Page 15. Pengakuan Sang Bejat

Hari Minggu patutnya bersantai. Lain dengan Shakira, ia memiliki cara unik saat belajar. Ia membaca buku catatan padat dalam keadaan terbaring, seolah bersiap untuk hibernasi di Antartika. Tak luput dari bacaan, gorden pun dibiarkan terbuka sebelah, hanya memaparkan sinar matahari ke wajah dan tumpukan buku catatan.

"Pada jaringan hewan ...." Perlahan, matanya mulai mengatup menghalangi iris emerald. Shakira mengantuk! Padahal baru menit ke-10, kenapa sudah mengantuk? Gadis itu mulai menahan kantuk, tapi tetap saja rasa tidur memaksa mata untuk menuruti keinginannya.

"Astagfirullah, gua malah ngantuk." Ditaruhnya buku yang Shakira baca, bersiap memeluk guling merah jambu bergambar Patrick. "Perasaan gua gak ngantuk kalau baca kayak tadi."

"Kir! Shakira!" Suara bariton itu, ah ... mulai lagi nih abang! Shakira berdecak kesal, lantas beranjak dari ranjang dan keluar dengan langkah gusar. Suaranya berasal dari depan, pasti lagi cuci motor bututnya!

"Ada apa sih, Bang?" tanya Shakira bersandar di ambang pintu yang sedikit rapuh. Ia bertanya dengan wajah datar, sedatar jalan tol. Iris emerald Shakira menangkap sosok jangkung tengah berjongkok mengelap badan motor, menoleh memperlihatkan wajah maskulin idaman hawa.

"Ntar sore lo mau pergi, kan?" Pria itu tersenyum lembut, memperlihatkan tubuh berbalut kaus dalam dan kulit yang mengkilap akan peluh.

"Gua pergi juga buat kerja kelompok, Abang Nda," timpal Shakira memutar bola mata penuh malas. "Lagian Abang mau ngapain sih?"

"Abang gak boleh ngantar lo, ya udah." Bang Nda balik, berdiri mengelap sadel motor. "Lo jalan kaki aja ke sana."

"Eh, iya iya, antar gua ke sana sih, Bang. Ntar sore kok." Wajah Shakira berubah melas, berlari dan mengguncang tangan abangnya seperti anak TK. "Ayo dong, Bang. Plis, antar gua ke sana ntar sore."

"Tadi lo pakai kesal segala ke Abang, Abang gak mau ngantar lo ke sana." Dengan nada cuek Bang Nda berkata demikian.

"Tadi itu gua terlalu ngantuk, Abang malah manggil gua. Ya gua kesal lah," ungkap Shakira menggembungkan pipinya. "Ayo dong, Bang. Abang jadi antarin gua, kan?"

"Boleh, tapi ntar pas pulang kerkom lo kudu beliin Abang sabun cuci piring. Kasihan Teteh lo, ke sana kemari ngurusi kita sambil kuliah, sambil kerja pula."

Nah, kan, mulai lagi suruh-suruhnya. Gadis kerdil itu memasang wajah datar lagi. Ia mendesah malas dan mengiyakan.

"Mau Abang antar kagak?" rayu Bang Nda menyengir lebar.

"Iya, Bang. Gua beliin dah sabunnya sekarang." Tangan kecil Shakira terbentang di depan Bang Nda yang baru selesai mengelap motor butut. "Mana duitnya?"

"Hah?" Bang Nda mengernyit seraya menyeka peluh di kening. "Dari duit lo lah, Abang mana ada duit."

Sekali lagi Abang nyuruh beliin sesuatu pakai duit gua, gua selepet pakai ikat pinggang! Hah, Shakira hanya bisa mendesah pasrah, mengelus dada dan mendinginkan hati juga pikiran. Kenapa ia harus memiliki kakak sulung semacam Bang Nda? Lama-lama Shakira jodohkan Bang Nda sama Ijem di KUA!

"Assalamualaikum! Shakira!" Suara itu terdengar familiar di telinga Shakira. Mereka saling memandang, melemparkan puluhan pertanyaan di benak. Lantas, gadis berpakaian piyama one piece warna pink itu membukakan pagar setinggi rumah, menggeser memperlihatkan sosok pemuda yang ia kenal.

