*****
Berlin membukakan pintu mobil nya agar Sandara bisa keluar dari dalam mobil nya dengan nyaman.
" Apa ini? Kenapa sikap mu berubah? "
Sandara bertanya sambil menatap wajah Berlin dengan terheran-heran.
" Yang perlu kau lakukan hanyalah diam dan ikuti permainan ku. "
Nada suara Berlin yang cukup dingin itu pun menusuk telinga Sandara karena Berlin berbisik di telinganya sambil menggertak kan gigi-gigi nya.
Kemudian mereka pun masuk ke dalam kediaman Saw. Berlin menggandeng tangan Sandara seolah ia sangat mencintai Sandara. Dan saat mereka masuk ke dalam kediaman Saw, terlihat seluruh anggota keluarga yang sedang berkumpul di ruang makan untuk makan malam.
Sandara yang saat itu langsung bisa menatap Atikah itupun sudah memancarkan wajah penuh dendam nya. Kemudian dengan sangat percaya diri, Sandara melingkarkan tangannya di lengan Berlin.
Berlin pun terlihat senang karena Sandara begitu cepat mengikuti alur cerita nya.
" Selamat malam, nenek, ayah...dan calon ibu tiri ku...perkenalkan...ini adalah Sandara Wang, dia adalah calon istri ku. "
Berlin yang baru sampai di meja makan itu pun tanpa basa-basi langsung memperkenalkan Sandara kepada seluruh anggota keluarga nya.
Atikah yang melihat dan juga mendengar nama Sandara itu pun terlihat begitu terkejut. Ia menatap Sandara seolah-olah Sandara adalah mangsa nya.
" *Perempuan ja*lang ini? Kenapa dia bisa bersama dengan Berlin? Bukankah dia seharusnya berada di rumah sakit jiwa? " Batin Atikah*.
Sandara yang melihat tatapan tajam Atikah pun langsung memberikan senyuman licik. Dan saat Sandara melihat laki-laki yang berada di samping Atikah, tiba-tiba saja Sandara terlihat begitu terkejut hingga tubuh nya tiba-tiba saja menjadi lemas dan bergetar.
" Laki-laki itu? Dia? Kenapa dia? " Batin Sandara.
Sandara sangat terkejut karena laki-laki yang berada di sebelah Atikah itu adalah Remon Saw, ayah dari Berlin Saw. Laki-laki yang sudah merebut kesucian Sandara di saat usia nya masih belia. Remon juga beberapa kali memaksa Sandara untuk selalu menuruti has*rat nya setiap kali ia menemui Atikah kala itu.
Sandara mengepalkan kedua tangannya, dengan tubuh yang masih bergetar dan tatapan mata yang sudah penuh dengan kebencian.
" Akan aku hancurkan kalian. " Batin Sandara.
" Wah, cantik sekali...ayo duduk dan makan malam bersama. "
Suara ramah Maria Saw pun menyadarkan Sandara dari amarah nya yang sudah bergejolak. Nenek dari Berlin tersebut terlihat begitu ramah dan juga baik.
Dan kemudian Berlin dan juga Sandara pun duduk dan ikut menikmati makan malam keluarga Saw.
" Besok adalah pernikahan ayah, apakah ayah sudah mempertimbangkan segalanya? "
Berlin bertanya tanpa menatap mata ayah nya.
" Kau tidak perlu mengkhawatirkan pernikahan ku, yang perlu kau perhatikan saat ini adalah calon istri mu. Dia begitu menarik, apa kau sudah tau latar belakang nya? "
Remon yang dapat mengingat dengan jelas wajah gadis lugu yang ia renggut kesuciannya itu pun mencoba untuk membuat Sandara goyah dan berencana untuk mencoba melakukan hal yang pernah ia lakukan dahulu kembali kepada Sandara.
" Ayah tenang saja, dia adalah calon istriku, dan sudah jelas dia adalah gadis baik-baik. Dia tidak licik dan tidak bersikap seperti iblis. "
Berlin berkata sambil melirik ke arah Atikah, dan Berlin juga memberikan senyuman maut nya kepada Atikah, sehingga Atikah pun menjadi sedikit salah tingkah.
" Sudahlah, jangan membuat keributan di meja makan. Jika ada yang perlu kalian bicarakan, kalian bisa membicarakannya nanti setelah kalian makan. "
Maria yang tidak suka melihat ada keributan di meja makan itupun langsung menegur Berlin dan juga Remon.
Mereka pun menuruti setiap perkataan Maria dan melanjutkan makan malam mereka dengan tenang.
Setelah selesai makan, Berlin membawa Sandara untuk pergi ke ruang kerja nya. Remon dan juga Atikah hanya mengamati pergerakan Sandara dan juga Berlin dari kejauhan.
Setelah Maria pergi meninggalkan ruang makan, Atikah yang sudah geram itu pun langsung melontarkan kalimat-kalimat cacian yang sudah dari tadi ia tahan.
" Perempuan ja*lang itu, bisa-bisa nya dia bersama putra mu? Apa kau mengingatnya? "
" Tentu saja aku ingat, aku bahkan mengingat setiap aroma tubuh yang ia keluarkan dari tubuh nya. Rasanya aku ingin bernostalgia dan kembali menikmati setiap lekuk tubuh nya. "
" Kau ini...masih saja tidak berubah, ingatlah...besok kau akan menikahi ku, jangan macam-macam. "
" Apa yang kau bicarakan? Pernikahan kita hanyalah bisnis, jangan bilang kau benar memiliki perasaan terhadapku? "
" Ah, tidak mungkin, aku juga hanya menganggap pernikahan ini sebatas bisnis. "
" Ya...ini adalah bisnis, dan aku pastikan kau akan bernasib sama seperti Dion. " Batin Atikah.
*****
Di dalam ruang kerja Berlin, wajah Sandara terlihat pucat. Perut nya juga terasa sangat mual karena ia tiba-tiba saja teringat kejadian di saat Remon melakukan tindakan keji itu kepada nya.
" Hoekk..."
Sandara dengan segera berlari ke sebuah kamar mandi yang berada di dalam ruang kerja Berlin.
Sandara memuntahkan semua yang sudah di makan nya. Tangannya masih bergetar, dan kemudian Berlin menghampiri nya.
" Apa yang kau lakukan? "
Sandara tidak menjawab pertanyaan yang diberikan Berlin. Ia membasuh wajah nya dan mencuci semua jari-jari nya. Sandara seperti merasa seluruh tubuh nya terasa kotor setelah melihat wajah Remon.
" Hei wanita aneh, aku sedang berbicara kepada mu, apa yang sedang kau lakukan? "
Sandara yang kembali mendengar suara Berlin itu langsung melihat ke arah Berlin dengan tatapan tidak biasa.
" Jadi kau adalah anak dari laki-laki hina itu? "
Sandara mendekati Berlin sambil mengacungkan jari telunjuk nya ke arah Berlin.
" Apa yang kau bicarakan? Apa kau mengenal ayah ku? Berani sekali kau mengacungkan jari mu ke arah ku. "
Berlin bertanya dengan tatapan yang penuh amarah karena merasa terhina dengan tingkah Sandara yang tiba-tiba saja mengacungkan jari telunjuk ke arah nya.
" Dia laki-laki hina yang sudah merampas kesucian ku. Dan sekarang aku harus menikahi putra nya? Hah...lucu sekali kehidupan ini. Apa kau masih akan menikahi ku? Ayah mu sudah merampas satu-satunya kebahagian yang aku miliki di dalam hidup ku. Dan apakah kamu masih akan menikahi ku? "
Tatapan mata Sandara semakin berapi-api dengan air mata yang juga sudah menggenang di dalam mata nya.
Berlin sangat terkejut mendengar pernyataan dari Sandara yang menurutnya Sandara begitu berani mengungkapkan kebenaran tentang dirinya di hadapan Berlin.
" Aku tidak akan merubah apapun, kau akan tetap menikah dengan ku. "
" Baiklah...dan tunggu saja, aku akan membuat laki-laki hina itu menyesal seumur hidup nya karena sudah merebut kesucian ku. "
Sandara tanpa takut sedikit pun melontarkan kata-kata ancaman untuk Remon. Berlin hanya menatap Sandara tajam, ia bahkan tidak habis pikir ayah nya bisa melakukan hal sekeji itu.
Beri
Like
Comment
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments