*****
Sandara masuk ke dalam kamar nya dengan wajah yang lesu. Sandara berdiri di tepi jendela kamar nya, lalu ia menatap langit yang begitu luas.
" Aku hanya ingin menyalahkan seseorang karena kehidupan ku yang mengerikan ini. Setiap anak berhak untuk di berikan kehidupan yang layak dari orang tua nya. Aku hanya ingin menyalahkan mereka atas hidup ku yang begitu menyedihkan ini. Aku tidak akan menyesali nya, semua yang aku lakukan sejauh ini sudah benar. Aku tidak ingin menjadi lemah seperti dahulu. Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri dan yang harus aku lakukan hanyalah menjadi lebih kuat dari kemarin. Yang perlu aku pikirkan hanyalah kehidupan ku sendiri, aku tidak ingin memikirkan hal yang tidak penting selain diriku sendiri. " Batin Sandara.
Sandara masih berdiri terpaku menatap langit, semua memori yang muncul dalam ingatannya begitu terasa nyata. Sandara seperti kembali pada masa lalu nya. Dan ia terus berusaha menguatkan diri nya sendiri.
Sandara memejamkan mata nya, ia merasakan hembusan angin yang kini terasa dingin melewati setiap helai rambutnya. Kemudian ia membuka mata nya kembali, Sandara mencoba untuk tersenyum dan menghentikan air mata yang ingin terjatuh dari kedua mata nya.
" Gadis bodoh, untuk apa kau menangis lagi, tersenyumlah dan tunjukan bahwa kau bisa lebih kuat dari sebelumnya. "
Sandara bergumam kepada diri nya sendiri, kemudian senyuman mengembang pun terlihat di kedua sudut bibir nya.
*****
Di tempat lain,
Berlin sedang menghadiri rapat, dan tiba-tiba saja Remon datang dengan membawa pengacara nya. Remon masuk ke dalam ruang rapat dan mempermalukan Berlin di depan umum.
" Hentikan rapat ini, mulai hari ini, aku lah yang akan bertanggung jawab mengelola perusahaan. Berlin tidak layak menjadi pemimpin perusahaan ini. Dia saja tidak bisa menjadi contoh yang baik, terlebih lagi...Berlin tidak bisa menjaga martabat istri nya. "
Suara Remon menggema di seluruh ruangan, para petinggi yang sedang menghadiri rapat itu pun menjadi resah, mereka saling berbisik dan menatap Berlin dan juga Remon secara bergantian.
" Ada apa ini? Kenapa kau secara tiba-tiba masuk ke dalam ruang rapat dan membuat keributan? Semua yang ada di ruangan ini sudah mengetahui, akulah pemegang saham terbesar, dan ayah sendiri yang memberikan ku tanggungjawab mengelola perusahaan ini di hadapan mereka semua. "
Berlin pun meninggikan suara nya lalu menghampiri Remon. Berlin sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, namun ia tidak menyangka kalau Remon akan bertindak begitu cepat.
" Kalau boleh tau, apa alasan tuan Remon melakukan hal seperti ini? "
Salah satu petinggi pun menanyakan atas dasar apa Remon tiba-tiba saja ingin bertanggungjawab atas perusahaan yang selama ini sudah berjalan lancar, di bawah kepemimpinan Berlin.
" Aku hanya merasa kalau Berlin anak ku ini tidak pantas menjadi pimpinan. Kalian tau? Siapa wanita yang di nikahi nya? Wanita itu adalah anak tiri dari Atikah yang baru saja belum lama ini masuk penjara. Dan wanita itu juga pernah masuk ke dalam rumah sakit jiwa karena ia mencoba untuk membunuh seseorang. Apa kalian tidak merasa takut? Jika orang di luar sana mengetahuinya, bukankah akan sangat memalukan? Dan pasti akan berdampak kepada perusahaan kita. "
Perkataan Remon itu sangat tidak terduga, Berlin menatap Remon tajam. Kemudian ia mendekat dan menarik kerah baju Remon.
" Apa kau ingin aku membongkar semua kebusukan mu di sini? "
Berlin mengancam Remon, tetapi Remon malah menggunakan ancaman Berlin itu sebagai bahan sandiwaranya.
" Lihat? Sikap putra ku sudah berubah, kalau bukan karena wanita yang di nikahi nya, dia tidak akan berbuat kasar seperti ini kepada ku. "
Remon menggunakan kesempatan itu dengan sangat baik. Kemudian Berlin melepaskan tangannya dari kerah baju Remon. Berlin sudah tidak punya pilihan lagi, dia bahkan sudah menyingkirkan Atikah, demi perusahaan yang sudah di kelola nya itu. Dan akhirnya Berlin pun lepas kendali, ia memukul wajah Remon sampai Remon jatuh tersungkur.
Semua tatapan pun tertuju kepada Berlin, dan Berlin kembali ke tempat duduk nya semula.
" Apa kalian ingin tau suatu rahasia yang menarik tentang keluarga ku? Apa semua akan baik-baik saja jika aku mengatakannya? "
Tatapan mata Berlin terlihat begitu serius, Berlin memang tidak pernah main-main dengan kata-kata nya.
Suasana di dalam ruang rapat berubah menjadi hening dan terasa tegang. Remon berdiri di bantu oleh pengacara nya, dan ia berjalan mendekati Berlin.
" Jangan mendekat, berhenti saja di situ. "
Berlin meninggikan suaranya saat melihat Remon yang sudah berdiri itu sedang berjalan ke arah nya.
" Ayah ku...dia...apa kalian mempercayainya? Kontribusi apa yang telah di berikan nya kepada perusahaan? Selama ini yang dilakukannya adalah menikmati hasil kerja keras ku dan juga kalian. Apa kalian akan mempercayakan perusahaan yang sudah dengan susah payah kita kelola sampai sekarang ini kepada nya? Apa kalian tidak akan merasa sia-sia? "
Semua yang berada di ruang rapat itu pun mulai mempertimbangkan kata-kata Berlin. Mereka masih saling berbisik satu sama lain.
" Dengar..!! Aku tidak akan menyerahkan perusahaan ini kepada siapapun, bahkan kepada ayahku sekalipun. Dan kalian juga harus berpihak kepada ku, apa kalian akan baik-baik saja jika aku membongkar kebusukan ayah kandung ku sendiri? Kurasa kalian tidak akan baik-baik saja, jadi tidak usah memperkeruh keadaan dan kita lanjutkan saja apa yang sudah kita mulai, tanpa harus menghiraukan ayah ku yang tidak mengerti tentang usaha dan kinerja yang sudah kita lakukan selama ini. "
Berlin yang sudah mulai geram akhirnya mempertegas keputusannya. Remon hanya bisa berdiri mematung, rencana nya sudah gagal, Remon bahkan tidak dapat membujuk para petinggi untuk mendukungnya kembali.
" Dan maaf, kami masih harus melanjutkan rapat, jika sudah tidak ada lagi yang ingin di sampaikan, ayah bisa pergi meninggalkan ruang rapat. "
Lalu dengan wajah yang kesal dan juga kecewa, Remon pun melangkahkan kaki nya dan keluar dari ruangan rapat, dan Berlin kembali melanjutkan rapat nya yang sempat tertunda sejenak karena kehadiran Remon.
Remon amat begitu kesal, kemudian tiba-tiba saja ada sebuah rencana jahat yang terlintas di kepalanya. Remon berniat untuk menghampiri Sandara dan membuat perhitungan untuk mengancam Berlin.
Remon masih mengira kalau Berlin menikahi Sandara itu karena cinta. Dan dengan segera Remon meminta supir nya untuk membawa nya ke rumah singgah tempat Berlin tinggal saat ini.
Sesampainya di rumah singgah, ketika mobil Remon ingin masuk ke dalam halaman rumah singgah Berlin, tiba-tiba saja seorang satpam menutup pagar halaman rumah singgah Berlin.
Satpam itu mengetuk jendela mobil Remon, dan Remon pun membuka kaca jendela mobil nya.
" Ada apa? Kenapa kau menghalangi ku untuk masuk ke dalam? "
" Maaf tuan, tuan muda Berlin berpesan supaya tidak membiarkan siapapun masuk ke dalam rumah singgah nya, terutama tuan Remon. Saya harus mengonfirmasikan dahulu kepada tuan muda Berlin jika tuan ingin masuk ke dalam. "
Remon pun semakin kesal, lalu ia akhirnya memutuskan untuk kembali meninggalkan rumah singgah milik Berlin tersebut.
" Baiklah, jika aku tidak bisa masuk ke dalam dan bertemu dengan gadis kecilku. Maka aku akan membuatnya keluar dan menemui ku dengan sendirinya. " Batin Remon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments