Cintai Aku Lagi, Mas

ANA masuk kembali ke kamar untuk berganti pakaian seraya menggerutu. Dirinya saja tergoda oleh wanita lain! Dia hanya mengganti atasannya saja dengan blus lengan pendek.

"Cepetan, Ma.." rengek si sulung saat Ana keluar kamar.

"Iya, Kak. Maaf ya, Mama lama ya?" Ana langsung menggendong Arzetta.

Mereka pun berangkat.

"Ke mana, Kak?" Tanya Pras pada anak sulungnya.

"Dufan!" Seru Arzanka gembira.

"Oke!"

"Yeeaayy!!"

Ana sangat bahagia melihat kegembiraan anak-anaknya. Selama perjalanan, Arzanka selalu bertanya ini dan itu. Anak seusia itu memang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, serta selalu.ingin tahu akan segala hal. Masa yang juga disebut sebagai periode emas.

Saat Arzanka ketakutan melihat Pras, Ana sangat khawatir jika kondisi putranya itu akan berkelanjutan karena Pras masih memiliki hubungan dengan sekretarisnya. Hal itu juga yang menjadi alasan dan penyemangat Ana jika dia merasa malu dan ingin berhenti menggoda Pras.

Pras yang semakin dekat dengan wanita lain, akan memicu sikapnya yang semakin kasar pada keluarga. Itulah sebabnya, Ana berusaha menggoda lagi suaminya demi menyelamatkan kejiwaan sang putra juga keutuhan rumah tangganya. Dia masih mencintai Pras dan tidak ingin kehilangan laki-laki itu.

Mereka sudah sampai di Dufan, Arzanka terlihat sangat bahagia. Begitu turun dari mobil, balita itu hendak langsung berlari ke arah wahana bermain itu. Untung saja Ana segera mengejarnya dan mencekal tangan balita itu sebelum tertelan oleh desakan pengunjung yang memenuhi area bermain.

Ana yang juga menggendong Arzetta menuntun kembali Arzanka ke arah mobil. "Kita tunggu Papa, Kak."

"Aku mau naik itu, Ma." rengek balita itu.

"Iya, Kak. Tapi nanti tunggu Papa."

"Kenapa jagoan Papa nangis?" Tanya Pras yang sudah bergabung dengan mereka.

"Mau naik itu!" Tunjuk Arzanka pada sebuah wahana komedi putar.

"Tadi Arzanka lari ke arah komedi itu, untung aku masih bisa meraih tangannya sebelum dia terbawa oleh desakan pengunjung." Ana menjelaskan.

Pras menggendong tubuh mungil putranya. "Oke, kita naik kuda yuk! Tapi Kakak jangan lari sendiri ya. Harus sama Mama dan Papa." Balita itu mengangguk.

Mereka menaiki wahana-wahana yang aman bagi anak-anak. Dari luar, mereka bagaikan keluarga yang sempurna, membawa anak-anak bermain, tertawa bersama, bercanda dan bergandengan tangan. Tapi siapa sangka, jika di dalamnya keluarga itu memiliki luka. Luka karena pengkhianatan laki-laki itu yang memiliki wanita lain di luar sana.

Ana duduk di salah satu gerai makanan yang ada di area Dunia Fantasi. Arzetta ada di pangkuannya sementara Pras dan Arzanka sedang memilih makanan dn minuman untuk mereka santap sebagai makan siang.

Pras datang membawa 2 nampan sambil menggendong Arzanka. Ana langsung mengambil kedua nampan itu dari tangan suaminya agar tidak jatuh. Mereka mengelilingi meja berkursi empat, Ana dan Pras berhadapan dan kedua anak mereka berada diantaranya.

"Banyak banget es krimnya, Kak. Kakak mau habisin semuanya?" Tanya Ana pada putranya.

"Buat Mama."

"Buat Mama?"

Arzanka mengangguk. "Bial Mama ga nangis lagi, bial Mama senyum. Es klim manis, Ma. Ga pahit, jadi Mama jangan nangis."

Mata Ana berkaca-kaca mendengar ucapan putranya, dipeluk dan diciumnya anak sulungnya itu. Setetes cairan bening menghiasi pipi Ana.

Pras termangu mendengar ucapan putranya. Apa selama ini Ana sering menangis? Karenaku? Karena perkataan dan perbuatanku?

Mereka menghabiskan hari Minggu ini dengan penuh kegembiraan dan baru kembali saat hari sudah sore. Di perjalanan, Pras membeli makanan untuk makan malam mereka.

Sampai di rumah anak-anak tidur semua dan langsung di pindah ke tempat tidur masing-masing. Ana langsung membersihkan diri di kamar mandi. Saat hendak mengeringkan tubuhnya, dia baru sadar jika dia tidak membawa handuk atau pun kimono.

"Mas, kamu di kamar enggak?"

Prasetya yang sedang duduk di ranjang dan sedang bicara di telepon tidak mendengar panggilan Ana.

"Mas! Kamu dengar aku enggak?" Ana menaikkan volume suaranya.

"Kenapa teriak-teriak!?" Tanya Pras disertai bentakan.

"Tolong ambilkan handuk, Mas. Aku lupa." Jawab Ana dari balik pintu kamar mandi.

Pras pun mengambilkan handuk dan memeberikannya pada Ana lewat pintu kamar mandi yang dibuka sedikit. Tapi, Pras langsung mendorong pintu itu dan masuk kamar mandi.

"Aww! Mas! Kamu kenapa masuk!?" Pekik Ana seraya menutupi bagian tubuh sensitifnya karena handuk masih ditangan Pras.

Prasetya tersenyum mendekati Ana.

"Kamu mau apa, Mas!?" Ana terlihat panik saat suaminya semakin dekat.

Tangan Pras terulur untuk meraih wajah istrinya. "Kenapa, Sayang? Apa kamu tidak merindukan saat seperti ini? Dulu kita sering mandi bersama, kan? Apa sekarang kamu sudah tidak ingin mandi bersamaku lagi?" Suara Pras rendah dan serak seraya mengikis jarak diantara mereka.

Mata Ana terpejam menikmati sentuhan tangan suaminya di wajahnya. Pras tahu, jika air yang mengalir di pipi istrinya kali ini bukan air sisa mandi sang istri, tapi air mata wanita yang dinikahinya 4 tahun lalu itu.

Pras memeluk pinggang Ana erat dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih setia membelai lembut pipi Ana menggunakan ibu jarinya. "Kenapa menangis?"

Ana membuka matanya perlahan. Mata itu sembab dan sedikit merah, bibirnya bergetar saat menjawab, "Aku pikir, kamu sudah tidak menginginkanku lagi, Mas."

Pras menyatukan keningnya dan kening istrinya. "Aku minta maaf, Sayang."

Ana memejamkan matanya kembali dan bulir bening itu kembali meluncur dari matanya yang terpejam. Entah sudah berapa purnama suaminya itu tidak pernah memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.

Ana duduk di depan meja rias, menyisir rambut panjangnya yang basah dengan senyum yang merekah. Dia teringat kejadian beberapa menit yang lalu, saat suaminya mengajaknya bernostalgia ke masa awal-awal mereka menikah. Bercinta di kamar mandi.

Ana segera menyelesaikan merias diri saat dirasa suaminya sebentar lagi keluar dari kamar mandi. Dia tidak ingin bertemu pandang dengan sang suami saat ini karena akan membuatnya malu dan salah tingkah. Dia memilih ke kamar Arzanka, beralasan melihat putranya apakah masih terlelap atau sudah bangun.

Keluar kamar mandi Pras mendapati kamarnya yang kosong, hanya ada si kecil yang tidur di ranjang bayinya. Pras mengeringkan rambutnya dengan handuk dan tersenyum. Rasanya masih sama. Tetap nikmat dan menggelora. Pras merasa mendengar lagi permintaan istrinya beberapa menit yang lalu, saat selesai bercinta.

"Cintai aku lagi, Mas."

Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di telinga dan otaknya.

Ana menghangatkan makanan yang dibeli sore tadi sepulang dari arena bermain untuk makan malam. Pras menghampirinya di dapur dengan pakaian yang rapi untuk bepergian.

"Aku pergi dulu ya. Ada janji dengan teman." Ucap Pras.

"Teman siapa, Mas?" Pancing Ana, padahal dia tahu jika suaminya akan menemui wanita selingkuhannya. Ana diam hanya ingin melihat, apakah suaminya akan jujur padanya atau malah bermalam dengan wanita itu.

"Teman sekolah dulu." Maaf, An.

Masih berbohong. "Jangan terlalu malam pulangnya, Mas. Besok kamu kerja, jadi jam 10 malam kamu sudah harus ada di rumah."

"Iya, Sayang. Aku pasti pulang." Pras mencium kening Ana sebelum pergi.

Apa begitu mudah bagi laki-laki menebar kata 'sayang'?

🌹🌹🌹

PRASETYA mengetuk pintu sebuah rumah sederhana. Pintu dibuka dan menampakkan seorang wanita yang menyambutnya dengan senyum merekah.

"Akhirnya kamu datang juga, Mas. Masuk."

Wanita itu menarik tangan Pras agar masuk rumah. Pras duduk di sofa dan wanita itu di sampingnya. Wanita itu, Una, mengusap-usap lengan Pras lembut.

Lihatlah, An. Suamimu masih datang memenuhi permintaanku. Una tersenyum miring.

"Katanya mau makan malam?" Tanya Pras.

"Oh, tentu Mas. Aku sudah masak. Ayo."

Mereka lalu menuju meja makan dan makan malam bersama. Selesai makan mereka duduk kembali di sofa. Una menyandarkan kepalanya di lengan Pras. Una bercerita banyak hal tentang impiannya bersama laki-laki di sampingnya itu, dan Pras hanya menanggapi dengan anggukan.

Pras melihat jam di pergelangan tangannya. "Sudah hampir jam sepuluh. Aku pulang ya.."

"Pulang? Kenapa tidak menginap saja?"

"Tidak enak pada tetangga."

"Jangan dengarkan apa kata mereka, Mas."

"Aku tidak bisa. Arzanka pasti mencariku."

"Please, Mas. Malam ini saja kamu menginap." Bujuk Una memohon.

Prasetya diam. Dia bingung harus bagaimana. Menginap di rumah Una seperti keinginan wanita itu? Atau pulang ke rumah sebelum jam 10 malam sesuai pesan istrinya?

**Cirebon, 5 Maret 2022

Sambil nunggu jawaban Mas Pras, silakan baca karya teman literasi aku yang keceh badai yaaa. Ceritanya seru dan bikin emosi jiwa raga. Pokoknya bawaannya pengen bunuh si Arga deh ( kalau aku sih gitu 😁).

👉 Novel : DENDAM

👉 Author : Nazwa Talita

Blurb 👇**

......***Setelah disiksa, dikhianati dan dibuang di suatu tempat dalam keadaan hampir tak bernyawa, Gendis bertekad Mengubah Takdir demi membalas dendam pada Arga Demian, pria tampan berhati iblis yang pernah menjadi kekasih rahasianya.......

...Akankah Gendis berhasil membalaskan dendam dan sakit hati pada pria yang selama ini terus bersemayam di hatinya? Atau dia justru kembali terjebak dan terjerat pada pesona Arga Demian dan kembali menkatuhkan hatinya pada pria itu***?...

Terpopuler

Comments

Bhebz

Bhebz

bunga untukmu Ana

2022-06-27

0

Bhebz

Bhebz

love you Ana

2022-03-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!