*****
Tatapan mata Berlin kini penuh dengan kemarahan karena kalimat yang terlontar dari bibir Sandara.
" Tutup mulut mu, jangan membuatku melakukan hal yang kasar kepada mu, atau kau akan menyesalinya. "
Berlin terlihat begitu serius dengan perkataannya. Sandara hanya terdiam sambil membalas tatapan mata Berlin yang sudah sangat tajam itu kepada nya.
Kemudian Berlin keluar dari kamar Sandara dan pergi meninggalkan Sandara begitu saja. Setelah Berlin meninggalkan kamar Sandara, Sandara pun meminta para pelayan yang saat ini berada di kamar nya itu untuk segera keluar dan meninggalkannya sendiri.
Sandara duduk di atas tempat tidur nya, dan seluruh tubuh nya bergetar. Sandara sudah berusaha dengan sangat keras untuk menutupi diri nya yang saat ini sedang rapuh itu.
" Dara...kau tidak boleh lemah, jangan biarkan ketakutan menghantui mu. Kau harus membalaskan semua kemalangan yang terjadi kepada mu selama ini. " Batin Sandara.
Sandara mulai mengepalkan kedua telapak tangannya. Mata nya mulai memerah, bahkan air mata sudah menggenang di kedua mata Sandara.
Semua kenangan di masa lalu nya muncul satu persatu. Sandara bahkan merasakan sesak di dada nya. Dan ia terus berusaha untuk mengatasi segalanya seorang diri. Sandara tidak ingin terlihat lemah di depan siapapun.
Dan di saat itu, tiba-tiba saja seorang pelayan mengetuk pintu kamar nya. Sandara dengan segera membenarkan posisi duduk nya dan meminta pelayan itu untuk segera masuk.
" Maaf nona, tuan muda meminta saya untuk memanggil nona ke ruang tamu. "
Ujar pelayan tersebut, lalu berlalu pergi meninggalkan Sandara.
Sandara pun beranjak dari tempat tidur nya dan berjalan ke arah ruang tamu. Sesampai nya di ruang tamu, Sandara melihat ada seorang pria yang saat ini sedang bersama dengan Berlin.
" Devan ini istri ku Sandara, dan Dara, dia adalah Devandra Yan anak dari paman ku, adik dari mendiang ibu ku. Devan dan ibu tirinya tinggal di samping rumah singgah ini. "
Berlin tanpa basa-basi langsung memperkenalkan sepupunya itu kepada Sandara. Devan menjabat tangan Sandara kemudian mempersilahkan Sandara untuk duduk bergabung dengan mereka.
" Dimana wanita itu? "
Berlin bertanya kepada Devan dengan nada suara yang sedikit meremehkan.
" Kenapa kau selalu menyebutnya dengan sebutan wanita itu, apa kau tidak bisa memanggilnya bibi? Yang kau sebut dengan wanita itu saat ini sudah menjadi ibu ku. "
Devan yang terlihat risih dengan nada bicara Berlin itu pun langsung menegur Berlin. Dan Sandara terlihat sangat canggung berada di antara dua bersaudara itu.
" Tidak apa-apa Devan, biarkan Berlin memanggil ibu dengan sesuka nya. Ibu tidak apa-apa. "
Tiba-tiba saja muncul suara seorang wanita yang begitu lembut. Sandara menoleh ke arah suara lembut itu dan...
" Ibu?? "
Kalimat yang keluar dari bibir Sandara cukup mengejutkan.
" Dara...kau..."
Ternyata wanita yang sedang di bicarakan oleh Berlin dan Devan adalah Sarah Wu, ibu yang pergi meninggalkan Sandara selama ini.
Sarah mendekat ke arah Sandara, namun Sandara segera beranjak dari duduk nya dan menghindari Sarah. Tatapan mata Sandara terlihat sangat bingung. Ia bahkan menatap ke arah Berlin dengan tatapan yang penuh tanda tanya.
" Apa ayah ku tau kalau ibu ku adalah bibi tiri mu? "
Sandara menanyakan hal yang pertama kali muncul dalam pikirannya saat ini. Dan Berlin pun juga terlihat sangat bingung. Karena selama ini kerabat dari mendiang ibu nya sama sekali tidak pernah mengunjungi kediaman Saw setelah ibu nya meninggal. Jadi Berlin pun tidak mengetahui kalau ternyata Sarah Wu adalah mantan istri Dion Wang.
