*****
" Jika kau berani mendekat, aku akan melemparkan lampu ini ke arah mu. "
Sandara menarik lampu tersebut sampai terputus kabel nya. Dan Remon yang melihat raut wajah Sandara itu pun tertawa terbahak-bahak.
" Kenapa sekarang kau begitu menggemaskan, dan itu membuatku semakin tertarik kepada mu. "
Remon tanpa Ragu berjalan maju ke arah Sandara. Dan Sandara pun tidak pernah main-main dengan ucapannya. Sandara dengan sekuat tenaga nya melemparkan lampu tidur itu ke kepala Remon, hingga kepala Remon tergores dan mengeluarkan darah dari dahi nya.
" Ternyata nyali mu cukup besar, apa kau ingin menguji kesabaran ku. "
Remon terlihat kesal ketika mengetahui dahi nya mengeluarkan darah. Dan kemudian Remon berjalan ke arah Sandara lalu menjambak rambut Sandara.
Sandara tidak berteriak atau mengerang kesakitan, ia semakin menatap Remon dengan tajam, matanya seperti seekor binatang yang ingin mencabik-cabik wajah Remon.
" Tatapan itu...ah...aku suka tatapan mata itu. "
Remon pun dengan kasar mencengkram tubuh Sandara hingga Sandara terhimpit antara tembok dan tubuh Remon.
*****
Di perjalanan menuju kediaman Saw, Berlin berulang kali menghubungi Sandara. Namun Sandara tidak pernah menjawab panggilan telefon dari nya.
Setiba nya di kediaman Saw, Berlin langsung bergegas berlari ke kamar nya. Berlin membuka pintu kamar nya namun tidak menemukan Sandara.
Kemudian ada salah satu pelayan yang menghampiri nya sambil menatap wajah Berlin dengan sangat ketakutan.
" Maaf tuan, bukannya saya lancang, tapi nona muda. "
" Ada apa? Dimana Sandara? Kenapa dia tidak ada di kamarnya? "
Berlin menatap pelayan itu dengan penuh amarah.
" Nona muda sedang berada di kamar tuan Remon. "
Pelayan itu berbicara dengan nada suara yang bergetar. Kemudian Berlin berlari menuju kamar Remon Saw, Dengan segala amarah yang sudah memuncak semenjak mendengar kebenaran dari Aroy.
Berlin dengan kemarahannya itu mendobrak pintu kamar Remon. Dan saat pintu itu di buka, Sandara sudah duduk meringkuk sambil memegangi kepala nya yang masih di jambak oleh Remon.
" Apa yang kau lakukan?? "
Berlin berteriak lalu menghampiri Remon yang juga terlihat terkejut dengan kedatangan Berlin. Tanpa keraguan sedikit pun Berlin meraih kerah Remon dan memukul wajah Remon hingga Remon terguling di lantai.
" Berlin...!!! Tunggu penjelasan ayah, wanita ini berusaha menggoda ayah, dan ayah hanya ingin memberikan pelajaran kepada nya. "
Remon masih berusaha berkilah, lalu ia menunjuk wajah Sandara dengan tatapan mengancam.
Sandara yang melihat wajah Remon itu hanya bisa tersenyum menyeringai. Dan Berlin kembali meraih kerah Remon.
" Kau ingin memberikan pelajaran kepada istri ku? Pelajaran apa yang ingin kau berikan? "
" Dia sudah kurang ajar, dan berusaha keras untuk menggoda ku, jadi aku menjambak rambut nya dan memperingatkannya bahwa aku bukan lah pria seperti itu. "
Saat mendengarkan penjelasan Remon tersebut, Sandara tiba-tiba saja tertawa. Dan di tengah tawa nya Sandara juga meneteskan air mata nya.
" Lelucon macam apa ini? Kau begitu bersemangat ingin memberiku pelajaran? Dan apa kata mu? Aku menggoda mu? Cih...kau sangat menggemaskan dengan wajah itu. Wajah yang ketakutan, apa kau tidak ingat masa lalu? Ah, dan aku belum memberitahu mu, putra kesayangan mu ini sudah mengetahui apa yang kau lakukan kepada ku saat itu. "
Remon terlihat terkejut dengan perkataan Sandara, kemudian Remon menatap Berlin.
" Jangan percaya dengan perkataan nya, dia hanya ingin membuat ku hancur dan berselisih paham dengan mu. "
" Sandara, keluar lah, aku ingin berbicara empat mata dengan ayah ku. "
Berlin pun meminta Sandara untuk meninggalkannya dengan Remon berdua saja. Sandara pun berlalu pergi meninggalkan Berlin dan juga Remon, lalu Sandara tersenyum menyeringai ke arah Remon.
" Apa yang kau lakukan? "
Berlin kembali bertanya dengan kedua mata nya yang sudah berkaca-kaca.
" Kau harus percaya dengan apa yang ayah katakan. Tidak mungkin ayah mengkhianati putra ayah. "
" Cukup...!!! "
Berlin yang tidak tahan dengan semua alasan yang di lontarkan Remon itu pun akhirnya membentak Remon dengan tatapan mata yang sangat tajam.
" Apa kau lebih mempercayai wanita yang belum lama kau nikahi itu dibandingkan dengan ayah mu sendiri.? "
" Cukup hentikan perbuatan hina mu itu, kau...kau...apa yang kau lakukan dengan Issabel? Kau juga melakukannya kepada Issabel. "
Remon sangat terkejut mendengar perkata Berlin dan terlebih lagi Remon mendengar nama Issabel.
" Apa maksudmu? Kenapa kau membahas Issabel? Ini semua tidak ada hubungannya dengan Issabel. Dan aku? Apa yang aku lakukan? "
Remon tetap saja terus mencoba melindungi diri nya, dan mencari alasan.
" Kematian Issabel, kau lah penyebabnya. Bukankah begitu? Ayah? "
Berlin bertanya sambil mengepalkan kedua tangannya. Berlin benar-benar ingin menghabisi pria di hadapannya itu. Namun ia terus bertikai dengan hati nurani nya, Berlin masih memberikan kesempatan untuk Remon mengakui segala nya.
" Aku? Kenapa aku menjadi penyebab kematian Issabel.? Dia meninggal karena kau tidak menyukai nya bukan? Kau menyukai laki-laki? Dan selama ini ayah selalu di sisi mu, ayah tidak pernah menyalahkan mu. Dan kenapa kau malah menyalahkan ayah seperti ini? "
" Ayah!!!! "
Berlin kembali berteriak lalu ia melayangkan tinju nya ke tembok yang berada di belakang ayah nya itu. Bahkan tangan Berlin sampai mengeluarkan darah.
" Kau...kau memaksa Issabel untuk memenuhi has rat mu, dan kau? Tidak hanya sekali kau melakukannya. Dan aku? Aku seperti boneka yang sangat bodoh bagi mu. Aku sangat bodoh sehingga tidak menyadari penderitaan Issabel karena ulah mu. Bahkan Issabel sampai mengandung anak haram dari mu. "
Remon sangat terkejut mendengar nya, Remon juga kebingungan untuk menjawab pertanyaan dari Berlin.
" Kenapa kau melakukannya? "
" Siapa orang yang berani memfitnah ku seperti itu? "
" Ini bukan fitnah, tetapi ini adalah kebenaran yang kau sembunyikan. Dan kau tidak perlu tau siapa yang memberitahuku. Aku hanya ingin mendengar jawaban dari mu. Kenapa kau melakukannya? "
Remon pun terdiam, Remon bahkan tidak bisa menatap mata Berlin. Remon hanya bisa mengepalkan kedua jemari tangannya.
" Kenapa? Kau tidak bisa menjawab nya? Baiklah, aku akan meninggalkan kediaman Saw. Jangan pernah muncul di hadapan ku lagi, aku benar-benar kecewa kepada mu. Dan satu hal lagi, aku akan menghentikan pembiayaan mu dan rumah ini. Dan aku akan membawa nenek bersama dengan ku meninggalkan rumah hina yang sudah kau bangun ini. "
Remon terlihat begitu marah mendengar keputusan yang telah di buat oleh Berlin dengan sepihak itu.
" Kau...berani sekali kau melakukan hal kejam seperti ini kepada ayah mu. Apa kau tidak ingat? Dari mana kau mendapatkan semua kekayaan ini? "
" Hal kejam? Apa kau masih pantas di sebut ayah? Dan untuk semua kekayaan yang aku miliki, ini adalah hasil kerja keras ku. Setelah kau memberikan hak kepadaku untuk mengatur segala nya. Aku lah yang mengelola nya. Dan apa yang kau lakukan? Kau hanya duduk manis dan melakukan hal hina kepada wanita yang aku nikahi. Bukankah begitu? Ayah? "
Beri
Like
Comment
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments