Hari ini cuaca sedang tidak mendukung, tapi semangat dari siswa-siswi kelas 10 membara sampai ke para pengurus rohis yang loyo. Merasa senang dengan rasa antusias dari adik kelas, maka para pengurus dengan tempat yang sudah ditentukan oleh ketua rohis pun segera membuat mereka terkesan.
Shakira sendiri menempati kelas 10 MIPA 4 bersama Nami. Mereka menjadi mentor di sana. Niatnya Shakira menyampaikan materi dengan senang hati, namun ....
"Bukannya itu Kak Shakira si ustadzah galak, ya?"
"Waduh, gak boleh gegabah nih."
"Gak boleh berisik! Nanti diomelin ustadzah galak."
Semua bisikan adik kelas membuat urat nadi di pelipis Shakira tampak timbul. Sembari menahan amarah, kepalan tangannya sudah mengeras di depan wajah. Shakira sengaja menahan amarah di hadapan meja guru, tempat Nami menggunakan laptop warna perak.
Nami yang baru selesai membuka hasil power point itu mendongak menatap iris coklat Shakira yang terkesan horor. Melihatnya saja sudah membuat Nami kesusahan menelan saliva. Dengan senyum miring akan ketakutan, ia bertanya, "L-lo kenapa?"
Biarkan dia mengetahui semuanya, itu yang ada di pikiran Shakira. Tetapi, sepertinya Nami benar-benar tak peka, buktinya dia malah kembali fokus menghadap monitor yang menyinari wajahnya. Bisikan adik kelasnya pun makin meriah hingga gebrakan meja seakan membekam mulut mereka.
Tubuh kerdil Shakira naik turun berdengus amarah. Sekali lirik pun mereka langsung menunduk ketakutan.
"Ampun dah." Shakira berkacak pinggang di depan kelas. Mimik garangnya masih terbentuk jelas, seperti ibu tiri yang memarahi Cinderella. "Emang gua gak dengerin lu apa? Gua kagak enak ya dibilang kayak gitu. Umur belum juga remaja udah doyan ngeghibah. Lu kalau ngegibah yang positif dikit kek."
"Ish, udahlah, Kir." Nami datang mengelus punggung Shakira yang masih naik-turun. "Inget, kita di sini buat jadi mentor, bukan jadi guru BK."
Shakira menoleh Nami sembari melepaskan elusannya. "Tapi mereka—"
"Assalamualaikum." Suara bariton tadi serasa familiar di telinga mereka, menatap badan pintu bercat putih yang tertutup rapat. Dengan sendirinya Nami mempersilahkan masuk dalam keadaan tangan dekat tepisan Shakira. Pintu pun terbuka dan muncul sosok jangkung membawa buku quarto ukuran A4 yang mengerling memeriksa suasana kelas. "Anu, infaknya?"
"Aji?" ucap mereka serempak, disusul dengan teriakan histeris dari para siswi kelas 10. Mereka kembali berbisik-bisik bahkan ada yang terang-terangan bilang bahwa dia fans beratnya Aji.
Tatapan sayu Aji berubah dingin, sekaku tampangnya. "Kalian belum menjawab salamku."
"W-wa'alaikumsalam." Serempak para hawa menyahut dengan suara pelan, bahkan kedua pengurus rohis itu kembali berdiri tegak.
"Infak?" Aji mengulang ucapan sebelumnya dengan wajah yang sama. Tanpa banyak tingkah, Nami ancang-ancang berteriak meminta infak dengan jumlah seikhlasnya kepada murid-murid kelas 10. Lain dengan Shakira yang bersandar di papan tulis putih, ia menunduk melipat tangannya di dada.
"Shakira." Begitu sosok di ambang pintu memanggilnya, gadis temperamen ini spontan menoleh dengan wajah melongo. Ia melihat tangan besar Aji yang mengisyaratkan Shakira untuk segera keluar. Seketika ia terteleng heran, apa ada urusan yang terlewat bersamanya? Ah, masa bodoh! Shakira turuti isyarat Aji. []
...Sebagian page lainnya bisa kamu baca di versi cetak. Maaf atas ketidaknyamanan dan kekecewaan kamu atas pendeknya page 4 sampai extra page....
...Regards,...
...Reirin Mitsu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Doni Arera
yah kurang lengkap dong ceritanya lw separonya d media cetak mah😖
2021-08-31
0
Linda
Teruskan novelnya,oke
2021-03-26
0
Mayleailaria
Shakira ngingetin aku sama diriku sendiri kalau di organisasi. Terkenal dgn "galak"
2020-04-15
4