Aditama menatap nanar kearah Malika yang tengah tertidur diranjangnya. Ia tidak menyangka gadis yang pernah memenuhi hatinya itu tampak begitu lemah dan rapuh.
Usai Malika menolak lamaran Aditama, ia bergegas melanjutkan kariernya sebagai penyanyi, ia bahkan mendapat kesempatan untuk berkolaborasi dan rekaman bersama artis mancanegara. Namun, sayang sebuah kecelakaan besar menghantam dirinya di Jepang. Ia bahkan kehilangan kesadaran dan memasuki fase kritis. Beruntung setelah 1 minggu dirawat intensif ia berhasil sadar.
Kemudian takdir pahit lain menghampirinya, sebagian besar pita suaranya rusak. Kenyataan ini sangat sulit di terima oleh Malika, dimana suara adalah modal utamanya untuk menyanyi. Kerusakan suara sama dengan rusaknya keinginannya menjadi penyanyi besar.
Malika depresi berat dan puncaknya hari ini ia mencoba mengakhiri hidupnya dengan lompat dari atap gedung rumah sakitnya. Beruntung ia bisa dengan cepat diselamatkan.
Mendengar kisah pilu Malika membuat perasaan Aditama ikut sakit. Ia mengenal betul sosok gadis itu, bagaimana ia sangat meperjuangkan keinginannnya menjadi penyanyi. Bahkan tawaran menjadi seorang istri dari pangeran Jawi juga tidak bisa menggoyahkan keinginannya.
Malika seorang yatim piatu, ia tinggal dan besar di Panti Asuhan. Kehidupannya yang getir, menempanya menjadi sosok yang luar biasa. Meskipun cantik, ia tidak mau hanya mengandalkan parasnya saja. Ia berusaha keras untuk berprestasi dan memperjuangkan mimpinya sebagai seorang penyanyi.
Mengalami kerusakan pita suara tentunya tidak masuk dalam skenario awal hidup Malika. Gadis itu tentunya sangat terpuruk dan hancur.
...****************...
Malika dengan lemah mencoba mengunyah makanannya yang terasa hambar. Disampingnya ada Sanaya, manajer sekaligus sahabatnya yang setia menemaninya.
Tiba-tiba pintu ruang perawatan terbuka, sosok tinggi tegap tampak keluar dari pintu. Seseorang yang begitu familiar di mata Malika. Aditama tampak tersenyum tipis saat menatap Malika.
Malika rasanya tengah bermimpi bisa bertemu dengan Aditama lagi.
...****************...
“Bagaimana rasanya melihat gadis yang sudah menolakmu mati-matian, kini justru dia yang tengah hancur lebur sendirian?” tanya Malika dengan suara berat dan serak, berbanding terbalik dengan suaranya terdahulu yang cenderung manis dan lembut.
Aditama mengernyitkan dahinya. “Haruskah kamu sekasar itu bicara sama aku?” tegur Aditama tidak menyukai pembicaraan Malika.
Malika tersenyum getir, bulir-bulir air mata mengalir deras. Ia terus menahan tangisnya selama beberapa waktu ini, tidak kepada siapapun bahkan kepada Sanaya yang selalu menemaninya. Siapa sangka ia justru menangis tersedu-sedu dihadapan Aditama, mantan kekasihnya yang ia tolak lamarannya terdahulu. Bahkan tanpa sadar ia memeluk Aditama meluapkan semua kesedihan hatinya.
Aditama yang iba hanya bisa menepuk-nepuk bahu Malika dengan lembut.
...****************...
Niya menghentakan kakinya dengan kesal. Ia menekan ponselnya dengan frustasi. Aditama kembali tidak menjawab panggilan teleponnya. Bahkan chatnya sejak semalam juga belum dibalas.
Padahal satu jam lagi Niya akan menjadi bintang utama dari acara penyambutan kunjungan kesenian dari sebuah rombongan perwakilan sebuah Kampus Korea Selatan. Ia tampak gugup setengah mati. Terlebih ia akan menjadi satu-satunya perwakilan dari Keluarga Kerajaan. Karena kesehatan Raja masih belum membaik, Ratu yang harusnya saat ini bersamanya akhirnya tidak bisa datang karena harus mendampingi dan merawat Raja.
“Tenang saja! semua akan baik-baik saja!” sebuah suara maskulin yang familiar ditelinga Niya tampak terdengar dari arah belakang. Benar saja saat ia menoleh, Pangeran Adiwira tampak tengah tersenyum menyemangatinya.
Ada sedikit rasa tenang dihati Niya. Setidaknya ada seseorang yang ia kenal dari ratusan orang yang hadir saat ini.
Diluar perkiraan Niya, Acara berjalan dengan sangat baik. Semua orang kagum akan pidato sambutan dari Niya, bahkan tidak sedikit yang memuji pelafalan bahasa Koreanya terdengar sangat baik. Bahkan ide Niya yang menampilkan kolaborasi permainan Kecapi dan angklung dipadu dengan musik dan nyanyian korea mengundang decak kagum.
Setiap artikel menampilkan pujian akan kehebatan Putri Niya yang diam-diam memiliki keahlian dalam bermain alat musik kecapi dan bernyanyi dalam bahasa Korea.
Kerja keras Niya yang bahkan hanya bisa tidur 2-4 jam saja di setiap harinya dalam seminggu ini, karena terlalu sibuk belajar dan menyiapkan penampilannya hari ini terbayar sudah. Keluarga Kerajaan juga memuji kinerja Niya kali ini.
...****************...
Sementara di Jepang, Aditama di tengah kesibukannya menjalani semua tugas kunjungan negaranya ia selalu menyempatkan bertemu Malika. Menemaninya dan mendukung kesembuhannya.
Aditama begitu fokus mengurusi Kinerja kunjungan Kerajaannya dan kesembuhan Malika sampai mengabaikan Niya yang terus berusaha menghubunginya. Meskipun diam-diam ia sudah membaca berbagai artikel yang memuji kinerja Niya tang cemerlang dalam penyambutan kunjungan kesenian dari sebuah rombongan perwakilan sebuah Kampus Korea Selatan.
Tapi entah rasanya berat sekali bagi Aditama untuk bertukar kabar dengan Niya. Ada rasa bersalah jika ia harus menghubungi Niya, terlebih ketika bersama Malika.
Seperti saat ini Aditama kembali mengabaikan panggilan Niya, ketika ia menemani Malika pindah ke RS yang baru.
Malika tampak tersenyum senang saat mendengar penjelasan dokter yang berencana akan mengoperasinya lagi, dimana tujuannya kali ini bisa sedikit memperbaiki kondisi suaranya. Meskipun tidak menjanjikan kepulihan seratus persen setidaknya ia tidak akan kesulitan lagi untuk berbicara seperti saat ini, suaranya begitu lirih sehingga ia harus menggunakan tenaga yang lebih dan berakhir dengan tersengal kelelahan.
Aditama berencana menemani operasi Malika, meskipun itu artinya ia harus menambah 3-4 hari lebih lama untuk tinggal di Jepang. Ia tidak peduli, dan setengah memaksa untuk stafnya mengatur jadwalnya. Baginya kali ini mendampingi Malika menjadi hal yang terpenting.
Aditama bahkan tidak menyadari jika kebersamaanya bersama Malika tengah diamati oleh paparazi.
...****************...
Para Dayang tampak gelisah berada didepan kamar Niya. Waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi tapi Niya belum juga terlihat keluar dari Kamar, padahal sebentar lagi waktunya untuk pergi kesekolah.
“Raden Putri Agung Daniyah.. Sudah waktunya pergi sekolah..” panggil Hasna, sang Dayang utama dari Istana Selatan tempat tinggal Pangeran Aditama dan Niya.
“…” hening tidak ada jawaban.
“Kami masuk ya Kanjeng Putri?!” tanya Hasna lagi.
“…” kembali hening tidak ada sahutan dari Niya.
Hasna mencoba membuka pintu yang ternyata terkunci dari dalam.
Hasna yang khawatir kemudian meminta beberapa dayang membuka paksa kamar dengan bantuan beberapa staf keamanan Kerajaan yang mendampingi.
Betapa terkejutnya para dayang ketika kamar terbuka. Niya tampak terbaring lemah dengan selimut hampir menutupi seluruh tubuhnya, wajahnya tampak pucat dan dahinya teraba sangatpanas. Niya Sakit!
Para Dayang kemudian berhamburan membahi tugas, ada yang memanggil staf medis kerajaan, membuat air kompresan, menyiapkan baju ganti, membawa air putih hangat dan menghubungi pihak dapur membuatkan bubur berkualitas tinggi. Semua berupaya mengembalikan kesehatan Niya. Siapa sangka putri yang luar biasa ceria ini akhirnya tumbang dan sakit untuk pertama kalinya sejak masuk istana.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments