#5

*****

" Apa kau bersungguh-sungguh? Dia adalah ayah ku, dan pernikahan yang akan kita lakukan juga salah satu rencana ku, karena aku ingin menyelamatkan ayah ku dari perempuan picik itu. Aku juga ingin menyelamatkan seluruh harta milikku. "

Berlin terlihat sedikit keberatan dengan apa yang dilontarkan Sandara.

" Aku tidak pernah tidak bersungguh-sungguh dengan perkataan ku. Tidak masalah jika kau ingin menyelamatkan ayah mu dari perempuan iblis itu. Tapi jangan pernah berharap ayah mu akan bisa lepas dari tangan ku. "

Mata Sandara semakin memancarkan amarah, Sandara sudah tidak perduli dengan apapun yang akan terjadi di hadapan nya. Bahkan ia juga siap jika harus melawan Berlin.

" Apa rencana mu? Tidak akan mudah menghancurkan ayah ku, karena ada aku yang akan selalu di sampingnya. "

" Cih..."

Sandara tersenyum mendengar perkataan Berlin, ia bahkan meremehkan Berlin secara terang-terangan.

" Nyali nya benar-benar sudah tidak bisa di ragukan lagi. Gadis gila ini sangat pemberani, yah...mungkin karena dia gila jadi dia tidak mengenal rasa takut. Akan aku biarkan, dan kita lihat saja, sampai mana kau bisa bertahan dalam genggaman ku. " Batin Berlin.

" Antar aku pulang, sudah selesai kan tugas ku? "

" Siapa bilang kau bisa pulang? Mulai hari ini, kau akan tinggal di sini. "

" Apa maksudmu? Pernikahan belum di adakan, dan untuk apa aku harus tinggal di rumah ini? "

Sandara begitu terkejut mendengar bahwa diri nya akan tinggal di rumah yang sama dengan Remon Saw.

" Itu adalah peraturan, dan kau ingin pulang kemana? Apa kau punya tempat tinggal? "

" Ayah ku pasti sedang menunggu ku di rumah, aku ingin pulang, dan aku tidak ingin berada lebih lama lagi di rumah ini. "

Sandara dengan segera keluar dari kamar mandi dan kemudian berjalan ke arah pintu ruangan tersebut, namun saat ia ingin membuka pintu tersebut.

" Kenapa kau menguncinya? Apa kau juga menginginkanku untuk tidur di kamar mu? "

Mata Sandara membulat, ia menatap Berlin penuh dengan kekesalan. Kedua tangannya pun sudah mengepal.

" Jadilah gadis penurut, dan jangan memberontak. Aku tidak ingin berdebat, kau hanya perlu menuruti perkataan ku, itu sangat mudah. "

Berlin yang tidak memperdulikan Sandara yang sudah terlihat sangat kesal itu pun hanya berbicara, kemudian ia duduk di kursi kerja nya.

" Kau...buka pintunya sekarang juga...!! "

Sandara semakin tidak bisa menahan amarahnya, terlebih lagi...Sandara sudah tidak tahan dengan perlakuan Berlin yang seenaknya kepada nya.

" Jika kau berani keluar dari ruangan ini, akan aku pastikan, kau tidak akan pernah bertemu dengan ayah mu. "

Berlin yang merasa terganggu konsentrasinya karena celotehan Sandara itu pun, akhirnya mengancam Sandara.

" Kau...berani sekali kau mengancam ku, baiklah...jika kau tidak mengizinkan ku keluar dari rumah ini. Maka aku tidak akan menikah dengan mu. Kau cari saja perempuan di luar sana yang penurut dan mau menuruti semua perkataan mu. "

Sandara kembali mengancam Berlin, tetapi Berlin malah tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Sandara.

" Kenapa kau tertawa? Apakah ini lelucon untuk mu? Aku bersungguh-sungguh. "

Berlin pun semakin tertawa terbahak-bahak, buat nya, apa yang di katakan Sandara sangatlah menghibur nya. Sandara begitu pemberani dan juga sangat polos.

" Gadis bodoh...jika kau tidak menikah dengan ku, bagaimana kau akan membalaskan dendam mu? Dan satu lagi...ayah mu pasti tidak akan menyetujui nya. Dia sudah terikat perjanjian dengan ku, dan jika salah satu dari kalian melanggar perjanjian itu, maka aku tidak akan membiarkan kalian hidup. Apa kau sanggup dengan konsekuensi yang harus kau jalankan nantinya? "

Berlin berbicara sambil beranjak dari duduk nya, kemudian ia mendekati Sandara dan membuat Sandara terlihat bingung dan tidak tau harus berbuat apa lagi.

" Kau terlalu banyak bicara, lebih baik kau gunakan waktu berharga mu ini untuk istirahat. Kau harus menggunakan otak mu itu untuk berpikir, jangan terlalu banyak berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu. Gadis bodoh..!! "

Berlin kembali melontarkan kalimat yang begitu menusuk kepada Sandara. Sandara terdiam, kata-kata yang akan keluar dari mulut nya seakan-akan hilang. Sandara masih menatap Berlin yang berjalan menjauh dari nya dengan tatapan penuh kebencian.

" Kenapa kau masih berdiam? Cepat kau masuk ke dalam kamar dan tidur lah. "

Berlin yang melihat Sandara masih berdiri mematung itupun segera memerintahkan Sandara untuk segera masuk ke dalam kamar yang ada di dalam ruang kerjanya itu.

Sandara dengan langkah yang cepat pun akhirnya masuk ke dalam kamar. Setelah masuk, Sandara pun membanting pintu kamar tersebut dengan kencang.

Brakkkk...

Berlin sampai terkejut karena suara yang di hasilkan oleh benturan pintu tersebut. Berlin yang mendengarnya pun menjadi kesal, dan emosi nya mulai memuncak. Berlin membuka pintu kamar nya dan melihat ke arah Sandara dengan tatapan yang sudah penuh dengan amarah.

" Berani sekali kau...!!! "

Berlin menarik tangan Sandara dan membanting tubuh Sandara, sehingga Sandara jatuh tersungkur di lantai.

" Aawww..."

Sandara meringis kesakitan karena sekujur tubuh nya terasa sakit.

" Sudah cukup aku bersabar dengan tingkah mu, kalau kau berani macam-macam, entah apa yang akan aku lakukan. "

Berlin kemudian berlalu pergi meninggalkan Sandara yang masih tersungkur di lantai.

" Laki-laki tidak berperasaan, ternyata dia sama saja dengan laki-laki hina itu. Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam, dan aku tidak akan menuruti semua perkataan mu. "

Sandara berbicara seolah dia bisa mengalahkan Berlin Saw dengan mudah. Sandara benar-benar tidak menyadari seberapa menyeramkan nya jalan yang akan di tempuh nya setelah ia menikahi Berlin Saw.

Kemudian, Sandara pun berdiri dan menjatuhkan tubuh nya di atas tempat tidur.Ia memejamkan mata nya. Sandara mencoba untuk tidur, namun lagi-lagi mimpi buruk itu selalu menghantui tidur malam nya.

" Ahhh si*al..."

Sandara terbangun dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya. Ia selalu saja bermimpi buruk, kejadian itu selalu saja menghantui Sandara.

Setiap malam Sandara selalu memimpikan kejadian dimana Remon Saw dan juga Atikah memperlakukannya dulu. Ia bahkan masih bisa mengingat dengan jelas apa saja yang di lakukan Remon dan juga Atikah kepada nya.

Sandara beranjak dari tempat tidur nya, ia berusaha mencari tempat minum, namun ia tidak menemukannya. Kemudian Sandara pun keluar dari kamar tersebut dan mendapati Berlin yang masih duduk di ruang kerja nya.

" Apa kau robot? "

Suara Sandara itu berhasil membuat Berlin melihat ke arah nya.

" Siapa yang menyuruh mu keluar dari kamar? Masuk..!! "

Berlin terlihat masih kesal saat melihat Sandara keluar dari kamar nya. Dan ditambah lagi celetukan Sandara yang semakin membuatnya kesal.

Beri

Like

Comment

Vote

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

hrs s sandra pke trik yg halus jngn temperamental bgtu apa jrn dia gila yg jd emodi y ga trkontrol

2022-05-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!