*****
" Nona muda, kebetulan sekali, saya hampir saja melupakannya. Sebenarnya hari ini adalah hari ulang tahun tuan muda, dan biasa nya tuan muda selalu menghindari hari ulang tahun nya , dan tuan muda Berlin pasti akan datang kemari.
" Wah, ternyata hari ini adalah hari yang baik, bagus lah kalau begitu, aku akan menunggu nya di sini. Lagi pula ini adalah rumah ku. "
Sandara tidak menyadari bahwa rumah nya itu bukan lah milik nya lagi, melainkan milik Berlin. Dan pelayan itu pun sengaja tidak memberitahukannya kepada Sandara karena Dion melarang nya.
Sudah hampir enam jam lebih Sandara menunggu kedatangan Berlin, hingga Sandara tidak terasa telah tertidur di sebuah bangku di dalam ruangan Dion.
Krieeetttt...
Terdengar suara seseorang yang sedang membuka pintu, dan dia ternyata adalah Berlin.
" Bibi Sian, siapa gadis itu? Mengapa dia bisa tidur di sembarang tempat? "
Berlin terlihat risih melihat ada orang asing di dalam ruangan yang saat ini sedang ia datangi itu.
" Maaf tuan muda Berlin, dia adalah putri tuan Dion, nona muda Sandara. Dia baru saja keluar dari rumah sakit jiwa. "
" Oh, ternyata dia gadis gila itu. "
Berlin terlihat sedang mengamati setiap lekuk wajah Sandara yang saat ini sedang tertidur pulas itu. Kemudian Berlin melewati Sandara dan duduk di samping tempat tidur Dion.
" Tuan Dion, bagaimana? Apakah kau sudah siap? "
Dion mengangguk dan kemudian duduk dengan tegak di hadapan Berlin.
" Sandiwara mu sudah selesai, dan sekarang keadaan mu juga sudah semakin membaik. Semua berjalan sesuai rencana. Besok adalah hari pernikahan ayah ku dan juga istri mu, aku berharap kamu bisa hadir dan mengacaukan pesta itu. Bagaimana dengan suara mu? "
" Saya masih menjaga pita suara saya dan tidak banyak berbicara, saya hanya menjawab pertanyaan dari tuan muda Berlin. "
" Bagus, aku akan membawa putri mu dari rumah ini, dan aku akan langsung memperkenalkannya sebagai calon istri ku. Maka semua berita itu akan musnah dan aku akan menguasai seluruh harta Saw. "
Berlin begitu puas dengan rencana yang selama ini telah ia rencanakan. Dan setelah Berlin memperbaiki citra diri nya di hadapan para petinggi-petinggi, maka semua yang telah dimilikinya akan kembali kepada nya. Kakek nya pasti akan mempercayai nya kembali sebagai penerus ahli waris keluarga Saw.
" hei, bangunlah. "
Berlin menggoyang-goyangkan tubuh Sandara, sehingga Sandara merasa terganggu dan akhirnya terganggu dengan apa yang di lakukan Berlin.
Sandara membuka kedua mata nya, ia masih dengan samar melihat wajah Berlin yang saat ini tepat berada di depan wajah nya.
" Argghhh...siapa kau? "
sandara sangat terkejut sehingga ia tanpa sadar mendorong tubuh Berlin.
" Dasar wanita gila, kau benar-benar gila ternyata, berani sekali kau mendorong tubuh ku. "
Tatapan Berlin mulai menajam, aura nya pun menjadi suram. Sandara masih terdiam terpaku melihat Berlin dan juga mendengar kalimat yang begitu angkuh dan sombong yang keluar dari bibir manis Berlin.
" Nona, beliau adalah tuan muda Berlin. "
Pelayan itu terlihat khawatir melihat wajah Berlin yang sudah menyeramkan sambil menatap Sandara. Jadi pelayan itu memberitahukan kepada Sandara dengan berbisik di telinga Sandara.
" Tuan muda Berlin? Oh, jadi itu kau rupanya. "
Sandara yang mengetahui sosok di hadapannya itu adalah Berlin itu pun tanpa raasa takut menyebut nama Berlin.
" Kenapa kau begitu lancang? Berani sekali kamu terhadap ku? "
" Apa yang harus aku takuti? Siapa diri mu sampai aku harus takut kepada mu? "
Pelayan itu yang melihat sikap Sandara pun mejadi khawatir.
" Nona, tolong jangan berbicara seperti itu, saat ini hidup dan mati nona ada di tangan tuan muda Berlin.
Pelayan tersebut kembali berbisik di telinga Sandara. Sandara seketika itu menyipitkan mata nya dan mengerutkan dahi nya.
" Apa maksud dari perkataan mu itu? "
" Dara, Hentikan...kamu harus mengikuti apa yang di katakan tuan muda Berlin. "
Dion yang sudah tidak tahan menyaksikan putri nya yang sudah membuat Berlin marah itu pun akhir nya angkat bicara.
" Ayah? Ayah bisa berbicara dengan lancar? "
" Ini semua berkat tuan muda Berlin, dan kamu harus berterimakasih kepada nya, saat ini ayah tidak memiliki apapun, jadi ayah harap kamu mau untuk bekerjasama dengan ayah. "
Sandara menatap wajah Berlin tanpa rasa takut sedikit pun. Di dalam hati Sandara saat ini hanyalah, rasa ingin balas dendam kepada Atikah.
" Menarik sekali gadis gila ini, rupanya dia tidak mengenal rasa takut. Ini adalah sesuatu yang harus aku dapat kan untuk melawan semua cibiran-cibiran dari orang-orang yang telah meremehkan diri ku. '' Batin Berlin.
" Aku sudah tidak punya banyak waktu untuk basa-basi ataupun menjelaskannya kepada mu, sekarang ikutlah dengan ku. "
Berlin yang begitu ingin segera memperbaiki nama baik nya itu pun menjadi semakin tidak sabar, dan ingin segera membawa Sandara ke rumah nya.
" Tunggu? Kenapa aku harus ikut dengan mu? "
Sandara begitu terkejut ketika Berlin mengatakan bahwa dirinya harus segera ikut dengan Berlin.
" Apakah ayah mu tidak memberitahumu soal perjanjian yang telah dibuatnya dengan ku? Kau adalah milikku saat ini. Jadi turuti saja perkataan ku, jangan banyak bertanya, aku tidak menyukai wanita yang terlalu banyak bicara. "
" Sandara, tolong kamu turuti apa yang di katakan tuan muda Berlin. Ayah mohon...hanya kamu yang bisa membantu ayah saat ini. "
" Apa ayah menjual ku? Kenapa aku harus menuruti perkataan nya? Ini adalah hidup ku. Kalau memang perjanjian itu adalah, aku harus menikah dengannya, aku akan menikahi nya, tetapi aku tidak ingin ada orang yang bisa memerintah ku seenaknya. "
Sandara merasa terhina jika harus menuruti perkataan Berlin. Ia hanya ingin menikah untuk membalaskan dendam kepada Atikah. Sandara tidak ingin lagi menjadi budak dari seseorang.
" Sandara...!! Uhuk...uhuk...uhuk..."
Dion yang meninggikan suaranya itu sampai batuk-batuk karena pita suara nya yang masih rawan itu belum sepenuhnya pulih.
" Ayah? Ayah tidak apa-apa? "
" To...long...bantu ayah, sekali ini sa...ja..."
Sandara terlihat sedang memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil. Lalu kemudian dengan sangat berat hati ia menuruti keinginan ayah nya itu.
" Baiklah ayah..."
Berlin yang sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi itu pun segera menarik tangan Sandara, dan membawa Sandara untuk segera masuk ke dalam mobil nya.
Dion membuka pintu mobil nya dengan kasar, kemudian melemparkan tubuh Sandara hingga tubuh Sandara meringkuk di dalam mobil Berlin.
" Dasar laki-laki tidak berperasaan. " Gumam Sandara, kemudian membenarkan posisi duduk nya.
Setelah sampai di kediaman keluarga Saw, Berlin dengan segera memperlakukan Sandara dengan sangat istimewa, berbeda sekali dengan sikapnya sebelum sampai di kediaman keluarga Saw.
Beri
Like
Comment
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
nyicil dulu yuk kak .. ditunggu feedbacknya
2022-07-31
1
rasman sp
ngapain juga bantu ayah yang seperti setan
2022-05-31
1