#2

*****

Sudah selama tujuh tahun Sandara terkurung di dalam rumah sakit jiwa. Dan pada hari ini, ia bisa merasakan kembali udara segar di luar rumah sakit jiwa. Sandara sudah membulatkan tekad nya, ia juga sudah menjalani berbagai macam tes kejiwaan. Dan kini ia sudah di nyatakan sembuh total.

Setelah keluar dari dalam rumah sakit jiwa, Sandara dengan langkah yang pasti, dan juga dengan keberanian yang telah dikumpulkannya saat berada di dalam rumah sakit jiwa itu. Dengan kepercayaan diri nya yang tinggi saat ini, Sandara pun kembali ke rumah di mana ia di lahir kan.

Tanpa penuh pertimbangan dan keraguan, Sandara membunyikan bel rumah nya. Dan ada seorang pelayan yang membukakan pintu rumah nya.

"Maaf nona, nona sedang mencari siapa? "

Suara lembut pelayan itu pun membuat Sandara tersenyum sumringah.

" Aku adalah Sandara Wang, putri kandung Dion Wang. "

Dengan sangat percaya diri Sandara menyebutkan nama ayah nya di depan pelayan itu.

" Oh!! Nona muda, maafkan saya nona, maafkan saya yang tidak mengenali nona muda, silakan masuk nona. "

Setelah mendengar bahwa Sandara adalah putri dari tuan nya, pelayan itu pun membungkukkan badannya dan mempersilahkan Sandara untuk masuk ke dalam rumah nya.

" Baiklah, terimakasih bi, dimana ayah ku? "

Saat sudah masuk kedalam rumah nya, Sandara langsung menanyakan keberadaan ayah nya itu. Lalu tiba-tiba saja raut wajah pelayan itu berubah menjadi sagat sedih.

" Ada apa? Kenapa bibi terlihat begitu murung? "

" Maaf nona, sebenarnya saya sudah lama sangat menantikan nona, saat ini tuan sedang berada di kamar nya, beliau sakit parah, dan tidak bisa menggerakkan sekujur tubuh nya. Tuan pernah berkata kepada saya, jika nona sudah kembali, tuan ingin segera menemui nona. "

" Lalu? Dimana sekarang ayah ku berada? "

Pelayan itu pun langsung membawa Sandara ke sebuah ruangan bawah tanah, di sana terlihat begitu gelap dan menyeramkan. Dan setelah sampai, Sandara melihat seorang pria yang sudah paruh baya tengah berbaring di atas tempat tidur yang sudah sangat lusuh.

" Ayah? "

Sandara langsung menghampiri ayah nya itu, Sandara tidak pernah membayangkan sebelumnya jika ia harus menyaksikan keadaan ayah nya yang sudah sangat menyedihkan seperti itu.

" Da...ra...ma...af...kan...a...ya...h."

Suara Dion terdengar sangat lemah, ia bahkan berbicara dengan tertatih-tatih.

" Sudahlah ayah, ayah jangan banyak berbicara. Dengan melihat keadaan ayah yang seperti ini, aku sudah bisa menebak. Ini semua pasti ulah wanita penyihir itu kan? Aku memang sangat kesal kepada ayah, tapi aku tidak pernah membenci mu, aku hanya membenci wanita penyihir itu, kalau bukan karena kehadiran nya, keluarga kita pasti akan tetap utuh. "

Hati Sandara semakin bergejolak, kebenciannya begitu amat dalam kepada Atikah. Dan terlebih lagi saat ini ia menyaksikan keadaan ayah nya yang sudah seperti itu.

Dion terlihat begitu menyesali perbuatannya, dan Dion juga merasa sangat bersalah kepada Sandara. Dion tidak tau bahwa Sandara sama sekali tidak menyimpan dendam kepadanya, padahal Dion sudah menyiapkan diri untuk menerima semua kebencian Sandara jika ia ingin membenci Dion.

" Ayah, aku memang tidak membencimu, tapi bukan berarti aku bisa dengan mudah melupakan semua perbuatan mu di masa lalu. Kau bahkan tidak pernah menganggap ku sebagai anak kandung mu lagi setelah kau bertemu dengan wanita penyihir itu. "

Lalu kemudian secara tiba-tiba Dion memberikan sebuah foto kepada Sandara. Sandara meraihnya dan melihat foto itu dengan seksama.

" Itu adalah foto tuan muda Berlin Saw, nyonya Atikah sedang mendekati ayah nya dan berencana ingin menikahinya, tetapi tuan muda Berlin tidak menyetujui nya, kemudian saya adalah utusan tuan muda, yang sengaja tuan muda kirimkan untuk merawat tuan Dion."

Pelayan itu menjelaskan secara rinci siapa pria yang ada di dalam foto tersebut.

" Lalu kenapa ayah berada di tempat seperti ini? "

" Itu karena tuan muda sengaja menyembunyikan tuan Dion agar nyonya Atikah tidak dapat menemukan tuan Dion. "

" Maaf aku belum mengerti, sebenarnya apa yang terjadi sehingga ayah harus bersembunyi dari wanita penyihir itu.? "

Sandara masih tampak kebingungan dengan situasi yang terjadi saat ini.

" Jadi, nyonya Atikah lah yang membuat tuan Dion menjadi lumpuh seperti ini, ia sengaja memberikan tuan Dion obat-obatan. Dan ayah dari tuan muda Berlin adalah sahabat dari tuan Dion. mereka sengaja ingin melenyapkan tuan Dion, tetapi tuan muda Berlin menyelamatkan tuan Dion. "

" Oh, jadi seperti itu, aku harus segera menemui wanita penyihir itu, dan memberinya pelajaran. "

" Nona, sebenarnya ada sebuah perjanjian antara tuan muda Berlin dan juga tuan Dion. "

" Perjanjian? Perjanjian apa? "

Sandara tampak semakin bingung setelah mendengar bahwa ada sebuah perjanjian antara ayah nya dan juga Berlin Saw.

" Tuan Dion berjanji jika tuan muda Berlin mau menyelamatkan hidup nya dari nyonya Atikah, maka tuan Dion akan menikahkan nona muda dengan tuan muda Berlin, dua tahun lalu istri dari tuan muda Berlin meninggal karena bunuh diri, dan semenjak itu tidak ada satu wanita pun yang mau menikah dengan tuan muda Berlin. "

" Apa? Menikah? Dan kenapa tidak ada wanita yang mau menikahinya? "

Bola mata Sandara pun berubah menjadi sangat besar dan bulat. Ia begitu terkejut mendengar isi perjanjian antara ayahnya dan juga Berlin Saw.

" Itu karena tuan muda Berlin tidak dapat mencintai seorang wanita. "

Sandara semakin tersentak dengan pernyataan pelayan tersebut.

" Apa maksud mu? Apa dia menyukai pria? "

Pelayan itu pun mengangguk dan seketika itu juga membuat Sandara tertawa terbahak-bahak.

" Lalu apa gunanya dia menikahi ku? "

" Itu semua untuk menjauhkannya dari berbagai gosip miring, dan untuk mempertahankan posisi nya untuk saat ini. "

" Sangat tidak masuk akal, bahkan aku yang pernah gila ini merasa ini adalah sesuatu yang lebih gila. "

" Tapi nona, hanya nona yang bisa menyelamatkan tuan Dion, dan nona juga bisa merebut kembali apa yang telah direbut nyonya Atikah dari tuan Dion. Semua harta kekayaan tuan Dion bahkan perusahaanya telah menjadi atas nama nyonya Atikah. "

Sandara menjadi semakin bingung dengan keadaan yang semakin kacau karena ulah Atikah.

" Baiklah, buatkan aku janji temu dengan tuan muda mu itu, dan nanti akan aku pertimbangkan. Aku hanya tidak ingin wanita penyihir itu mendapatkan apa yang dia mau. Tidak akan ku biarkan dia menikmati semua jerih payah ayah ku. "

Dengan penuh rasa percaya diri dan juga tekad yang bulat, akhirnya Sandara memutuskan untuk mempertimbangkan perjanjian antara ayah nya dan juga Berlin Saw. Di benak sandara saat ini hanyalah, sebuah kebencian yang sangat besar kepada Atikah, dan dendam yang sudah mendarah daging di dalam hati nya.

Berlin Saw, 30 tahun, tidak pernah mempercayai siapapun dan selalu bersikap angkuh.

Beri

Like

Comment

Vote

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!