" Tidak, mereka bahkan tidak pernah bertemu, kenapa dunia ini begitu sempit. "
Berlin menjawab pertanyaan Sandara dengan raut wajah yang juga sama bingung nya dengan Sandara.
" Dara..."
Suara lembut Sarah kembali memanggil nama Sandara. Lalu sarah berjalan ke arah Sandara, ia mencoba untuk meraih tangan Sandara namun...
" Maaf, Berlin...sepertinya kondisi tubuh ku sedang kurang baik, aku pamit ke kamar dulu. Permisi..."
Sandara menghindari sentuhan dari tangan Sarah, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan ruang tamu.
Berlin pun akhirnya membiarkan Sandara untuk istirahat sejenak. Dan Berlin juga menyadari bahwa Sandara cukup merasa terkejut dengan ketidak terdugaan yang sedang terjadi di dalam hidup Sandara saat ini.
" Berlin, apakah Dara akan baik-baik saja? "
Sarah yang merasa kecewa dengan dirinya sendiri itu pun menanyakan keadaan Sandara kepada Berlin.
" Entahlah, mungkin dia hanya butuh waktu untuk menerima kehadiran mu kembali di hidup nya. Aku tidak tau kesalahan apa yang telah kau perbuat kepada Sandara di masa lalu. Tapi satu hal yang harus kau ketahui, aku sama sekali tidak tertarik dengan kisah mu dan putri mu itu. "
Berlin berkata dengan kata-kata yang cukup tajam yang ia lontarkan dari bibir nya itu. Kemudian Devan menghampiri Berlin dan juga Sarah, lalu meminta Sarah untuk pulang dan beristirahat di rumah saja.
Sarah pun akhirnya menuruti permintaan Devan dan meninggalkan rumah singgah milik Berlin tersebut.
" Apa kau harus mengatakan hal sekejam itu kepada bibi mu? "
" Sejak kapan wanita itu menjadi bibi ku?, dan kau...entah itu terlalu baik, atau terlalu bodoh, kau begitu saja dengan mudah nya memaafkan wanita yang sudah menghancurkan keluarga mu. "
" Cukup Berlin, dia tidak menghancurkan keluarga ku. Wanita yang kau benci itu tidak bersalah, selama ini ayah ku hanya bisa menjadi diri nya sendiri ketika bersama nya. "
" Apa kau membenarkan perselingkuhan yang terjadi di antara wanita itu dan ayah mu? Apa kau tidak memikirkan perasaan ibu kandung mu yang sudah membesarkan mu? "
" Aku tidak membenarkan perselingkuhan itu, namun aku juga tidak bisa begitu saja menyalahkan nya, karena yang terjadi sebenarnya adalah, ibu ku yang memulai segala nya. Ibu ku memang berniat ingin berpisah, lalu ia meminta wanita itu untuk menggoda ayah ku. Memang awal nya demi uang, namun perasaan yang tulus itu muncul, dan ayah ku yang selama ini selalu menjadi orang lain ketika bersama dengan ibu ku mulai jatuh cinta kepada wanita itu. Jadi aku mohon, jangan bersikap kasar kepada nya. "
Berlin hanya tersenyum menyeringai, ia masih tidak bisa menerima kehadiran Sarah sebagai bibi nya selama dua tahun ini.
" Berlin...aku mohon...tolong lah...lagi pula, ibu sudah meninggalkan ku dan sudah bahagia juga bersama dengan orang lain. Kau juga sudah mengetahui nya, jadi tidak ada alasan yang bisa membuat mu terus membenci nya. Dia wanita baik Berlin, dan dia pantas aku sebut ibu, walau pun dia tidak melahirkan ku. "
" Tetapi tetap saja, aku tidak suka dengan wanita perusak rumah tangga. Biar bagaimanapun, wanita itu tetaplah wanita simpanan ayah mu yang kini menjadi ibu mu, dan itu sangat tidak sepadan dengan keluarga Yan. "
Devandra Yan 29 tahun, model, berhati lembut dan mudah tersentuh.
Beri
Like
Comment
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments