Terima Kasih, Mas!

Niya senang sekali sore harinya bisa ia habiskan berkumpul bersama keluarga Hirawan. Ibunya juga hadir, ia rela terbang jauh dari Jakarta untuk bisa bertemu hari ini.

Banyak kabar yang dibawa dari Keluarga Hirawan. Dari Wening mulai memberikan kabar keberadaaanya, meski masih di luar negeri dan belum berencana pulang. Eyang, Bude Asih dan Ibu Niya yang berencana membuka restoran masakan Jawi di Jakarta, sampai Mas Hari yang mendapat tawaran podcast dari sebuah youtuber terkenal karena resmi menjadi ipar keluarga Kerajaan Jawi.

Selain itu kabar yang paling menyenangkan adalah Niya bisa bersekolah lagi, meski harus pindah ke Kota Jawi. Menurut Hari, Niya akan pindah dan bersekolah di tempatnya.

Niya sangat senang mendengarnya. Setidaknya disekolah barunya nanti ada satu orang yang sudah ia kenal sebelumnya.

Sebelum pulang, Ibunya sempat berpesan kepada Niya untuk menyampaikan rasa terima kasihnya. Karena kunjungan keluarga Hirawan hari ini adalah atas dasar permintaan Aditama. Dari menghubungi setiap anggota keluarga Hirawan sampai membelikan tiket pesawat Ibu Niya menuju Jawi semua diatur oleh Aditama.

Aditama bahkan merelakan pergi sendiri ke sebuah acara kerajaan, demi Niya bisa lebih banyak waktu bersama keluarganya.

Niya menjadi merasa sedikit bersalah karena belakangan ini ia memang mendiamkan Aditama. Ia bertekad ketika pulang nanti ia akan mengucapkan rasa terima kasih tidak hanya dari ibunya tetapi juga dari dirinya.

...****************...

Niya dengan takut-takut masuk ke kamar Aditama setelah sebelumnya mengetuk dan di persilahkan masuk.

Setelah hampir tinggal dua bulan di Kerajaan Jawi, inilah pertama kalinya Niya masuk kedalam kamar Aditama. Berbeda dengan Aditama yang entah sudah berapa kali keluar masuk kamarnya, terutama ketika ia tengah menerima riasan dari beberapa dayang, ia akan bolak-balik mengingatkannya untuk segera cepat-cepat.

Kamar Aditama di dominasi warna abu, putih dan hitam. Tipikal warna lelaki dengan minim ornamen. Terlihat jauh berbeda dari kamar Niya yang didominasi warna terang seperti pink, kuning, dan biru pastel.

Tidak banyak furniture di kamar Aditama. Hanya ada satu kasur besar berukuran King size dengan seprai berwarna putih dan selimut berwarna yang sama, disampingnya ada dua meja kecil disamping tempat tidurnya sekaligus sebagai tempat lampu tidurnya.

Di sisi sampingnya terdapat satu meja besar dan kursi, terdapat laptop, printer, buku-buku sampai cermin. Bahkan beberapa parfum, sisir dan kacamata tampak tergeletak begitu saja disana.

Kamar Aditama terlihat lumayan rapi, tapi juga tidak terlalu rapi. Yah tipikal kamar laki-laki pada umumnya.

Aditama baru selesai mandi setelah baru saja pulang dari sebuah kegiatan acara. Berbeda dengan Niya yang sangat suka mengenakan set piyama saat tidur, Aditama lebih memilih tidur menggunakan kaos polos dan celana training, ia hampir mengira jika Aditama akan pergi olahraga bukannya tidur.

“Kenapa?” tanya Aditama seraya menggosok rambutnya yang basah dengan handuk.

“Eum.. Emm.. tadi acaranya lancar? Nggak apa-apa tadi Kang Mas pergi sendiri?” tanya Niya canggung, ia tampak ragu memulai pembicaraannya darimana. Rasanya sudah lama sekali ia mendiamkan Aditama.

Aditama tampak tersenyum kecil, terutama melihat tingkah canggung Niya dari pantulan cermin kecil di meja hadapannya.

“Lancar.. seperti biasa aja,” sahut Aditama dengan tenang. Padahal dalam hatinya ia merasa sedikit senang ketika Niya sudah mau mengajaknya berbicara lagi.

“Oh..” ucap Niya pelan seraya memutar-mutar ujung baju piyamanya karena canggung.

“Gimana tadi kabarnya Ibu? dan keluarga Hirawan lainnya?” tanya Aditama kemudian seraya masih sesekali menggosok rambutnya dengan handuk.

Niya tampak spontan tersenyum. Ia bersyukur Aditama membahas tentang keluarganya terlebih dahulu. Sehingga membuat ia segera lupa akan rasa canggungnya.

Niya dengan lancar menceritakan bagaimana pertemuannya tadi dengan keluarganya, apa yang mereka bicarakan dan bahas. Bahkan tanpa sadar Niya memgambil duduk di pinggir tempat tidur Aditama dekat dengan Aditama yang tengah duduk menghadap meja di samping tempat tidurnya.

Aditama seolah juga terhipnotis dengan ceriwisnya Niya yang begitu bersemangat bercerita dengan sesekali tersenyum bahkan tertawa. Padahal tadi rasanya Aditama sudah sangat lelah karena pergi menghadiri berbagai cara sendirian, ia sangat ingin segera tidur untuk melepaskan penatnya.

Namun, siapa sangka mendengarkan Niya yang bercerita dengan berbagai ekspresi wajah lucunya ini juga mampu menghiburnya dan mengurangi rasa penatnya.

“Pokoknya intinya tadi, Ibu aku bilang makasih banyak buat kamu Mas, karena udah sediain ibu tiket ke Jawi buat ketemu aku. Pakde, Bude, Eyang sama Mas Hari juga sama bilang makasih juga,” ucap Niya akhirnya menyampaikan salam dari keluarga Hirawan.

Aditama nampak menganggukan kepalanya kecil seraya menyingkirkan handuk kecil yang tadi ia gunakan untuk mengeringkan rambut di mejanya.

“Terus kamu?” tanya Aditama

Niya tampak mengernyitkan dahinya bingung.

“Terus kamu gimana? Udah seneng ketemu keluarganya? lain kali kalo ada hal yang buat susah dan buat ga enak hati, ceritanya sama aku dulu ya, jangan cuma diem-diem aja!” sambung Aditama lagi.

Niya sedikit terkejut dengan ucapan Aditama yang terdengar begitu perhatian.

Sadar akan keterkejutan dari Niya, Aditama mencoba menjelaskan. “Yah bagaimanapun juga, aku hidup lebih dulu dan lebih lama dari kamu di Istana ini. Jadi ya susah-susahnya hidup di Istana ini ya aku lebih banyak tahu kan?!” ucap Aditama berusaha menjelaskan selogis mungkin, agar terdengar tidak terlalu perhatian.

Niya menganggukan kepalanya.

“Oke! Kalau sudah selesai istirahatlah sana! Besok masih banyak jadwal lagi yang harus di jalani,” tutup Aditama dengan canggung. Ia berbalik menghadap cermin di mejanya dan mulai menyisir rambutnya dengan asal. Entah kenapa ada perasaan sedikit malu ketika ia terdengar begitu perhatian kepada Niya.

Niya sebenarnya masih ada ragu-ragu. Ia masih belum mengucapkan terima kasih kepada Aditama atas hadiahnya bisa bertemu dengan keluarganya dan bahkan bisa bersekolah di SMA yang sama dengan Hari sepupunya nanti.

Melihat Aditama yang tengah menyisir rambutnya, membuat Niya berencana akan mengucapkan terima kasih dengan perlahan mendekati dari arah sampingnya dan bergegas pergi.

Niya kemudian beranjak bangun dari tempat tidurnya, dan berjalan ke arah samping Aditama. Dengan sedikit menunduk Niya bermaksud berbicara tepat di telinga Aditama.

“Mas, Terima kasih ya..” ucapan Niya terpotong.

Cup! Sesuatu yang basah dan manis tampak menyentuh bibir Niya.

Untuk sesaat Niya tampak terdiam berusaha menyadari apa yang terjadi. Bibir Aditama menyentuh bibirnya!

Siapa sangka niat awal Niya untuk mengucapkan terima kasih di telinga Aditama dan berniat pergi secepat mungkin, berakhir dengan rasa kaget dari Aditama dan membuatnya menengok tiba-tiba kearah Niya dan berakhir dengan kedua bibir mereka bertemu secara mendadak! Ciuman yang tidak disengaja!

Niya tampak terperanjat dan mundur begitu juga dengan Aditama.

“Kamu jangan salah paham! Siapa suruh kamu ngomongnya bisik-bisik! Jadi bikin kaget dan aku spontan nengok dan mana tau muka kamu juga ada disitu dan bibir…” ucapan Aditama tepotong, ia juga gugup seraya menyentuh bibirnya sendiri.

Niya yang merasa malu terus berjalan mundur dan berakhir dengan berlari kecil keluar dari kamar. Meninggalkan Aditama yang masih tampak bingung dan bahkan belum menyelesaikan pembicaraannya.

Meskipun ini tidak sengaja, tetapi bibir keduanya bahkan sudah saling bersentuhan. Apakah ini juga dihitung sebagai sebuah ciuman juga?!

Argghh!

...****************...

Terpopuler

Comments

Fatimah Bajari

Fatimah Bajari

niya lucu juga hihi

2025-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!