*****
Sandara berjalan keluar dari kamar Remon dengan langkah kaki yang semakin berat. Saat Sandara menutup pintu kamar Remon, kaki nya terasa sangat lemas sampai Sandara jatuh terduduk.
" Nona muda...!! "
Salah satu pelayan yang berada di situ pun langsung menghampiri Sandara dan membantu Sandara untuk bangun dan berjalan ke kamar nya.
Sesampai nya Sandara di kamar nya, pelayan itu dengan sigap membawakan segelas air putih untuk Sandara. Sandara langsung meminum nya dan menghabiskan nya.
" Tolong tinggalkan aku sendiri. "
Suara Sandara terdengar bergetar saat meminta pelayan tersebut meninggalkan nya sendirian. Dan pelayan itu pun menuruti permintaan Sandara.
Sandara masih teringat dengan sangat jelas apa yang di lakukan Remon kepada nya dahulu. Bahkan rasa sakit itu masih terasa sampai membuatnya merasa jijik pada diri nya sendiri.
Sandara beranjak dari tempat duduk nya, kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi. Sandara menyalakan air dari shower, lalu ia terduduk di bawah siraman air yang membasahi tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki nya.
Sandara begitu membenci tubuh nya yang baru saja di sentuh oleh Remon. Sandara seperti orang gila yang sedang membersihkan tubuh nya dengan sangat kasar. Bahkan ia sampai memukul-mukul kepala nya yang tadi di sentuh oleh Remon.
" Aku sangat membencinya, aku membencinya...aku begitu membencinya..." Batin Sandara.
*****
Berlin keluar dari kamar Remon dan ia juga membanting pintu kamar Remon dengan sangat kencang. Lalu seorang pelayang yang tadi mengantar Sandara ke kamar Berlin itu menghampiri Berlin.
" Tuan..."
" Ada apa lagi? "
" Nona muda sepertinya sangat terkejut, tadi bahkan nona sempat terjatuh. "
" Dimana dia sekarang? "
" Di kamar, tuan. "
Berlin dengan segera berlari menuju kamar nya, ia membuka pintu kamarnya namun tidak mendapati Sandara. Lalu Berlin mendengar suara tangisan seseorang dari dalam kamar mandi.
Berlin membuka pintu kamar mandi nya dengan perlahan, dan mendapati Sandara yang sedang terduduk dengan pakaian yang sudah basah kuyup.
Berlin tidak punya keberanian untuk mendekati Sandara, kemudian ia menutup kembali pintu kamar mandi nya dan menunggu Sandara keluar dari kamar mandi tersebut.
Sudah hampir dua jam Sandara tak kunjung keluar dari kamar mandi. Bahkan Berlin sampai tertidur, dan ketika Berlin terbangun dan melihat jam di tangan nya. Berlin pun dengan segera kembali melihat keadaan Sandara yang masih berada di dalam kamar mandi.
Sandara masih dalam posisi nya, Sandara terlihat begitu pucat. Berlin pun langsung mematikan air, dan menyelimuti Sandara dengan handuk.
" Pergi dari hadapan ku...pergi...!!! "
Sandara berteriak ke arah Berlin, saat ini Sandara benar-benar tidak ingin di ganggu oleh siapa pun.
" Bagaimana aku bisa pergi setelah melihat mu seperti ini? "
Berlin menatap Sandara tajam, ia sebenarnya kesal karena Sandara berteriak ke arah nya. Namun di sisi lain, ia tidak tega melihat kondisi Dara yang seperti ini.
" Kau hanya perlu meninggalkan ku sendiri, aku tidak butuh tatapan menyedihkan dari mu. Tinggalkan aku sendiri, aku mohon...pergi dari hadapan ku. "
Sandara menundukkan wajah nya dan memohon kepada Berlin agar dia pergi meninggalkan nya sendiri di dalam kamar mandi.
" Aku tidak ingin melihat mayat di dalam rumah ku, jadi bangun lah..."
Berlin pun bersikeras untuk tetap mengeluarkan Dara dari dalam kamar mandi. Berlin bahkan sampai menggendong paksa tubuh Sandara.
" Ahkkk...apa yang kau lakukan, turunkan aku..!! "
Sandara terus memberontak, namun Berlin tidak menggubris nya sama sekali. Dan dengan sangat kasar Berlin melemparkan tubuh Sandara yang masih basah itu ke atas tempat tidur.
" Kenapa kau melakukan nya? Aku hanya ingin sendiri. Tidak bisakah kau meninggalkanku sendiri? Aku membenci mu...aku sangat membencimu. "
Sandara terus berteriak ke arah Berlin, tetapi Berlin tidak mendengarkannya sama sekali. Berlin mengambil beberapa pakaian Sandara dan kemudian melemparkan pakaian tersebut ke arah Sandara.
" Cepat ganti baju mu dan ikutlah dengan ku. "
Lalu Berlin meninggalkan Sandara sendiri di dalam kamar nya.
Lalu Sandara pun mengganti pakaiannya, dan ia keluar dari kamar nya kemudian berjalan menghampiri Berlin yang saat ini sedang duduk di meja kerja nya itu.
" Aku tidak ingin tinggal di rumah ini, bisakah aku meninggalkan tempat ini? "
Sandara bertanya kemudian menatap Berlin dengan sangat tajam.
Berlin hanya membalas tatapan Sandara, dan ia tidak menjawab pertanyaan Sandara. Kemudian Berlin beranjak dari duduk nya dan berjalan melewati Sandara.
Sandara pun hanya bisa mengikuti langkah kaki Berlin. Hingga Berlin membukakan pintu mobil untuk nya.
" Masuklah. "
Sandara masih bingung dengan sikap Berlin, lalu ia pun dengan segera masuk kedalam mobil Berlin.
Dan saat di dalam mobil, Berlin meminta supir nya untuk membawanya ke rumah singgah. Rumah yang sebenarnya tidak pernah di tinggali Berlin. Rumah singgah itu adalah rumah yang ia buat untuk mendiang Issabel.
Setelah sampai, Berlin dan Sandara langsung masuk ke dalam rumah tersebut. Semua peralatan di dalam rumah tersebut sudah tertutup oleh kain putih.
Sandara masih terlihat bingung dan melihat ke sekelilingnya. Kemudian ada beberapa pelayan yang menghampiri Berlin.
" Kami sudah menyiapkan kamar untuk nona dan tuan muda. "
Pelayan itu pun membawa Berlin dan juga Sandara menuju ke kamar mereka masing-masing.
Saat Sandara masuk ke dalam kamarnya, ia melihat sebuah bingkai foto besar. Dan ia melihat ada foto seorang gadis yang sangat cantik sedang tersenyum di dalam foto tersebut.
Kemudian Berlin masuk ke dalam kamar Sandara dan tiba-tiba saja Berlin terlihat marah dan kesal saat melihat Sandara sedang menatap foto tersebut.
" Apa yang sedang kau lihat? "
Berlin bertanya sambil membawa seorang pelayan dan menyuruh pelayan tersebut untuk menurunkan bingkai foto itu dari dinding.
Sandara semakin heran dengan sikap Berlin yang tiba-tiba marah hanya karena sebuah foto. Dan kemudian Sandara keluar dari kamar tersebut dan bertanya kepada salah satu pelayan di rumah itu.
" Sebenarnya siapa yang ada di dalam foto itu? "
Sandara bertanya, namun wajah pelayan tersebut tampak tidak ingin memberitahu Sandara siapa gadis yang ada di dalam foto tersebut.
Lalu Sandara mulai berpikir dan menebak-nebak.
" Apa itu mendiang istri mu? "
Sandara bertanya kepada Berlin tanpa rasa takut sedikit pun. Sandara hanya penasaran dan ingin tau, tapi reaksi yang di berikan Berlin sangatlah berlebihan.
" Berhentilah bertanya, dan urus lah diri mu sendiri. Apa kau di beri hak oleh ku untuk menanyakan hal seperti itu? "
Suara Berlin terdengar begitu lantang sehingga para pelayan yang sedang melihat nya pun sampai merasa takut.
" Aku hanya bertanya, kenapa reaksi yang kau berikan sangat berlebihan. Kalau memang dia adalah mendiang istri mu, yasudah...lagi pula selama sisa hidup nya kau juga tidak pernah mencintai nya. Jadi untuk apa emosi sia-sia mu itu. "
Beri
Like
Comment
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Gadis23
"menikah dengan paman sahabatku"
hadir thur🥰
2022-07-11
0