Ransum Makan Siang

PRASETYA masih diam. Dia bingung, apakah menuruti wanita di hadapannya untuk menginap? Ataukah pulang sebelum jam 10 malam sesuai pesan istrinya?

"Ya, Mas. Please..." Una memasang wajah penuh permohonan.

Pras masih bimbang. Tapi wajah penuh kegembiraan putranya saat bersamanya dan senyuman manis Ana berkelebat dalam pikirannya. Dia melepaskan rangkulan Una pada lengannya.

"Maaf. Aku tidak bisa menginap. Arzanka selalu mencariku setiap bangun tidur." Dalih Pras.

"Kamu bisa pulang pagi-pagi, Mas." Una masih berusaha membujuk Pras.

Pras bangkit dari duduknya. "Aku harus pulang."

"Kalau kamu mau, aku bisa memberikan apa yang Ana berikan padamu, Mas!" Seru Una berusaha menahan Pras. "Aku bisa menjadi penghangat ranjangmu!"

Pras tersentak mendengar ucapan Una. Una kembali meraih lengan Pras dan membelai dada laki-laki itu.

"Mau kan, Mas?"

Pras menarik napas dalam. Dia lalu melepaskan tangan Una dari lengannya. "Aku harus pulang. Selamat malam."

Dengan langkah lebar Pras keluar dari rumah Una. Una sangat kesal dan marah karena lagi-lagi dia gagal membawa Pras ke ranjangnya. Dia mengacak yang ada di atas meja hingga berserakan ke lantai sambil berteriak.

"Awas kamu, Ana! Aku pasti akan hancurkan keluargamu! Aku pasti bisa merebut Mas Pras darimu!" Teriak Una penuh amarah.

🌹🌹🌹

PRASETYA sampai rumah hampir jam 11 malam. Dia melihat istrinya tertidur di sofa depan televisi dengan majalah dalam dekapannya. Pras mengangkat tubuh istrinya untuk dipindahkan ke kamar.

Ana membuka mata saat merasakan tubuhnya melayang. Matanya mengerjap beberapa kali melihat siluet seorang laki-laki.

"Mas..." Panggil Ana bertepatan dengan tubuhnya yang mendarat di ranjang. "Kamu sudah pulang? Jam berapa ini?"

"Maaf, aku terlambat pulang. Tapi yang terpenting, aku pulang. Tidurlah, kamu pasti lelah." Pras mencium kening Ana, membuat Ana kembali ke alam mimpi.

🌹🌹🌹

MENJELANG makan siang, Ana membawa kedua anaknya ke kantor Pras. Dia juga membawa ransum berisi makan siang hasil masakannya di rumah. Pras tidak pernah pulang untuk makan siang, jadi dia yang membawa makan siang itu ke kantor.

Ana memakai dres lengan pendek berbahan sifon yang melambai-lambai. Dia melihat Una di meja kerjanya yang langsung menatap dirinya horor saat wanita itu mengetahui kedatangan Ana.

"Mas Pras ada?" Tanya Ana penuh percaya diri. Dia tidak ingin terintimidasi oleh tatapan horor sekretaris suaminya itu.

"Mau apa kamu ke sini!?" Una melontarkan pertanyaan dengan nada super ketus.

"Aku bawa makan siang untuk Mas Pras. Kami akan makan siang bersama." Ana menjawab dengan santai dan senyuman menghiasi bibirnya yang berwarna merah muda.

"Kamu seharusnya tidak perlu datang ke kantor hanya untuk membawa makan siang!"

"Papa! Papa!" Arzanka menggedor-gedor pintu ruangan Pras.

"Jangan menggedor pintu Pak Pras! Dia sedang sibuk!" Bentak Una hingga membuat Arzanka ketakutan dan bersembunyi di belakang tubuh Ana, bertepatan dengan Pras yang membuka pintu.

Ana tidak terima anaknya dibentak, apalagi oleh orang lain. "Jangan bentak anakku! Kamu tidak berhak membentaknya karena aku yang melahirkannya pun tak pernah membentaknya! Jadi dengar baik-baik, jangan pernah mengeraskan suaramu di depan anakku!" Ucap Ana penuh penekanan dan peringatan.

"Ada apa ini? Arzanka!" Pras kaget saat mendapati anak dan istrinya ada di depan ruangannya.

"Papa! Tante itu nakal, malah-malah aku." Arzanka mengadu pada Pras.

Pras menggendong anak sulungnya. Sebelum masuk kembali, dia berucap pada Una. "Jangan pernah membentak anakku." Dia lalu mengajak istri dan anaknya masuk ke ruangannya.

"Ada apa ke sini?" Tanya Pras duduk di sofa.

"Aku bawa makan siang buat kamu, Mas."

Ana membuka ransum yang dibawanya lalu mereka makan siang bersama. Setelah makan, Pras mengantar Ana dan anak-anaknya pulang.

🌹🌹🌹

"APA kamu sudah baikan sama dia, Mas?" Tanya Una dengan sorot mata tajam.

"Tidak salah kan?"

"Jelas salah, Mas! Disaat aku mengharapkan kamu, kamu malah kembali padanya! Aku sudah katakan aku bisa memberikan apapun yang kamu butuhkan! Bahkan urusan ranjang!"

"Aku bisa memenuhi kebutuhan ranjangku bersama istriku, tidak harus melakukan dosa bersamamu!" Balas Pras penuh penekanan.

"Apa karena sekarang istrimu sudah cantik jadi kamu mencampakkanku!?"

"Kalau iya kenapa? Aku tidak pernah mengundangmu dalam kehidupanku! Kau yang menawarkan dirimu!" Tukas Pras tajam lalu masuk ruangannya.

"Mas!" Una masuk ruangan Pras. "Kamu tahu aku sangat mencintai kamu sejak aku menjadi sekretarismu. Aku rela menjadi yang kedua, Mas."

"Tapi aku tidak bisa menjanjikan apapun. Jadi lebih baik kita akhiri semua ini."

"Tidak, Mas. Aku tidak ingin mengakhirinya."

"Keluar dari ruanganku! Kau membuatku pusing!"

"Tapi, Mas.."

"Keluar!"

Dengan sangat terpaksa Una keluar dari ruangan Pras.

🌹🌹🌹

ANA dan Pras kembali mesra, mereka layaknya pengantin baru yang sedang dimabuk cinta. Hari Minggu ini mereka mengunjungi rumah orang tua Pras. Ana sengaja mengumbar kemesraannya dengan sang suami di depan mertuanya yang dulu pernah menyindir tentang penampilannya.

Ana dan Pras duduk berdampingan di sofa dengan tangan yang saling berpegangan. Ana beberapa kali menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya dan Pras yang sesekali mengusap lengan atau kepala istrinya.

Ana membantu Ibu mertuanya memasak untuk makan siang ditemani seorang ART, sementara Pras mengajak anak-anaknya bermain bersama kakeknya.

"Jadi istri tuh harus bisa bagi waktu, An. Antara urus rumah dan urus kecantikan. Jangan kaya babu, udah kumal, bau lagi. Ya laki-laki akan lari." Nasihat Bu Lili.

Ana hanya tersenyum menanggapinya.

Mereka baru pulang menjelang malam. Ana langsung membersihkan diri dan memandikan kedua buah hatinya. Pras membantu Arzanka memakai pakaian pada balita itu sementara Ana pada Arzetta.

Di siai lain, Una selalu berusaha mencari cara agar bisa memisahkan Pras dan Ana. Dia sudah terobsesi pada atasannya itu hingga tidak pernah berpikir bagaimana jika dia berada di posisi Ana. Apakah dia akan diam saja saat ada wanita lain merebut suaminya?

Una tidak peduli dan tidak mau peduli jika dirinya akan disebut selagai pelakor asalkan tujuannya tercapai. Dia tersenyum saat menemukan sebuah ide yang dianggapnya pasti manjur untuk bisa membawa Pras ke ranjangnya.

Una kembali meminta Pras untuk datang menemuinya malam ini di rumahnya, tapi Pras menolak. Una tidak kehabisan akal, dia mencari berbagai alasan agar Pras mau datang ke rumahnya.

Akhirnya, Una menjalankan rencananya di kantor saat dirinya dan Pras sedang lembur karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan malam itu juga.

"Mau ku buatkan kopi?" Una menawari Pras.

Saat ini sudah jam 9 malam lebih 10 menit. Pras pikir, secangkir kopi bisa membuat matanya sedikit segar. Una lalu membuatkan secangkir kopi, tapi dia memasukkan bubuk berwarna putih ke dalam kopi itu.

"Ini, Mas.."

Pras langsung meminum kopi itu tanpa rasa curiga sedikit pun hingga beberapa menit kemudian, dia merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuhnya.

Cirebon, 5 Maret 2022

Terpopuler

Comments

dina r

dina r

sip

2022-04-22

1

Dian

Dian

pengen ku sate una

2022-04-11

1

Fatma Kodja

Fatma Kodja

dasar perempuan gatel, udah tahu Pras sudah beristri tapi mau melakukan berbagai cara untuk merebut Pras dari Ana istri sah bahkan rela menjebak Pras 😑😑😑😑

2022-04-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!