#8

*****

" Kau jangan kemana-mana dan berdiam lah di rumah saja. "

Sebelum pergi meninggalkan Sandara, Berlin berpesan agar Sandara tetap berada di dalam rumah nya dan tidak pergi kemana-mana.

" Cih, dia pikir aku hanyalah patung pajangan? Ah, lagi pula aku juga sudah terbiasa terkurung di sebuah ruangan seperti ini. Sama seperti saat aku di rumah sakit jiwa saat itu. "

Sandara hanya bisa menggerutu pada diri nya sendiri.

Berlin yang sudah pergi meninggalkan Sandara itu pun langsung bergegas menuju kantor nya. Dan setelah sampai kantor, Berlin terkejut melihat Aroy Lan ayah dari istri pertama nya yang telah meninggal itu.

" Berlin Saw..."

Suara lantang Aroy menghentikan langkah Berlin, dan dengan segera Berlin menghampiri Aroy. Sebenarnya semenjak putri nya meninggal, Aroy sama sekali tidak pernah lagi mengunjungi kediaman Berlin.

" Selamat pagi ayah mertua, maaf...ada perlu apa pagi-pagi sekali anda kemari ayah mertua? "

Berlin membungkukkan badan nya dan memberi salam kepada ayah mertua nya itu.

" Ku dengar kau sudah menikah lagi, dan apa kali ini kau bisa melindungi istri mu itu? "

" Maaf ayah mertua, saya pastikan kejadian yang menimpa Issabel tidak akan terulang kembali. "

" Apa kau percaya dengan tulis tangan yang di tinggalkan Issabel? Apa kau tidak curiga dengan suatu hal? Apa kau yakin bisa melindungi istri mu kali ini? "

" Maksud anda apa ayah mertua? Apakah ada alasan lain yang membuat Issabel melukai dirinya sendiri? "

" Kau sangat mencintai Issabel, aku tau itu...dan, kematian Issabel sangatlah tiba-tiba. Lalu, yang lebih mengejutkan lagi, Issabel menulis surat bahwa diri mu tidak menyukai wanita. Apa kau tau jika Issabel meninggalkan pesan agar tidak ada wanita lain yang bernasib sama dengannya? "

" Maaf ayah mertua, aku masih tidak mengerti dengan ucapan anda barusan. Mungkin Issabel sangat membenciku, karena aku selalu sibuk dengan pekerjaan ku, maka dari itu Issabel menulis pesan seperti itu. Dan aku bisa memahami perasaannya saat itu. Aku lah penyebab kematian putri mu ayah mertua. Tolong jangan pernah memaafkan ku. "

Berlin kembali membungkuk di hadapan Aroy, Aroy pun melihat Berlin dengan sangat dalam. Bagi Aroy, sikap Berlin itu sangat menyedihkan di mata nya.

" Berlin Saw, mungkin inilah saat nya kau mengetahui kebenaran di balik kematian putri ku. Sebenarnya, alasan sebenarnya putriku mencelakai diri nya sendiri adalah Remon Saw. Ayahmu...aku pun terlambat mengetahui nya, dan ketika aku mengetahui kebenaran itu, putri ku telah tiada. Aku sangat berterimakasih kepada pelayan di rumah mu yang telah memberanikan diri nya untuk memberitahu ku. Aku juga sengaja tidak ingin memberitahu mu, karena aku ingin kau dan ayah mu menderita seumur hidup mu. Tapi...setelah aku mendengar kabar bahwa kau telah menikah lagi, aku teringat dengan putri ku, dan aku tidak ingin ada wanita lain yang menjadi korban seperti putri ku. "

Aroy menjelaskan dengan raut wajah yang terlihat sangat sedih karena diri nya kembali mengingat sosok putri kesayangannya yang tewas dengan tragis itu.

" Ayah ku? Apa yang dilakukannya sehingga Issabel mencelakai diri nya sendiri? "

" Kebenaran pertama adalah...saat itu Issabel sedang hamil, dan kebenaran kedua yaitu...Issabel yakin bahwa anak yang di kandung nya itu adalah anak dari Remon Saw. Setiap kali kau meninggalkan Issabel sendiri di rumah, Remon Saw selalu memaksa Issabel melakukan hubungan intim dengan nya. Issabel pasti sangat menderita, karena Remon Saw selalu mengancam nya, bahkan ayah mu tidak segan-segan ingin membunuhku jika Issabel menolak permintaan nya. Dan aku juga sengaja merahasiakan kehamilan Issabel dari mu. "

Berlin sangat terkejut mendengarkan kebenaran yang terungkap dari ayah mertua nya itu. Kemarahan sudah mengalir dalam setiap aliran darah nya. Mata nya pun memerah, ia sangat marah karena tidak menyadari perbuatan keji ayah nya sendiri.

Selama ini, Berlin selalu mati-matian membela ayah nya, dan diri nya juga sangat menghormati ayah nya itu. Tapi...dengan ada nya kebenaran ini, mendengar nama Remon Saw saja Berlin sudah merasa jijik.

" Terimakasih karena ayah mertua sudah memberitahukan kebenarannya kepada ku. Maafkan aku yang selama ini lalai sampai tidak menyadari perbuatan keji ayah kandungku sendiri. Aku benar-benar minta maaf...aku sangat menyesalinya. "

Berlin kembali membungkuk kan tubuh nya, dan Berlin juga sampai meneteskan air mata nya. Ia kembali teringat dengan Issabel yang begitu di cintai nya. Berlin juga membayangkan betapa menderitanya Issabel saat itu.

" Berlin Saw...apa istri mu di rumah? Dan apakah ayah mu saat ini juga sedang di rumah? "

" Iya ayah mertua, aku akan segera kembali dan membawa istri ku keluar dari rumah itu. "

" Baguslah, cepatlah temui istri mu, sebelum Remon Saw melakukan hal yang sama. Aku berharap kalian bisa hidup bahagia menggantikan kebahagiaan putri ku yang telah tiada. "

Setelah mendengar perkataan Aroy Lan Berlin segera kembali pulang ke rumah nya untuk melihat keadaan Sandara yang saat ini ada di rumah sendiri.

Di tempat lain...

Sandara yang merasa bosan karena hanya duduk-duduk di kamar itu pun beranjak dari tempat tidur. Sandara membuka pintu kamar nya, kemudian ia melihat-lihat ruang kerja Berlin, setelah itu...Sandara berniat ingin berjalan-jalan ke halaman belakang rumah Berlin, karena di halaman belakang rumah Berlin sangat lah luas, dan seperti taman kecil yang dapat menyejukkan hati.

Sandara berjalan perlahan sambil melihat-lihat setiap sudut ruangan yang ia lewati. Kemudian tiba-tiba saja ada yang menarik tangan Sandara, sehingga tubuh Sandara jatuh ke pelukan seseorang. Sandara mendongakkan kepala nya dan melihat Remon yang kini sedang memeluk tubuh nya erat.

" Lepaskan...!! "

Sandara berteriak lalu mencoba memberontak, namun tenaga yang ia miliki tidak cukup untuk mendorong tubuh Remon yang sangat besar dan berotot itu.

" Sstt...jangan bersuara, suara merdu mu semakin membuat ku ingin men cum bu mu..."

Remon semakin erat mencengkram Sandara, kemudian Remon dengan kasar menyeret tubuh Sandara dan membawa nya masuk ke dalam kamar nya.

Remon melemparkan tubuh Sandara hingga Sandara jatuh tepat di atas tempat tidur Remon. Sandara terlihat sangat kesal dengan perlakuan Remon terhadap nya.

" Aku sangat menyukai tatapan sangar itu...wanita cantik seperti mu tidak pantas memiliki tatapan seperti itu. "

" Apa yang ingin kau lakukan? "

" Tubuh ku merindukan mu, jadi...ayolah kita mengenang masa lalu kita yang begitu ber gai rah..."

Sandara beranjak dari tempat tidur Remon, kemudian ia meraih lampu tidur yang berada dekat dengan nya.

" Waw...apa kau ingin bermain-main dengan lampu? "

Remon tersenyum menyeringai sambil berjalan perlahan ke arah Sandara. Tatapan mata nya begitu tajam, Sandara juga tanpa rasa takut membalas tatapan Remon kepada nya itu.

Beri

Like

Comment

Vote

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!