Malika, ia dengan reflek menghentikan langkahnya.
Niya mengurungkan niatnya mendekati Aditama, tetapi ia juga tidak beranjak pergi darisana, terlebih saat mendengar pembicaraan keduannya.
“Terima kasih banyak ya Pangeran Aditama atas bantuannya, berkatmu kesembuhan aku menjadi jauh lebih cepat,” ucap Malika seraya tersenyum manis.
“Apa benar kau sudah jauh lebih sehat sekarang?
sudah tidak sesak saat bicara? bagaimana makan mu sekarang? sudah sangat teratur? Tidurmu sudah tidak lagi terganggu kan?” Aditama memberondong Malika dengan banyak pertanyaan.
Malika tampak tertawa kecil mendengar banyaknya pertanyaan dari Aditama.
“Aku pikir sejak kepulanganmu dari Jepang, perhatianmu kepadaku juga sudah menghilang karena kau tidak pernah menghubungiku lagi,” ucap Malika seraya tersenyum kecil.
Aditama masih tampak terdiam dan memandang Malika dengan lekat.
“Tidak.. tidak.. aku tidak menuntut apapun darimu kok! Jangan salah paham!” ujar Malika cepat saat melihat ekspresi diam dari Aditama.
“Kebaikanmu saat merawatku, mencarikan Rumah Sakit yang lebih baik di Jepang dan bahkan menanggung semua biayanya, sudah jauh lebih dari cukup untukku! Selamanya kebaikanmu akan aku ingat seumur hidup!” ucap Malika lagi seraya mendekat perlahan dan memeluk Aditama.
*Perasaan Niya perlahan berdegup kencang saat mendengar ucapan Malika. Ia memang sempat browsing* mencari berita tentang sakitnha Malika. Ia akhirnya tahu jika Malika mengalami kecelakaan besar di Jepang dan sempat dirawat lama disana. Namun, ia tidak menyangka jika Aditama yang merawatnya disana. Pantas saja Aditama tidak mau didampingi saat pergi ke Jepang!
Hati Niya terasa sakit, terlebih ketika melihat Aditama tidak menolak pelukan dari Malika. Ia memutuskan bergegas meninggalkan tempat itu dengan segera. Namun, saat berbalik ia melihat ada sosok Adiwira disana.
...****************...
“Kamu yakin tidak perlu aku ambilkan minum?” tanya Adiwira, ini sudah ketiga kalinya ia menawari Niya untuk minum.
Niya menggeleng pelan, ia masih menangis meski tidak terisak seperti tadi. Ia menggengam erat sebuah sapu tangan yang dipinjamkan oleh Adiwira.
“Kamu tidak usah terlalu memikirkan mereka. Aditama dan Malika memang mantan kekasih, tapi aku rasa saat ini tidak ada hubungan apa-apa lagi diantara keduanya,” ucap Adiwira berusaha menghibur Niya. Ia bahkan duduk disampingnya dan mengusap bahunya pelan.
“Jika memang kamu ragu kenapa tidak langsung menanyai mereka tadi…” ucapan Adiwira terpotong.
“Jadi Pangeran Adiwira juga tahu mereka pernah pacaran?” tanya Malika cepat memotong pembicaraan Adiwira.
Adiwira menghela nafas panjang. “Jadi Aditama belum menceritakannya padamu?”
Niya menggeleng pelan.
“Maaf kalau begitu. Mungkin biar Aditama saja yang menceritakannya nanti kepadamu…” ucapan Adiwira kembali terpotong.
“Tidak.. Tidak.. tolong Pangeran Adiwira ceritakan saja kepadaku!” sahut Niya dengan cepat. Ia yakin jika Adiwira tidak akan pernah menceritakan hal ini kepadanya.
Adiwira kemudian bercerita jika Malika dan Aditama sudah lama bersahabat, bahkan sejak keduanya dibangku sekolah dasar. Keduanya kemudian menjalin hubungan ketika SMA. Semua sahabat dekatnya juga mengetahui hal ini, meskipun ia yang hanya sesekali pulang saat liburan dari Inggris juga mengetahui dan bahkan ikut mengenal Malika. Bahkan Wening juga mengenalnya. Sayangnya saat dibangku kuliah, pihak Kerajaan sudah dengan mulai jelas melakukan arahan perjodohan Aditama dengan Wening. Mereka tampak berkeberatan dengan latar berlakang Malika.
Malika yang meskipun cantik, memiliki prestasi akademis yang bagus dan bahkan sudah memulai karirnya sebagai penyanyi, tetap dianggap tidak layak sebagai pendamping Aditama karena bukan terlahir dari kalangan Bangsawan. Malika hanya seorang gadis yatim piatu yang lama dibesarkan di Panti Asuhan, yang bahkan tidak jelas siapa garis keturunannya.
Niya tampak mencelos mendengar ‘kisah cinta’ diantara Malika dan Aditama. Diam-diam ia jadi merasa bersalah telah menduga jika Aditama berselingkuh dengan Malika dibelakang Wening. Perlahan ia tahu, mengapa Aditama masih bersikeras mencoba melamar Malika di hari sebelum pernikahannya dengan Wening. Setidaknya ia masih mencoba mempertahankan Malika.
Perasaan Niya berkecamuk. Jika Wening yang begitu sempurna saja tidak bisa menggoyahkan posisi Malika dihati Aditama, apalagi gadis semacam dirinya, yang bahkan hanya sebagai pengganti dari Wening.
Ditambah saat ini Niya melihat Malika dan Aditama berpelukan. Ia yakin masih ada perasaan di hati keduanya.
Perlahan airmata Niya kembali jatuh. Adiwira yang merasa bersalah melihat tangisan Niya hanya bisa menemaninya duduk disebelahnya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun lagi. Ia membiarkan Niya menangis sepuasnya malam ini.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments