Keluarga Hirawan

Niya tampak tengah duduk dengan kaku, dengan sedikit ragu-ragu ia kembali mengamati orang-orang disekelilingnya, yang secara tiba-tiba menjadi keluarganya. Tepat duduk di ujung meja nampak pria diawal usia 50 tahunan yang gurat wajahnya sangat mirip dengan Ayah Niya, tanpa perlu bersusah payah untuk menebak, Niya yakin dia adalah Dimas Aji Hirawan, Putra sulung keluarga Hirawan dan juga adalah Kakak Kandung Ayahnya. Tepat disampingnya ada sesosok wanita yang tampak sebaya dengan Ibunya, sekali melihat penampilannya yang begitu elegan, Niya juga langsung tahu bahwa ia adalah Diajeng Asih, istri dari Dimas Aji.

Mereka saat ini tengah dimeja makan, namun tidak ada satupun yang mengeluarkan suara untuk berbicara. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah sesekali dentingan sendok dan piring yang tengah disiapkan oleh pelayan dimeja makan. Padahal tadi ia disambut begitu ramahnya oleh Dimas Aji dan Diajeng Asih yang mulai saat ini harus ia panggil sebagai Pakde Aji dan Bude Asih. Namun saat dimeja makan, keduanya kembali menjadi diam dan tenang. Niya benar-benar seperti tengah masuk didalam adegan sinetron yang tengah menampilkan kemewahan keluarga kaya, dimana rumahnya begitu bersinar dengan barang-barang mahal dan jumlah pelayan yang begitu banyak. Keluarga Hirawan ternyata adalah versi nyata dari adegan itu.

Kemudian tampak terdengar ketukan langkah kaki mendekati meja makan, dan seperti mendapat sebuah komando semua orang mendadak berdiri, bahkan Ibu Niya juga ikut berdiri. Niya akhirnya dengan canggung juga ikut berdiri seraya menatap sosok yang tengah datang menghampiri mereka ini.

Tampak sesosok wanita lanjut usia dengan postur tubuh kecil yang tengah digandeng sesosok wanita muda berparas Ayu. Mereka adalah Diajeng Sariti, Ibu dari Dimas Aji yang meskipun memasuki usia sepuh tapi postur tubuhnya masih sangat bugar. Sementara disampingnya adalah Diajeng Wening, Putri sulung dari keluarga Hirawan, Kakak sepupu Niya yang akan menjadi tokoh utama dari setiap pemberitaan di beberapa minggu kedepan karena pernikahannya dengan Pangeran Jawi.

Ibu Niya nampak menyenggol pinggang Niya dengan ujung siku tangannya, memberinya kode untuk menghampiri Diajeng Sariti atau dengan kata lain adalah Neneknya yang sudah lama tidak ia temui. Niya dengan kaku memberi salam yang langsung dibalas dengan pelukan kuat dari Diajeng Sariti.

“Oalah.. nduk… sudah besar dan cantik cucuku ini.. lihat Aji… wajahnya semakin mirip dengan Arya ya?” berkali-kali diajeng Sariti tampak mengusap lembut kedua pundak Niya seraya menatapnya lekat-lekat, kedua matanya tampak sedikit berkaca-kaca.

Dimas Aji yang tampak tanggap dengan ekspresi Ibunya, akhirnya ikut mendekat. “Jelas mirip Arya toh Bu.. Niya kan anaknya.. jangan lupa Niya juga mirip sama Danisa, Ibunya.”

Ibu Niya yang mendengar ucapan Dimas Aji, akhirnya dengan canggung ikut mendekat dan memberi salam kepada Diajeng Sariti, tampak ada hubungan yang kaku diantara keduanya.

“Eyang ayo kita makan dulu.. kangen-kangenannya bisa kita lanjutin lagi ya.. Kasihan Niya sama Bulik Nisa sudah jauh-jauh datang kemari belum kita suguhkan apa-apa loh” Suara lembut Diajeng Wening berusaha mencairkan suasana diantara mereka.

“Eyang seneng sekali.. akhirnya kita bisa kumpul-kumpul lagi.. kedua cucu cantik Eyang juga bisa ketemu lagi…” Diajeng Sariti kembali tersenyum senang saat menatap semua anggota keluarganya sudah duduk kembali dimeja makan.

Niya tampak tersenyum canggung, ia tampak sedikit merasa terbebani dipuji sama cantiknya dengan Diajeng Wening, sepupunya yang memiliki postur tubuh bak model dan bahkan pernah menjadi finalis Putri Indonesia ini disamakan dengan dirinya yang memiliki postur tubuh kecil seperti ini, bahkan ia masih sering dikira anak SMP meskipun sebentar lagi sudah mau lulus SMA.

Diajeng Wening memang nampak sempurna, lahir dari keluarga ningrat, berparas cantik dan berpendidikan bagus, ia adalah seorang Dokter Gigi dan juga seorang influencer kesehatan terkenal. Pantas saja keluarga Kerajaan Jawi begitu berminat meminang dirinya sebagai bakal mantu mereka. Namun sayang, Pangeran Aditama sepertinya tidak sebaik citranya di media, jika mengingat kejadian di Bandara tadi sore, rasanya Niya masih menaruh kesal, bisa-bisanya Kakak sepupunya yang super duper berkualitas ini masih diduakan dengan seorang selebriti pendatang baru, Malika Savita. Pangeran Aditama memang playboy cap buaya!

“Jadi cucu Eyang yang disebut cuma yang cantik-cantik aja nih?” tiba-tiba sebuah suara berat datang dari arah belakang, sesosok pria tegap tinggi datang memeluk Diajeng Sariti dari arah belakang.

“Dimas Hari, kamu itu pulang olahraga kok langsung peluk-peluk Eyang begitu sih?” tegur Diajeng Asih seraya memukul pelan punggung putranya itu.

“Tidak apa-apa toh Eyang? Hari kan nggak bau ya? Hari masih wangi toh Eyang?” ujar Hari seraya semakin mengeratkan pelukannya kepada Diajeng Sariti. Diajeng sariti hanya tertawa mendapati tingkah cucunya itu.

Niya tampak mengamati lekat-lekat sosok pria yang masih mengenakan kaos jersey dihadapannya ini, Dimas Hari yang tidak lain adalah adik dari Diajeng Wening.

Seperti sadar akan tatapan Niya, Dimas Hari tampak menatapnya balik. “Oh.. jadi ini cucu Eyang yang sudah lama hilang akhirnya kembali?” ucapnya seraya tersenyum jahil.

“Dimas Hari jaga ucapanmu.” tegur Dimas Aji.

Bukannya takut, Dimas Hari justru tampak mendekati Niya dan mengajaknya bersalaman. “Halo Dek Niya.. Aku Hari Kakak Sepupumu yang paling ganteng. Niya sekarang sekolah kelas berapa?”

Niya dengan buru-buru meletakan sendoknya dan membalas jabat tangan dari Dimas Hari. “Aku Kelas Tiga, Halo juga.. Mas..”

“Tiga SMP?” tanya Dimas Hari lagi.

Niya tampak tersenyum kecut. “Tiga SMA” sahutnya.

“Masa sih? berarti kita seumuran dong.. tapi gimana pun juga kamu harus tetep manggil Aku Mas loh.. iya kan Eyang?” tanya Dimas Hari yang dijawab dengan anggukan dari Diajeng Sariti.

Tanpa mendengar dari Hari, sebenarnya sedikit banyak Niya juga sudah tau jika dalam kebiasaan panggilan sapaan dalam keluarga Jawi, urutan kekeluargaan memang lebih diutamakan dibandingkan usia. Seperti misalnya kasus Hari dengan Niya, meskipun keduanya sebaya namun Niya tetap diharuskan memanggil dengan sapaan hormat Mas, karena Ayah hari adalah kakak dari Ayah Niya.

“Dan.. Halo juga Bulek Danisa selamat datang di Jawi dan selamat datang di Keluarga Hirawan… kalo butuh curhat dan bantuan bisa loh datang ke Hari.” sapa Dimas Hari kepada Ibu Niya yang disambut dengan senyum cerah dari Ibunya.

Meskipun sedikit kaget dengan sikap Dimas Hari yang begitu blak-blakan, namun setidaknya Niya cukup senang, setidaknya tidak semua anggota Keluarga Hirawan begitu kaku dan dingin.

...***...

“Ssst! Niya sini.. ikut Aku..”

Niya nampak menoleh kaget, ketika mendapati Dimas Hari tiba-tiba tengah berbisik kepadanya, dan seperti terhipnotis Niya mengangguk dan mengikuti langkah Kakak sepupunya itu.

“Mau kemana kalian?” tanya Diajeng Asih saat mendapati keduanya beranjak pergi dari ruangan tengah.

“Mau ngajak Niya lihat taman belakang Bu.. lihat tanaman hasil rangkaian Ibu yang luar biasa cantik itu loh…” sahut Dimas Hari sekenanya seraya terus menggandng Niya pergi.

“Oh iya bener.. Bude punya banyak tanaman bagus dibelakang, ada yang namanya..” ucapan Diajeng Asih terpotong. “Iya.. Iya.. nanti Hari yang kasih tau nama-nama tanamannya Bu!” ucap Dimas Haris seraya melambaikan tangan kepada Ibunya tanpa menoleh lagi.

Sesampainya ditaman, Dimas Hari segera mengajak Niya duduk di kursi kayu panjang dengan ukiran etnik, bangku yang sebenarnya terlihat mewah untuk ditaruh ditaman belakang sebuah rumah.

“Ini Elo mau yang mana? Eh.. tapi yang coklat buat Gue deh!” ujar Dimas mengeluarkan beberapa bungkus es krim dari kantong celananya.

Niya tampak sedikit kaget mendengar cara bicara Dimas yang terdengar sedikit berbeda.

“Kenapa kaget gitu Lo? bukannya begini gaya ngomong anak muda Jakarta?” sahut Dimas Hari.

“Ya jelas Niya kaget… Kamu ngomong gaya Jakarta tapi pake medok Jawi sih!” sahut Diajeng Wening yang tiba-tiba datang dari arah belakang keduanya.

Dimas Hari dengan cepat meraih es krim yang tadi dia keluarkan dan dengan segera akan ia kembali masukan kedalam kantong celananya. “Mbak Wening nih.. bikin kaget aja!” gerutu Dimas Hari kesal.

Diajeng Wening tampak tertawa kecil. “Mbak udah lihat Es Krim nya udah nggak usah diumpetin, mbak janji nggak akan bilang Ibu sama Eyang asal Mbak dibagi satu!” ucap Wening seraya merogoh kantong celana adiknya itu.

“Mbak Wening bukannya lagi diet?” gerutu Hari seraya menyerahkan satu bungkus Es Krimnya.

Wening mengangkat kedua bahunya. “Diet bisa dimulai besok lagi.”

Niya hanya termangu menatap interaksi kedua kakak beradik itu, yang terlihat jauh lebih santai dibanding saat didalam rumah.

“Niya jangan bengong aja.. dimakan Es Krim nya dong sebelum mencair dan.. ketahuan sama orang rumah. Apa mau di bukain?” Tanya Wening yang sadar akan sikap diamnya Niya.

Niya menggeleng cepat dan segera meraih Es Krimnya yang tertera tulisan rasa Blueberry meskipun sebenarnya ia tidak terlau menyukai rasa itu, tapi rasanya segan untuk mencoba menukarnya. Untuk kali ini ia akan mencoba memakannya saja.

“Mungkin Niya heran kali Mbak.. lihat kita udah segede ini mau makan Es Krim aja mesti ngumpet-ngumpet ke taman belakang rumah.” Ucap Hari seraya membuka bungkus Es Krim keduanya.

Wening tersenyum kecil. “Beginilah Niya.. terlalu banyak peraturan dirumah ini… dari nggak boleh makan Es Krim sembarangan, jam makan diatur sampai penampilan juga diatur. Beruntung deh Kamu hidup jauh dari sini…” sadar takut salah bicara, Wening segera meralatnya. “Eh.. maksudnya bukan begitu..”

“Nggak apa-apa Mbak… mungkin ini juga yang dimaksud Ibuku” Sahut Niya cepat.

Wening dan Hari saling menatap bingung.

“Awalnya Aku bingung kenapa Ibu memilih hidup mandiri di Jakarta padahal keluarga Hirawan di Jawi begitu berkecukupan, namun sepertinya Ibu juga nggak tahan hidup dengan banyak peraturan kayak Mbak Wening dan Mas Hari kali ya.” sahut Niya ringan, entah kenapa ia menjadi begitu berani berbicara kepada kedua sepupunya yang bahkan ia baru kenal dihari ini, mungkin inilah saudara sejauh apapun akan tetap terasa dekat.

Hari tertawa seraya mengacak rambut Niya. “Gila ini bocah, sekali lihat dia udah tau kesulitan hidup di Keluarga kita ya Mbak!”

Berbeda dengan Hari yang tertawa, Wening justru menampilkan ekspresi wajah yang serius. “Kalo Kamu gimana Niya?”

Niya tampak menatap Wening bingung. “Maksudnya Mbak?”

“Iya maksudnya kalo Kamu gimana perasaannya? Senang tiba-tiba menjadi Keluarga Hirawan?” Jelas Wening.

“Eumm.. senang nggak senang sih.. senang juga akhirnya aku punya saudara lain setelah 17 tahun hidup sebagai anak tunggal dan hanya punya Ibu sebagai anggota keluarga dan sedikit nggak senang dan nggak siap tiba-tiba jadi bagian keluarga ningrat…” sahut Niya seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling Taman, seolah ia harus memastikan berkali-kali jika tempat ini adalah nyata.

“Terus.. kalo Kamu nggak keberatan kalo harus menjalani hidup dengan banyak peraturan? Jadi bagian keluarga Hirawan dan Kerajaan Jawi?” tanya Wening lagi.

Niya nampak memutar kedua bola matanya, ekspresi khasnya saat tengah berpikir. Ia memang mau tidak mau menjadi bagian Keluarga Hirawan karena itu adalah takdirnya, tapi menjadi bagian keluarga kerajaan, apa maksudnya? aaah.. mungkin maksudnya dengan Wening menikah kelak, keluarga Hirawan akan menjadi bagian Keluarga Kerajaan, berarti itu juga Niya akan menjadi bagian dari keluarga Kerajaan, begitu?!

“Niya? Gimana? Kamu keberatan atau tidak kalo harus menjalani hidup dengan banyak peraturan? Jadi bagian keluarga Hirawan dan Kerajaan Jawi?” tanya Wening sekali lagi, ada nada gemas dalam bicaranya.

“Tergantung… tergantung keadaan kayaknya Mbak.. Kalo memang Aku nggak ada pilihan lain.. Mau nggak mau aku harus jadi bagiannya dan menjalani peraturannya juga.” Jawab Niya akhirnya.

Wening nampak ikut mengangguk-anggukan kepalanya menyetujui ucapan Niya, dan kemudian nampak senyum tipis mengembang dibibirnya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!