Sosok jangkung berpakaian T-shirt warna merah dan celana pendek warna hijau rumput tengah melambai dan tersenyum kikuk. Tas gendongnya senantiasa bertengger di kedua bahu. Dia sosok pemilik luka gores di alis kanan.

"Aji? Kenapa lu gak ngasih kabar ke gua?!" Shakira berucap sambil berkacak pinggang. Kali ini, sudah masanya amarah Shakira meletus. Cukup sampai di puncak!

"Ah, aku sudah chat kamu buat datang ke sini." Aji mengerling mengangkat bahu. "Aku kira kamu baca chat aku."

"Lu chat gua? Maaf, tadi gua gak megang hape." Shakira mendengus pasrah. "Mau sekarang kerja kelompoknya?"

Pria berkulit seputih susu pun berpaling, menggembung pipi dan menyipit tajam. Ah, Shakira tahu maksud Aji. Ia berdecak kesal. "Waalaikumsalam. Sekarang jawab pertanyaan gua."

Aji hanya mengangguk manja. Argh, dasar pria aneh! Baru kali ini Shakira bertemu pria konyol seperti Aji, lebih konyol dari Bang Nda. Ia meminta Aji untuk mengikutinya, berjalan menuju teras rumah. Terlihat satu set bangku santai berbahan kayu jati bertengger anggun di depan jendela yang menampakkan gorden ungu.

"Lu duduk aja di situ, gua mau masuk dulu." Baiklah, Aji pegang teguh ujaran Shakira! Ia menghempaskan tubuh atletis di kursi santai, tapi tubuhnya sungguh tak merasakan rileks. Bergegas Aji mengeluarkan ponsel dari tasnya, mulai mengusap ke sembarang arah, membaca dan memahami soal OSN Biologi tahun lalu.

Yang muncul di balik pintu bukanlah Shakira, melainkan sosok wanita produktif berpakaian gamis dengan kerudung syar'i warna merah marun. Awalnya senyum manis mengembang di bibir selegit permen kapas, namun semenjak melihat tamu semuanya berubah muram. Tak ada secercah kesenangan selain kilat penuh amarah di iris coklat hitam.

"Kamu lagi!" Teriakan mendadak dari mulut kecil wanita itu menarik perhatian kedua adam—Aji dan Bang Nda yang tengah menyiram air bekas cuci motor ke pekarangan rumah.

"M-maaf, Kak." Wajah Aji berbanjir gelisah. Irisnya menciut, mulutnya berkomat-kamit hendak mengatakan sesuatu. "A-aku sungguh—"

"Pergi dari sini sebelum aku berteriak bahwa kamu penjahat!" Wanita itu berteriak sekeras mungkin selagi sapu tabo ia pegang erat penuh kemarahan. Ia sungguh murka tatkala masa lalu kembali terngiang di kepala.

"Aniya! Jangan kayak begitu!" Bang Nda langsung menghentikan kegiatan menyiram dan berlari menenangkan adik pertamanya yang tampak menahan tangis. "Kamu buat dia takut, Aniya!"

"Masa bodoh, Bang!" pekik Aniya berusaha memberontak dari cegahan Bang Nda. "Dia nyaris bikin aku ternodai! Aku gak mau lihat mukanya lagi!"

"Sh-shakira! Cepat ke sini! Lama benar!" Buru-buru Bang Nda berteriak memanggil gadis pemilik julukan ustadzah galak itu di sela mencegat Aniya. "Iya, Abang tau. Tapi gak kayak begini juga!"

"A-aku benar-benar minta maaf, Kak." Luluh sudah cairan asin di pelupuk mata Aji, dengan langkah berat menghampiri kedua insan di depan.

"Sudah, lo di situ aja, oke?" pinta Bang Nda memeringati Aji. "Gue gak mau ada keributan lagi."

"Ada apa sih, Bang? Baru juga mau ngambil duit." Datang juga Shakira. Ia berdiri di belakang kedua kakaknya dengan dahi mengernyit, alih-alih menatap Aji yang sudah menangis. "Lah, Aji kenapa dah?"

"Mending lo sekarang ajak teman lo jalan-jalan, ke sawah kek atau ke mana," usul Bang Nda menambah kekuatan dalam cengkeramannya. "Ini demi Teteh lo."

"Jangan halangi Aniya sih, Bang!" Aniya menoleh bengis. "Dia tuh kudu dikasih pelajaran tau gak!"

"Buruan, Kir!" Bang Nda tak menggubris ucapan Aniya. Sudah tugasnya menjadi pelerai untuk Aniya bila bertemu dengan Aji. Beruntung Shakira menuruti perintahnya, terlihat dia mengenakan sendal jepit merek swallow dan mengajak Aji ke tempat antah berantah.

Yah, bodo amat Shakira bawa Aji ke planet pluto juga.

゚( ゚இ‸இ゚)゚

Mereka memilih duduk di sisi pesawahan. Terlihat jelas langit biru membentang tanpa kapas, jalan aspal berjajaran macam-macam pohon, bahkan angin berhembus memanasi padi kering. Sedari tadi Shakira menatap Aji yang meringkuk sesegukan.

"Lu ada masalah apa sama Kakak gua?" tanya Shakira menatap iba.

"A-aku sungguh menyesal waktu itu, Kir." Aji mendongak, memperlihatkan mata sembab nan merah yang mewarnai iris hitam. Semilir angin berhembus membelai rambut hitam Aji. "Aku gak tau kalau dia kakak kamu."

"Lu sesali diri lu sendiri," Shakira berpaling menatap kendaraan para petani di jalanan, "gak ada gunanya sama sekali."

Semenit keheningan menyelimuti suasana duka, atau mungkin perpaduan perasaan yang lebih dari satu.

"Aku ... nyaris mengotori kakak kamu." Satu kalimat penuh keraguan dari bibir oranye Aji membuat Shakira mendelik kaget. Aji hanya tersenyum miris. "Waktu itu, aku dibenci orang-orang, karena kelakuanku. Minum miras, nyakiti orang yang gak bersalah, bahkan sampai maling.

"Aku malu sama diriku sendiri." Aji memicing membiarkan bulir bening mengalir di pipi tirus. "Allah juga benci sama aku. Apa kamu masih mau berteman sama aku, Shakira?"

Perlahan, iris emerald Shakira bergerak menatap teman sebangkunya. Tersirat rasa iba dan murka, ia tak tahu apa sebabnya ia murka pada Aji. Sekali lagi, angin berhembus penuh kesejukan akan oksigen dari dedaunan kering.

"Lu anggap Egi siapa?" Pertanyaan singkat tadi menarik perhatian Aji. Lensanya menangkap sosok gadis berkerudung jeblus pink tengah menyaksikan petani menumbuk padi. "Lu anggap Nami siapa?"

Shakira menoleh tajam. "Dan lu anggap gua siapa? Lu anggap Allah siapa?"

Aji justru tak menggubris. Ia mendelik tak percaya dengan apa yang Shakira ucapkan barusan.

"Ji, mereka termasuk gua menganggap lu teman. Allah gak benci lu, lu sedang mencoba hijrah dari masa lalu lu," ceramah Shakira serius. "Kalau Allah benci lu, mungkin seumur hidup lu ngerasa gak tenang dan ngerasa dikejar-kejar sakaratul maut. Iya, kan?"

"S-sampai sekarang aku merasa diriku gak guna buat mereka." Aji tetap terpuruk dalam kesedihan. Apa yang salah dengan perkataan Shakira?

"Lu berguna buat gua," ucap Shakira mendesah menyinggung senyum lembut. "Tanpa elu, mungkin gua gak bakal sepintar ini. Gua senang nemui siswa sepintar lu, gua jadi saling berbagi soal ilmu yang gua dapat selama ini sama lu."

"Benaran?" Aji melirik gelisah. "Aku ... gak bikin beban buat kamu, kah?"

"Beban?" Seketika, Shakira tertawa keras. Tak sopan, tapi cukup anggun untuk seorang gadis. "Gak lah, mana mungkin orang kayak lu bikin beban buat gua. Lu jangan negative thinking soal gua."

"Aku nganggap kamu ustadzah paling baik." Ucapan Aji barusan merangsang rasa kaget di hati Shakira. Iris emeraldnya menciut, mencoba mencerna kalimat tadi. Benarkah dirinya sebaik itu di depan Aji? Gadis yang sering menggunakan gua-lu dan terkadang temperamen, apakah bisa disebut baik? Aji tersenyum manis. "Ustadzah paling baik yang pernah aku temui. Karena orang yang galak pertanda bahwa dia sangat sayang."

"Cih, itu mah pepatah kalau ketemu guru galak." Shakira menyangkal dengan senyum miring.

"Ustadzah, kan, artinya guru juga." Hm, benar juga apa kata Aji. Shakira hanya bisa memasang wajah mesem.

"Semangat, ya, Ji," kata Shakira mendongak menatap langit dengan pesawat terbang sekali dan tersenyum manis. "Gua yakin, lu pasti bisa hijrah, selama yang lu lakuin emang yang terbaik buat Allah." []

**Panjang, yaa?? Lagi gabut soalnya, hehe.

Udah page 15 aja nih, aku pengen tau kesan kalian soal cerita He So Shy!!

Kayak gimana dulu nih, kak?

Hm, kayak gimana first impression ngebayangin Aji atau ada kritik saran buat authornya, hehe.

Sampai jumpa,

Reirin Mitsu**

Terpopuler

Comments

Linda

Linda

love2 plussss

2021-03-29

0

lihat semua
Episodes
1 Page 01. XI MIPA 4
2 Page 02. First Contact
3 Page 03 (a). Masa SMP
4 Page 3(b). Nyeri di Jantung
5 Page 04. Tentang Aji
6 Page 05. Si Ceria Bak Singa
7 Page 06. Ustadzah Galak
8 Page 07. Tiga Adam
9 Page 08. Tekad dan Cemburu
10 Page 09. Keberatan
11 Page 10. Sahabat Egi
12 MON MAAF!!
13 Page 11. Aji, Egi, dan Geger Otak
14 Page 12. Shakira & Suka
15 Page 13. Amimah
16 Page 14. Afwan
17 Page 15. Pengakuan Sang Bejat
18 Page 16. Bermula Kembali
19 Page 17. Nami dan Egi
20 Page 18. Ucapan Terima Kasih
21 Last Page. Wo Ai Ni, Shakira
22 Extra Page
23 Extra Page 2
24 Last Extra Page
25 Peluncuran...
26 [Season 2] Prolog
27 [SEASON 2] Catatan Shakira - Teman Belajar Baru
28 [SEASON 2] Catatan Aji - Perubah Konflik Cinta
29 [SEASON 2] Cerita Niko
30 [SEASON 2] interview Calon Partner Belajar
31 [SEASON 2] Modus Asmara
32 [SEASON 2] Klarifikasi Dugaan Gadis Temperamen
33 [SEASON 2] Pembuat Keributan
34 [SEASON 2] Rapuhnya Hati
35 [SEASON 2] Trauma Kehilangan
36 [SEASON 2] Seseorang Tak Dikenal
37 [SEASON 2] Harus Percaya, kah?
38 [SEASON 2] Zen Namanya
39 [SEASON 2] An Charming Letter
40 [SEASON 2] She's So Beautiful!
41 [SEASON 2] Akhir Kesenangan Aura
42 [SEASON 2] She's My Paradise!
43 [SEASON 2] Move On #1
44 [SEASON 2] Move On #2
45 [SEASON 2] Kesempatan Kedua
46 [SEASON 2] Tamu
47 [SEASON 2] Berkilah
48 [SEASON 2] He's Need You
49 [SEASON 2] You're Strong
50 [SEASON 2] Travel via Virtual
51 [SEASON 2] Resolusi
52 [SEASON 2] I'm Okay
53 HE'S SO SHY SUDAH TERBIT!
54 [SEASON 2] I'm Sorry
55 [SEASON 2] Tahun Baru
56 [SEASON 3] Page 01 - Aji si Primadona Sekolah
57 [SEASON 3] Page 02 - Ritual Wajib Cewek
58 [SEASON 3] Page 03 - Kalut
59 [SEASON 3] Page 04 - Tak Minat
60 [SEASON 3] Page 05 - Ini Salahku
61 [SEASON 3] Page 06 - Please Accept Me!
62 [SEASON 3] Page 07 - Jangan Ganggu
63 [SEASON 3] Page 08 - Kau Penghalang
64 [SEASON 3] Page 09 - Sadarlah!
65 [SEASON 3] Page 10 - Pelik
66 [SEASON 3] Page 11 - Tell Me
67 [SEASON 3] Page 12 - Menjauhlah
68 [SEASON 3] Page 13 - Everytime With Him
69 [SEASON 3] Page 14 - Give They A Second Chance
70 [SEASON 3] Page 15 - Local Summer
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Page 01. XI MIPA 4
2
Page 02. First Contact
3
Page 03 (a). Masa SMP
4
Page 3(b). Nyeri di Jantung
5
Page 04. Tentang Aji
6
Page 05. Si Ceria Bak Singa
7
Page 06. Ustadzah Galak
8
Page 07. Tiga Adam
9
Page 08. Tekad dan Cemburu
10
Page 09. Keberatan
11
Page 10. Sahabat Egi
12
MON MAAF!!
13
Page 11. Aji, Egi, dan Geger Otak
14
Page 12. Shakira & Suka
15
Page 13. Amimah
16
Page 14. Afwan
17
Page 15. Pengakuan Sang Bejat
18
Page 16. Bermula Kembali
19
Page 17. Nami dan Egi
20
Page 18. Ucapan Terima Kasih
21
Last Page. Wo Ai Ni, Shakira
22
Extra Page
23
Extra Page 2
24
Last Extra Page
25
Peluncuran...
26
[Season 2] Prolog
27
[SEASON 2] Catatan Shakira - Teman Belajar Baru
28
[SEASON 2] Catatan Aji - Perubah Konflik Cinta
29
[SEASON 2] Cerita Niko
30
[SEASON 2] interview Calon Partner Belajar
31
[SEASON 2] Modus Asmara
32
[SEASON 2] Klarifikasi Dugaan Gadis Temperamen
33
[SEASON 2] Pembuat Keributan
34
[SEASON 2] Rapuhnya Hati
35
[SEASON 2] Trauma Kehilangan
36
[SEASON 2] Seseorang Tak Dikenal
37
[SEASON 2] Harus Percaya, kah?
38
[SEASON 2] Zen Namanya
39
[SEASON 2] An Charming Letter
40
[SEASON 2] She's So Beautiful!
41
[SEASON 2] Akhir Kesenangan Aura
42
[SEASON 2] She's My Paradise!
43
[SEASON 2] Move On #1
44
[SEASON 2] Move On #2
45
[SEASON 2] Kesempatan Kedua
46
[SEASON 2] Tamu
47
[SEASON 2] Berkilah
48
[SEASON 2] He's Need You
49
[SEASON 2] You're Strong
50
[SEASON 2] Travel via Virtual
51
[SEASON 2] Resolusi
52
[SEASON 2] I'm Okay
53
HE'S SO SHY SUDAH TERBIT!
54
[SEASON 2] I'm Sorry
55
[SEASON 2] Tahun Baru
56
[SEASON 3] Page 01 - Aji si Primadona Sekolah
57
[SEASON 3] Page 02 - Ritual Wajib Cewek
58
[SEASON 3] Page 03 - Kalut
59
[SEASON 3] Page 04 - Tak Minat
60
[SEASON 3] Page 05 - Ini Salahku
61
[SEASON 3] Page 06 - Please Accept Me!
62
[SEASON 3] Page 07 - Jangan Ganggu
63
[SEASON 3] Page 08 - Kau Penghalang
64
[SEASON 3] Page 09 - Sadarlah!
65
[SEASON 3] Page 10 - Pelik
66
[SEASON 3] Page 11 - Tell Me
67
[SEASON 3] Page 12 - Menjauhlah
68
[SEASON 3] Page 13 - Everytime With Him
69
[SEASON 3] Page 14 - Give They A Second Chance
70
[SEASON 3] Page 15 - Local Summer

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!