“Jadi mulai besok hingga satu minggu kedepan, Aku harap Pangeran Aditama bisa datang memenuhi undangan Negara Jepang,” ucap Raja seraya menunjukan email undangan resmi yang masuk ke Kerajaan Jawi.
Raja Ranajaya tampak masih berbaring di tempat tidurnya, tekanan darahnya sempat naik semalam. Karena hal itu juga, jadwal perjalanan dinasnya ke Jepang akan digantikan mendadak oleh Pangeran Aditama.
“Putri Niya juga bisa bersiap-siap, nanti pihak kerajaan yang akan mengurus izin ke sekolahmu nanti ya,” kali Ratu Agung Mirah ikut menimpali seraya membawa segelas air minum dan obat untuk Raja Agung Ranajaya.
Niya mengangguk-angguk senang. Ini akan menjadi perjalanan pertamanya keluar negeri, dan itu adalah negara Jepang yang diakhir tahun seperti ini akan memasuki winter, ada salju disana!
“Baik, Ananda akan bersiap mengemban tugas dari Ayah Raja dan Ibu Ratu!” ucap Aditama dengan penuh kepatuhan.
“Untuk Putri Niya, sepertinya tidak perlu mendampingi. Terlebih sebentar lagi ia akan memasuki musim ujian,” ujar Aditama lagi.
Niya menoleh kaget kearah Aditama.
“Benarkah begitu? Jika Putri Niya tidak ikut, berarti, Putri Niya bisa membantu untuk menyambut rombongan Kunjungan Kesenian dari sebuah Kampus yang berasal dari Korea Selatan ya? Jadwalnya sama di minggu depan juga,”
Niya yang awalnya ingin membantah dan memilih ikut Aditama akhirnya mengurungkan niatnya karena justru mendapat tugas lain dari Ibu Ratu.
“Baik.. Ibu Ratu…” sahut Niya pelan menyetujui rencana Ibu Ratu.
...****************...
Niya tampak mengerucutkan mulutnya, iri dengan Aditama yang tengah sibuk berkemas dibantu dengan beberapa dayang.
“Senangya yang bisa liburan musim dingin ke Jepang!” seru Niya kesal seraya beranjak pergi dari kamar Aditama. Ia kemudian menghempaskan dirinya ke sebuah sofa ruang tengah, Ia meraih sebuah remote TV dan memencetnya dengan asal.
Menyadari kekesalan Niya, Aditama menghentikan kegiatan berkemasnya dan menyerahkan kopernya untuk selanjutnya di urus oleh para dayang saja. Ia memilih keluar kamar dan menghampiri Niya.
“Kesal karena nggak bisa ikut ke Jepang? Atau kesal karena pisah dari aku nanti?!” tanya Aditama seraya meraih remote dari tangan Niya dan mengecilkan volume suara TV.
“Dua-duanya lah!” sahut Niya cepat. “Kenapa sihh.. nggak biarin aja aku ikut? aku janji bakal jadi anak baik-baik.. nggak akan aneh-aneh dan nurut semua kata kerajaan.. Janji kook!!!” rengek Niya seraya menggelayut manja lengan Aditama.
“Terus sekolah kamu? bukannya ada ujian semester sebentar lagi?” tanya Aditama mengingatkan.
“Kan bisa ikut ujian susulan!” sahut Niya cepat yang disambut dengan jitakan kecil didahinya dari Aditama.
“Siapa kemarin yang bilang mau belajar sungguh-sungguh biar bisa masuk universitas bagus dan jadi perancang busana profesional terkenal sedunia?!” sindir Aditama kepada Niya.
Niya mengusap dahinya dengan kesal.
“Lagipula seminggu itu tidak lama.. sebentar lagi juga aku pulang…” ucapan Aditama terpotong.
“Tapi ini pertama kalinya aku ditinggal! Ini pertama kalinya semenjak aku masuk ke Istana ini, aku bakal pisah sama kamu Mas!” ucap Niya memotong pembicaraan Aditama.
Aditama diam-diam menyetujui ucapan Niya. Semenjak keduanya menikah, meskipun mereka belum “resmi” sekamar, mereka tidak pernah terpisah sekalipun. Setiap harinya mereka akan selalu bertemu, meskipun bertengkar hebat.
Aditama mengacak pelan rambut Niya. “Semangat dong! Gini nih resiko jadi istrinya Putra Mahkota!” ledek Aditama berusaha mencairkan suasana.
Kemudian mata Aditama menangkap drama korea yang tengah diputar di TV. “Oh ya! Selamat menyambut rombongan Kunjungan kesenian dari kampus Korea Selatan ya!” ucap Aditama mengingatkan Niya.
Kedua pupil Niya bergerak resah. Bisa-bisanya Ratu memberi tugas seberat ini sama aku sih!
...****************...
Niya memang suka Korea, entah berapa banyak drama dan berapa lagu Kpop yang sudah ia dengarkan. Tapi kan bukan berarti ia bisa langsung dipercaya menyambut rombongan Kunjungan kesenian dari kampus Korea Selatan! Bahkan sendiri tanpa ada Pangeran Aditama!
Usai berkutat dengan Ujian sekolahnya, Niya kini tampak tengah mati-matian menghafal dialog pidato sambutan yang akan dibacakan besok. Pidato yang bahkan tersaji dalam tiga bahasa, campuran bahasa indonesia, inggris dan tentunya Korea!
Belum lagi mood nya sedikit turun karena sudah dua hari ini ia tidak bisa menghubungi Aditama. Hanya dua hari pertama saat Aditama baru sampai di Jepang, masih membalas chat dan teleponnya. Selebihnya hanya dijawab seperlunya, dan dua hari terakhir ini yang lebih parah. Bahkan chat dan teleponnya tidak pernah dibalas!
Memang chat dan telepon Niya tidak ada yang urgent, semuanya hanya pertanyaan-pertanyaan ringan tentang apa saja yang dilakukan Aditama disana, makanan apa saja yang sudah dimakan dan hal apa saja yang sudah ia lihat disana. Entah Niya merasa menjadi penting untuk mengetahui semua itu langsung dari mulut Aditama sendiri.
Terlebih disaat-saat menegangkan seperti ini, Ketika Niya dipercaya menjadi tuan rumah untuk menyambut rombongan Kunjungan kesenian dari kampus Korea Selatan. Setidaknya ia butuh kalimat pendukung dari Aditama, meskipun terkadang lebih terdengar seperti ledekan untuknya. Intinya hal apapun mau ia dengar dari Aditama langsung! Harinya akhir-akhir ini terasa sedikit sepi tanpa Aditama.
...****************...
Aditama tampak merapatkan mantelnya. Udara dingin Jepang masih terasa menusuk untuk ya meskipun ia sudah hampir lima hari disini. Ia sudah sangat merindukan kehangatan cuaca Kerajaan Jawi. Ia heran bagaimana biasa Niya begitu menginginkan pergi Ke Jepang dengan cuaca sedingin ini.
Aditama diam-diam tersenyum, terlebih saat melihat anak-anak kecil yang tengah bermain salju di jalanan yang ia lewati, ia membayangkan jika Niya ada disini bersamanya akan sama hebohnya dengan kelakuan anak-anak itu.
Sebenarnya Aditama juga ingin Niya mendampinginya pergi, semua tingkah lugu dan cenderung randomnya akan menghiburnya di tengah padatnya jadwal kunjungan kenegara lain ini. Jika saja ia tidak melihat jadwal pembelajaran Niya yang akan menghadapi ujian di minggu yang sama dengan kepergiannya.
Aditama mengingat betul bagaimana Niya demgan penuh semangatnya bercerita akan berusaha meraih nilai bagus di SMA dan berlanjut kuliah dengan cita-citanya sebagai fashion designer.
Dibalik tingkah randomnya, Niya memang sangat serius jika soal rancangan baju, jenis baju dan segala perintilannya. Perlu di akui selera berpakaian Niya cukup bagus, ia juga cenderung cocok mengenakan gaya pakaian apapun. Diam-diam ia bertekad akan mendukung dan berusaha mewujudkan impian Niya. Meskipun ia sadar tidak akan bersama selamanya dengan Niya.
Mobil Aditama sempat terhenti sesaat, karena bannya sempat terperosok kesebuah lubang yang tertutupi salju. Aditama dan stafnya terpaksa terhenti sesaat dan keluar mobil. Jadwal kunjungan berikutnya adalah sebuah Rumah Sakit yang letaknya di pinggiran distrik Kota Tokyo.
Mengingat jaraknya yang sudah tidak begitu jauh, Aditama dan stafnya memutuskan untuk berjalan kaki menuju RS nya.
Baru memasuki area luar RS tampak ramai, beberapa staf gawat darurat dan bahkan petugas kepolisian setempat tengah sibuk. Rupanya ada seorang pasien yang tengah berupaya lompat dari atap gedung RS yang kemudian berhasil diselamatkan.
Aditama menatap lekat-lekat pasien yang telah berhasil diselamatkan dan diamankan. Ia melihat sosok yang familiar dari wajah pasien itu.
Malika Savita!
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments