*****
" Dara...bagaimana kabar mu? Ibu sangat merindukan mu. "
Suara lirih Sarah yang sedang menanyakan kabar dan juga mengatakan bahwa ia merindukan Sandara itu cukup membuat Sandara tertawa. Kemudian Sandara menatap Sarah tajam.
" Apa kau sungguh-sungguh dengan kata-kata mu? Merindukan ku? Selama dua belas tahun ini kau kemana saja? "
" Maafkan ibu Dara, ibu hanya ingin ayah mu menyadari kalau kau adalah anak kandung nya. "
" Apa kau sungguh-sungguh ingin tau kabar ku selama dua belas tahun ini? Apa kau tidak akan menyesalinya? "
Devan yang mendengar kan Sandara berbicara kepada ibu nya itu tidak tahan karena ibu nya di perlakukan seperti itu oleh Sandara. Dan saat Devan ingin memotong pembicaraan Sandara.
" Kenapa kau begitu tega meninggalkan ku sendiri di tempat yang sangat mengerikan itu? Mereka tidak pernah memperlakukan ku selayak nya manusia. Apa kau tau? Apa yang membuat ku membenci mu? Aku membencimu karena kau meninggalkan ku sendiri di tempat yang mengerikan itu, sedangkan ayah? Walau dulu dia tidak mengakui ku, tapi setidak nya dia tidak melepaskan ku, dia masih perduli dengan ku, setidaknya dia masih memberiku kehidupan, walau kehidupan yang di berikan ayah sangatlah mengerikan. Dan yang lebih menyedihkan adalah, aku harus menghabiskan masa remaja ku di dalam rumah sakit jiwa. Apa kau ingin tau juga mengapa aku bisa menghabiskan masa remajaku di rumah sakit jiwa? Semua karena wanita ja lang itu, Atikah memperlakukan ku seperti seorang pe lacur, bahkan ia memberikan tubuh ku kepada laki-laki yang tidak sengaja aku pergoki sedang berhubungan intim dengan nya. Dan ada satu hal lagi yang sangat tragis di dalam hidup ku, laki-laki yang melakukan hal keji itu kepada ku adalah Remon Saw, ayah dari suami ku. Apa kau senang mendengar kabar dari ku? "
Sandara menceritakan semua yang ia alami setelah kepergian Sarah yang meninggalkannya begitu saja. Kedua tangan Sandara sudah mengepal, bahkan ia bercerita dengan tubuh yang sudah bergetar.
" Dara...maafkan ibu, ibu tidak menyangka hal buruk akan menimpamu, ibu benar-benar bersalah kepada mu. "
Sarah mulai beruraian air mata, bahkan sampai menangis tersedu-sedu. Mata Sandara yang sudah memerah itu tidak tahan melihat air mata Sarah, lalu kemudian Sandara meminta Sarah untuk pergi menjauh dari nya.
" Pergilah, aku tidak ingin melihat air mata mu itu, jika kau melihat ku, berpura-pura lah tidak pernah melihat ku. Aku sudah tidak punya ibu, ibu ku sudah lama mati. "
" Sandara..."
Suara Devan menghentikan Sandara untuk mengeluarkan kalimat-kalimat kejam yang ingin di lontarkan oleh Sandara kepada ibu nya.
" Devan, tolong bawa ibu mu pergi dari sini. "
Devan pun menuruti permintaan Sandara dan mengantar ibu nya kembali ke mobil nya. Lalu Devan meminta supir ibu nya itu untuk segera mengantarkan ibu nya sampai rumah.
Setelah itu Devan kembali menghampiri Sandara yang masih duduk mematung masih dengan kedua tangan nya yang mengepal.
" Apa kau baik-baik saja? "
Devan bertanya dengan sangat hati-hati, kemudian Sandara mengangguk dan melihat ke arah Devan.
" Kenapa kau tidak mengantar ibu mu? Aku baik-baik saja, dan kau tidak perlu menemani ku. "
" Ada yang ingin aku tanyakan kepada mu. "
" Apa? Tanyakan saja. "
" Apa aku pantas mendengarkan cerita mu itu? Apa kau tidak takut kepada ku? Apa kau tidak akan menyesal memberitahu ku juga mengenai kisah mu itu? "
Devan begitu heran dengan Sandara yang membiarkan Devan mengetahui tentang kehidupan masa lalu nya itu.
" Apa kisah ku ini adalah sebuah rahasia? Semua orang berhak tau, dan aku juga tidak menutup-nutupinya. "
" Tapi, apa kau tidak berpikir dampak nya. Kau adalah istri Berlin Saw. Dan bisa saja aku orang jahat dan berniat ingin menghancurkan keluarga mu, dan aku bisa sewaktu-waktu menceritakan tentang kisah mu itu kepada semua orang. "
Sandara pun tertawa menyeringai mendengar ucapan Devan.
" Kenapa kau tertawa? "
" Aku percaya kau adalah orang baik, dan jika kau ingin menghancurkan ku, kau tidak mungkin akan memberitahuku seperti ini. "
Devan pun terdiam, Devan benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Sandara.
" Apa Berlin tau tentang kisah masa lalu mu? "
Devan kembali bertanya dengan sangat hati-hati. Dan Sandara hanya mengangguk dan tersenyum samar kepada Devan.
" Lalu Berlin masih menerimamu? Cinta Berlin kepada mu sungguh luar biasa. "
Saat Devan berbicara mengenai cinta Berlin kepada Sandara, tiba-tiba saja Sandara terlihat geli dan tertawa sambil bergidik.
" Ada apa? "
" Apa kau melihat cinta di mata Berlin untukku? "
" Lalu? "
" Kami hanya menikah, dan tidak lebih dari itu, dan aku rasa Berlin tidak akan mungkin mencintai ku. "
Devan pun terbengong, semua kata-kata Sandara sangat sulit di cerna oleh Devan. Devan benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Sandara dan juga Berlin, bahkan Devan bertanya-tanya kepada diri nya sendiri.
" Kenapa mereka hanya menikah? Dan untuk apa pernikahan tanpa cinta? Ah, jalan pikiran mereka terlalu rumit. Dan Sandara, dia sungguh-sungguh gadis tangguh dan berani. " Batin Devan.
" Hei...ada apa? Kenapa kau melamun? "
Suara Sandara itu pun membuyarkan lamunan Devan. Lalu kemudian Sandara beranjak dari tempat duduk nya.
" Aku ingin kembali ke rumah singgah, apa kau masih ingin tetap di sini? "
" Ah, ya...aku akan mengantarmu. "
Devan pun langsung berdiri dan berjalan berdampingan dengan Sandara. Terlepas dari semua cerita menyedihkan yang Sandara beritahukan kepada nya dan ibu nya tadi, Devan merasa cukup prihatin dan merasa kasihan kepada Sandara.
Lalu, setelah sampai di depan gerbang rumah singgah itu Sandara pun segera masuk ke dalam rumah singgah. Dan Devan juga kembali ke rumah nya.
Saat masuk ke dalam rumah nya, Devan melihat Sarah yang sudah menangis terisak. Devan pun menghampiri Sarah, dan mengusap bahu ibu nya perlahan.
Sarah pun langsung memeluk tubuh Devan dan berbicara dengan terisak.
" Ibu tidak pantas menjadi seorang ibu, ibu sudah gagal. Ibu membuat putri ibu mengalami begitu banyak penderitaan. Ibu sangat merasa bersalah Devan. Apa yang harus ibu lakukan? Bagaimana cara nya ibu menebus semua kesalahan ibu? "
Sarah masih saja menangis sambil memeluk putra sambung nya itu. Devan juga tidak bisa berkata-kata apa-apa. Devan hanya bisa meminta ibu nya untuk berhenti menangis dan merenungkan kembali apa yang telah di perbuat nya di masa lalu.
" Devan, apakah Dara bisa memaafkan ibu suatu hari nanti? Ibu ingin sekali memeluk nya, ibu benar-benar merindukannya. Ibu harus bagaimana Devan? "
Sarah terus saja menangis, dan tangisnya pun semakin histeris. Devan juga tidak berbuat apapun, yang dilakukannya hanya memeluk tubuh ibu sambung nya itu tanpa sepatah kata pun.
Beri
Like
Comment
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments