"Shakira?" Sembari terkekeh sumbang Nami mengerling berusaha untuk tidak berkeringat dingin. "Wa-waalaikumsalam."
"Eh?" Mula-mula muka Shakira memerah, langsung mendelik bercampur mimik panik setelah menyadari pasal muka cumi rebusnya. "L-lu pada pacaran, ya?!"
"Haa?" Nami meneleng berkata demikian. Pertanyaan ambigu dari Shakira membuat dirinya mati gaya. Ia kira Shakira tipikal gadis yang peka lewat logika. Rasanya ingin menempelkan kartu mantra di jidat Shakira seperti film vampir China di TV. Baru kali ini gue nemu ni cewek yang gobloknya lebih dari orang goblok.
"M-maaf, aku pamit dulu." Tanpa mengucapkan salam Aji bangkit dan berlari menuju kelasnya, meninggalkan kedua hawa yang menatapnya heran.
Shakira menyipit, apakah ia melakukan kesalahan yang tak disengaja? "Nami...." Ia berbalik menatap temannya yang melakukan kontak mata. "... gua ganggu lu kah?"
Dari tadi kek lo bilang gitu. Nami menghela napas seraya mengusap muka lesunya. "Gak kok, mungkin tuh cowok mau lanjut ngerjain tugas kimia."
"Gitu, ya?" Shakira duduk di samping Nami, ikut menonton rakyat sekolah yang berlalu lalang ke segala arah. "Tadi lu ngobrol apa aja sama tuh orang?"
"Cuma nostalgia." Nami tak sedikitpun menoleh, hanya tersenyum kala mengingat segala ekspresi Aji.
"Masa SMP?"
Nami mengangguk. Suasana kembali hening sampai bel masuk berbunyi. Lama sekali mereka tak bercakap, mau itu secara tatap muka atau tatap mata. Bosan, itu yang mereka rasakan. Shakira memakluminya, toh baru berapa hari ia duduk di kelas baru. Semua yang baru butuh proses cukup lama untuk terbiasa.
Ah, kejadian itu membuat Shakira penasaran akan Aji. Benarkah Aji dulu seorang pelanggan catatan BK? Lantas ia mengerling dan bertanya, "Nami, gua pengen tanya tapi...."
Nami menoleh, terlihat gadis berjilbab segiempat di sampingnya menunduk. "Tanya aja. Soal Aji, kah?"
Tepat sasaran! Ucapan Nami tadi membuat iris coklatnya menciut. Entah kenapa tubuh Shakira menegang. Jangankan menjawab, gerak saja tidak bisa.
Nami mendengus sembari tersenyum tawar. "Mungkin saat pertama kali lo liat dia, yang lo pikirkan pasti Aji sosok cowok baik. Tapi asal lo tau," Nami meringkuk kembali, "dia bener-bener kesepian akan suatu masa lalu."
Shakira refleks menoleh mendekatkan diri pada Nami. Wajahnya nampak bersemangat atau ... entah. "Apa bener si Aji dulu tukang onar di sekolah?"
Mata Nami membulat. Dari mana dia tahu soal masa lalu Aji? Adakah penguntit yang seenak jidat memberitahu Shakira? Ia menoleh dengan tatapan horor bercampur air mata. "Dari mana lo tau?"
"S-sebenarnya—" Shakira mengerling memutuskan kontak mata dengan Nami. "—sebenarnya itu yang gua tanyain ke elu."
Mereka sama-sama menunduk dan membisu. Sekarang senyap, mungkin samar-samar terdengar guru menerangkan materi di kelas. Seingat Shakira, tak ada guru yang masuk ke kelas 2 MIPA 4. Gurunya sengaja tak masuk atau sedang sakit, Shakira tak tahu.
"Waktu." Bibir Nami bergerak sedikit, nyaris harus dilihat menggunakan kaca pembesar. Namun Shakira mendengarnya, ia hanya menoleh menggumam penuh pertanyaan. Shakira lihat Nami masih meringkuk dalam tundukan. "Biarin waktu yang kasih jawaban ke elo."
"N-nami ...." Shakira mendesah penuh rasa bersalah dan berpaling gelisah. "... m-maaf udah bikin lu terpuruk."
"Gapapa."
"Tapi gua pengen tau banget. G-gua ikhlas dengerin penjelasan lu walo cuma garis besarnya doang."
"Aji dulunya.... []
...Sebagian halaman ini bisa kamu baca di versi cetak. Maaf atas ketidaknyamanannya....
...Regards,...
...Reirin Mitsu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments