Tidak Pulang

MALAM ini Pras tidak pulang lagi. Ana sudah berkali-kali menghubungi suaminya itu tapi tak pernah diangkat oleh laki-laki yang menikahinya 4 tahun lalu. Jika menelepon pada nomor kantor, pasti yang akan menjawab sekretarisnya yang keganjenan itu. Ana berpikir keras, bagaimana caranya agar dia bisa bicara dengan Pras.

Tok tok tok..

Suara ketukan pintu membuyarkan pikiran Ana yang penuh dengan suaminya. Ana bergegas ke depan.

"Mama mau ke mana?" tanya si sulung.

"Ada tamu, Kak. Mama buka pintu dulu ya."

Ana membukakan pintu dan langsung memasang wajah kesal dan marahnya pada tamu itu.

"Mau apa kamu ke sini!?" Tanya Ana ketus.

"Ya ingin ketemu kamu, An." Jawab tamu itu santai.

"Jangan pernah datang lagi ke sini!"

"Kenapa, An? Apa suamimu marah? Apa dia tidak pulang?"

Dari mana dia tahu jika Mas Pras tidak pulang?

"Bukan urusan kamu! Sekarang kamu pergi dari rumahku!" Usir Ana.

"An, jika dia meninggalkanmu, aku siap menggantikannya."

"Pergi dari rumahku! SEKARANG!"

"Mama kenapa teliak-teliak?" Arzanka yang mendengar Mamanya berteriak langsung berlari ke arah Ana.

"Enggak, Sayang. Kamu mainan lagi ya sama adek." Balita 3 tahun itu pun mengangguk dan kembali ke ruang keluarga.

"Pergi dari rumahku! Aku tidak mau melihatmu lagi, Nik." Ana menggeram, takut jika putranya kembali mendengar teriakannya.

"Aku masih membuka hatiku untukmu." Niko, si tamu yang tidak diharapkan itu, dengan tidak tahu dirinya terus menggoda Ana agar mau meninggalkan suaminya.

"Aku tidak akan pernah datang padamu! Aku akan tetap di sini karena di sinilah tempatku!" Ana masih berpegang teguh pada pendiriannya.

"Meskipun suamimu meninggalkanmu?" Niko menaikkan sebelah alisnya.

"Dia tidak meninggalkanku jadi jangan berharap padaku!"

Blamm!!

Ana masuk dan membanting pintu di depan Niko. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa laki-laki itu masih mengejarnya? Setelah sekian lama, apakah laki-laki itu masih menginginkannya? Apa tidak ada wanita lain yang bisa membuatnya tertarik?

Ana tidak mau memikirkan hal itu, masa bodoh! Yang sedang dipikirkannya adalah bagaimana agar suaminya mau mendengarkan penjelasannya dan percaya padanya bahwa dia tidak berselingkuh dengam laki-laki lain.

Sekali lagi Ana menghubungi suaminya, tapi tetap tidak ada jawaban dari laki-laki yang masih sangat dicintainya itu. Entah kenapa, Ana selalu memaafkan setiap perbuatan suaminya itu. Apakah memang cinta itu benar-benar buta?

Terlintas dipikiran Ana untuk menghubungi sahabatnya. Deby. Ya, Deby. Ana berharap Deby bisa membantunya untuk menjelaskan pada suaminya hal yang sebenarnya.

"Tolong aku, Deb..." ucap Ana begitu panggilannya tersambung dengan sahabatnya itu.

"Ada apa, An?" Tanya Deby diseberang telepon.

"Mas Pras tidak pulang sejak kemarin malam, Deb."

"Apa yang membuat Mas Pras tidak pulang?"

"Kemarin malam Niko datang ke rumah. Dia memaksa masuk dan bicara denganku, aku tidak mengizinkan dia masuk dan kami mengobrol di kursi teras. Mas Pras pulang dan langsung marah-marah mengusir Niko. Kami pun bertengkar malam itu dan Mas Pras pergi. Dan dia belum pulang sampai sekarang.." Ana mulai menangis. "Aku tidak ingin kehilangan dia, Deb."

"Kamu yang tenang dulu, An. Sabar ya. Aku akan mencoba berbicara dengan Mas Pras."

"Aku sangat butuh bantuanmu, Deb."

"Oke, akan aku coba."

Sambungan telepon pun terputus. Ana mendesah panjang, berdoa agar Deby bisa menolongnya.

🌹🌹🌹

SEORANG wanita melangkahkan kakinya dengan anggun di lantai perkantoran. Dia memasuki lift menuju lantai 8. Keluar dari lift, dia langsung menuju meja yang bertuliskan 'sekretaris'.

"Apa Pak Prasetya ada?" tanya wanita itu.

Una, sekretaris Pras meneliti wanita di depannya. Dia merasa pernah melihat wanita itu, tapi di mana? "Anda siapa? Apa Anda sudah ada janji dengan Pak Pras?" tanyanya.

"Aku ada keperluan mendadak, jadi tidak membuat janji terlebih dahulu. Bisakah saya bertemu dengannya? Saya ingin menawarkan kerja sama." Jawab wanita itu bohong.

"Sebentar." Una memberi tahu Pras lewat sambungan telepon kantor. "Silakan Anda masuk." Ucapnya kemudian.

Wanita itu tersenyum lalu masuk ke ruangan Pras. "Selamat siang, Mas."

Pras yang sedang mengecek berkas-berkas yang menumpuk di mejanya mendongak. "Mau apa kamu ke sini? Apa Ana yang menyuruhmu?" Tanyanya dingin.

Wanita itu duduk di kursi yang berada tepat di depan meja kerja Pras. "Tidak, Mas. Aku ke sini karena keinginanku."

Pras mendengus mendengar jawaban tamu wanitanya. "Kau pikir aku percaya?"

"Mungkin kamu tidak percaya padaku, Mas. Tapi itu kenyataannya. Aku hanya tidak tega saat Ana meneleponku sambil menangis, menceritakan apa yang sedang terjadi diantara kalian."

"Dia sudah mengkhianatiku!" tukas Pras.

"Apa dia berpegangan tangan dengan Niko? Apa dia duduk berangkulan dengan Niko? Atau bahkan Niko mencium keningnya? Seperti yang pernah kamu lakukan dengan sekretarismu, Mas?" Wanita itu, Deby, menjeda ucapannya.

"Jangan ikut campur masalah keluargaku! Urus saja urusanmu sendiri!"

"Ternyata memang benar jika laki-laki itu egois, lebih mementingkan gengsinya di atas segalanya. Sedangkan perempuan lebih mementingkan perasaan. Kamu tahu Mas, kenapa Ana tetap bertahan meski kamu menduakannya? Itu karena anak-anak. Dia tidak ingin anak-anaknya tumbuh tanpa keluarga yang lengkap. Dan dia juga masih sangat mencintaimu. Sejak dulu Niko selalu berusaha mendapatkannya, tapi dia tetap memilihmu karena yang dicintainya hanya kamu. Dia memaafkan semua kesalahanmu juga karena cinta. Dan dia tidak membalas perbuatanmu meskipun dia bisa melakukannya juga karena cinta. Tapi kamu lebih mementingkan egomu, gengsimu, tanpa mempedulikan perasaannya dan anak-anakmu." Deby menarik napas panjang.

Pras mulai diam, entah apa yang dipikirkannya.

"Aku sudah mengatakan semuanya, semua yang aku tahu tentang Ana. Ana masih menantimu meski kamu tidak pulang berhari-hari. Bahkan jika kamu tidak pulang berbulan atau tahun pun dia akan tetap menunggumu. Mungkin dia wanita bodoh yang tetap mencintai laki-laki yang sudah mengkhianatinya. Atau mungkin dia terlalu baik hingga selalu memaafkan semua kesalahanmu."

Pras masih diam, tanpa menatap Deby.

"Pikirkan baik-baik, Mas. Sebelum kamu menyesal. Aku pamit. Selamat siang."

Deby meninggalkan ruangan Prasetya dengan perasaan yang sangat lega. Dia bisa menyampaikan semua yang dirasakan oleh sahabatnya. Diamnya Pras membuatnya sedikit tersenyum, pasti Mas Pras sedang memikirkan kata-kataku.

🌹🌹🌹

ANA baru saja selesai menyusui si kecil dan membaringkan di dalam boks bayi, saat dia mendengar suara rengekan si sulung.

"Papa belum pulang, Ma? Kakak mau bobo sama Mama."

"Sini, Sayang."

Ana meraih tubuh mungil balita 3 tahun itu. Dia merasakan tubuh putranya sedikit hangat. "Kakak pusing? Atau capek?"

"Pusing apa, Ma?

Ana baru sadar jika putranya belum mengerti apa otu pusing. "Kakak capek?"

Balita 3 tahun itu meringkuk dalam dekapan Ana. Jam 9 malam, Ana merasakan tubuh putranya semakin panas dan semakin panas. Dia sempat panik karena Arzanka tidak membalas panggilannya. Ana sudah mengompresnya tapi tetap saja panas, Ana menepuk pipi balita itu tapi tidak ada respon apapun.

Ana bangkit, dia meraih ponselnya dan menelpon suaminya. Entah sudah berapa kali dia menelepon Pras, hingga jam menunjukkan hampir jam 10 malam. Ana menyentuh lagi tubuh putranya. Dia semakin panik saat dirasanya tubuh putranya semakin panas.

Sekali lagi dia mencoba menghubungi Pras, tapi masih sama. Kamu di mana sih, Mas?

Akhirnya Ana menelepon taksi online, dia harus membawa Arzanka ke rumah sakit. Selagi menunggu taksi datang, dia bergegas memasukkan pakaian dan barang-barang yang sekiranya diperlukan. Dia membawa tas besar karena berisi pakaian mereka bertiga. Dia juga akan membawa si kecil.

Tak berapa lama, suara klakson mobil terdengar di depan rumah. Dia langsung menyampirkan tas di bahunya, menggendong Arzanka di tangan kiri sementara Arzetta ditangan kanan.

Sopir taksi yang melihat Ana sangat kerepotan segera membantu menggendong Arzanka dan mengambil tas yang berada di lengan Ana. Ana duduk di kursi penumpang dengan dua kepala buah hatinya dalam pangkuan.

"Rumah sakit."

**Cirebon, 11 Maret 2022

Jangn lupa mampir juga dikarya teman Emak yaaa ga bakal nyesel deh bacanya**.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!