Sementara itu, Shakira baru saja bangun. Ia mengerjap-ngerjap menajamkan pandangannya, membenci segala kebisingan di kelas yang didudukinya. Segera bangkit duduk tegak dan celingak-celinguk memeriksa ada kejadian apa saja di sini. Mereka bercengkerama dengan yang lain, selebihnya tak ada yang penting untuk Shakira.
"Dor!"
Satu gebrakan keras di mejanya membuat Shakira kaget bukan main, sampai kebablasan keluar latah legendarisnya. Sambil mendekap di dada ia berlatah, "Astagfirullah, maling lu!"
"Ciee, ngelatah." Sosok gadis dengan kacamata itu cekikikan menahan tawa, duduk di kursi depan Shakira. "Gue tau lo baru bangun."
Shakira berdecak kesal. "Berisik lu!" Ia bertopang dagu dengan wajah merajuk. "Udah tau napa pake ngagetin gua segala?"
"Ya maaf," kekehnya menggaruk pangkal kepala dengan jari telunjuk.
Shakira tentu tak mau menggubris. Ia masih merajuk lalu menatap tulisan di papan tulis putih. Tatapan mata Shakira makin menajam, makin mengeras rahangnya. "Napa gua dimasukin ke bagian kerohanian?"
"Yah, mau gimana lagi, Kir?" Siswi di depan Shakira mengangkat bahu sembari mesem. "Toh, bukan gue yang milih lo. Malahan sekelas keenakan milih lo jadi bagian kerohanian."
Kepalan tangan menjadi pembangkit bunyi dentuman meja. Mulutnya terbuka mengucapkan tahlil sembari menggertak geram. "Andai gua gak hijrah, gua bakal tonjok semua orang sampe babak belur."
Shakira bener-bener ustadzah galak. Sembari menelan saliva dia bergidik ngeri. Jangankan merasakan auranya, lewat tatapan mata Shakira saja sudah membuat aura galaknya menyetrum tubuh. "S-sh-shakira, p-plis gue takut sama lo sekarang."
Iris Shakira mengerling nan membulat. "Beneran?" Lantas ia menelungkup dengan kedua telapak tangan di antara kepala. "M-maafin gua, Ti!"
Tentu tindakan Shakira **** senyum heran dari bibir Tati. C-cepet amat pindah ekspresinya. Tati melihat temannya yang termenung cemberut entah kenapa, meneleng ke sana kemari bak bocah yang bosan di restoran. Iris coklat Shakira menangkap buku paket kimia yang terbentang begitu saja di sebelahnya, lengkap dengan buku catatan yang tertulis jawaban si soal.
"Si Aji ke mana?" tanya Shakira bertatap lesu.
"Oh, dia lagi ke perpus sama si Nami." Tati berubah posisi menjadi bertopang dagu. "Emang napa? Rindu, ya?"
Spontan Shakira duduk tegak. Sekujur tubuhnya menegang; matanya mendelik. Mungkin yang Tati pikirkan adalah salah tingkah, namun sebenarnya Shakira baru ingat soal kata-kata guru kimia agar segera meminjam buku paket kimia perorangan.
"B—" Sekonyong-konyong gadis berjulukan ustadzah galak ini berdiri mengepal kedua tangannya, aura tegang dari Shakira pun merambat ke seluruh tubuh Tati.
"K-kir? Lo kenap—"
"Bangsat!" Secepat kilat Shakira berlari keluar kelas sambil merutuki dirinya dengan kalimat istigfar. Yang Tati saat itu adalah, "Astagfirullah aladzim, napa gua lupa minjem buku paket kimia?!"
Jujur saja, bagi Tati kelakuan Shakira sungguh seperti anak kecil. Sambil mengambil dan menyibak halaman buku paket kimia ia mendesah pelan. Senyum gelinya mulai terlihat di bibir tipis Tati. "Gak sia-sia gue temenan sama tuh orang."
Mari beralih pada sudut pandang Shakira.
Selama perjalanan menuju perpustakaan, ia keasyikan mengutuki dirinya sendiri. Mulai dari makian, hentakan kaki, hingga memukuli kepalanya sendiri sudah berkali-kali ia lakukan. Namun semua tindakan tadi hancur seketika kala melihat dua insan di depan perpustakaan. Langkah Shakira terhenti, membiarkan tubuh kecil Shakira ditabrak orang yang berlalu lalang membawa jajanan di kantin.
Semilir angin sepoi-sepoi mengibarkan ujung jilbab dan rok kelabu Shakira. Dengan tatapan hampa ia menyaksikan semua ekspresi yang mereka keluarkan. Mereka berlawan jenis, satu pemuda yang menangis dan satu gadis yang menepuk berusaha menenangkan. Sepertinya mereka punya ikatan persaudaraan yang erat, apa mereka punya masa lalu yang menyenangkan sampai harus bercakap berdua di sana?
Deg! Detak jantung Shakira mulai nyeri. Tangan kurusnya mendekap di dada. Sembari berucapkan kalimat istigfar, Shakira menanyakan pasal dirinya sendiri. Apa yang terjadi dengannya? Mengapa Shakira harus merasakan rasa ini? Memang Shakira siapanya pemuda itu?
Ah, Shakira ingat. Bukankah tujuan ia ke perpustakaan hanya untuk pinjam buku paket kimia? Dengan hembusan penuh tekad, Shakira melanjutkan langkahnya sampai berada di teras lapak perpustakaan.
"Assalamu'alaikum."
Seketika kedua insan di depan Shakira menoleh dengan ekspresi yang sama. Sahutan pasif mereka membuat Shakira mengernyit. Apa ia mengganggu momen epic mereka? []
Maaf gak update, lagi sibuk.
Aku harap kalian tidak berpaling dari cerita He So Shy!! ini.
Jangan lupa komentar dan klik ikon favorite untuk senantiasa memberitahu update cerita ini!
Reirin_Mitsu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Linda
Ya Allah 😔
2021-03-25
0
null
bagus bgt aaaa
2021-03-24
1
Mayleailaria
Latahnya bagus amat. Aku kalau latah kok maki maki hikd
2020-04-15
1