Hari kedua sekolah pun dimulai saat Raja siang mulai memancarkan auranya. Disaat serunya siswa-siswi berbincang pasal sekolah, bunyi serak-serak dari pengeras suara mengheningkan acara pasar malam mereka.
"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh. Diberitahukan kepada seluruh anggota rohis untuk kumpul di masjid sekarang juga. Sekali lagi saya sampaikan, seluruh anggota rohis kumpul di masjid sekarang juga. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Shakira yang saat itu asyik mendengarkan pemberitahuan tadi tersadar dari lamunan kala bahunya ditepuk keras. Refleks ia celingak-celinguk dan mendapati Nami tengah menyengir kuda sambil menggaruk pangkal kepala. "Lo kebanyakan ngelamun, Kir."
"Ah, iya. Afwan (maaf), Mi." Shakira terkekeh renyah lalu menepuk dahinya. "Astagfirullah aladzim ...."
"Betewe, lo ke sana bareng si Aji, kan?" tanya Nami duduk di meja bangku belakang.
"Entah." Shakira mengangkat bahu, irisnya mengarah pada bangku kosong di sebelah bangkunya. "Gua kagak tau tuh cowok lagi ke mana."
"Udah lo ke sana aja." Dengan senyum akrab Nami menengadahkan wajahnya ke arah pintu di sebelah kiri. "Palingan Aji ganteng udah ada di masjid."
Pret! Ganteng dari mana?! batin Shakira bertampang datar bak jalan tol. Tanpa berlama-lama ia mengucapkan salam sebelum keluar kelas. Begitu Nami berdiri di ambang pintu, terlihat punggung teman kerdilnya yang berlari melambai tangan pada dua hawa di depan masjid. Sepertinya teman semasa kelas 10. Nami mendesah pelan dan tersenyum tipis, berpikir bahwa Shakira memang sosok hijaber yang gampang diajak kompromi.
Shakira sendiri mulai memasuki megah nan damainya isi masjid yang isinya para pengurus rohis. Sepatu bertalinya ia biarkan di depan anak tangga depan masjid. Bila dihitung, jumlah pengurus rohis yang masuk masih dihitung jari dan sialnya ia duduk bersimpuh dekat kaum adam. Pikirnya, kesel banget duduk deket cowok!
"Mampus lu."
"Napa?"
"Lu duduk deket ustadzah galak."
Kalimat terakhir dari mulut cablaknya membuat telinga Shakira memerah. Alis tebalnya bertautan berdenyut tak karuan, bahkan senyum iblisnya sudah mengembang penuh amarah. Sembari terkekeh bak penyihir ia mengerling membekukan para adam bermulut cablak dengan angin angker.
"Lo berdua tadi bilang apa?" Shakira berkata penuh penekanan. Tentu saja, siapa yang tidak marah kalau dighibah soal aib-aib?
"G-gak, kita gak ngomongin kamu kok." Siswa dengan rambut disisir ke belakang terkekeh renyah sambil melambai kedua tangannya di depan dada.
"B-bohong dia." Spontan teman di belakang si siswa tadi menepuk keras bahunya. "Tadi dia bilang Shakira si ustadzah galak."
"Apaan sih lu?" Siswa tadi menoleh tajam ke arah temannya. "Lu tadi bilang dia ustadzah galak."
Dan pada akhirnya mereka saling adu mulut. Ah, kelakuan mereka berdua ini membuat Shakira berpaling dongkol bukan main. Biar ingat-ingat, nama kedua pemuda tadi namanya Didin dan Anwar. Dasar mulut ibu-ibu!
Ia mendengar suara derap langkah kaki dari sebelah kiri. Shakira bisa merasakan pendatang baru sudah duduk bersila, sepertinya pria. Ia menyimak ketiga orang itu, ada yang emosian ada pula yang berusaha tenang.
"Tapi dia yang duluan bilang kalo Shakira itu si ustadzah galak!" Lagi-lagi ucapan Didin membelalakan mata Shakira.
"Beneran, Sha—"
"Apa lu bilang?!" Spontan Shakira menoleh dengan mimik bengis. Kali ini ia benar-benar tak mau menerima julukan itu lagi. Ia sangat membencinya! Irisnya menciut begitu mendapati sosok yang ia kenal di kelasnya. Si pemuda dengan bekas luka gores di alis kanannya. Mereka saling mendelik tak percaya. Benarkah yang Shakira tatap ini Aji, teman sebangkunya?
Aji terlihat mendelik menahan malu. Bisa dirasakan tak ada hembusan napas di wajah Shakira, dia pasti menahannya. Matanya tak sekali berkedip. Ada apa dengan dia?
"Cieee, kalian saling tatap-tatapan!"
Refleks mereka berpaling dengan ekspresi yang bertolak belakang. Aji menyipit dan menggigit bibir bawahnya seperti menahan efek letupan di hatinya, lain dengan Shakira yang memicing menggembungkan pipinya dan melipat tangan di depan dada. Sepertinya Shakira tengah kesal.
Aji mengerling sekilas dan berkata lirih, "M-maaf, gak sengaja."
Shakira tak menggubrisnya. Sudah jelas ia kesal bukan main, ia menganggap hari terburuk dalam hidupnya—dalam lembaran baru di kelas 11 ini. Sudah diejek ustadzah galak, bertatapan langsung dengan si Aji, kejadian apa lagi yang bakal menimpa hari buruknya?
"Kamu liat tadi kah?"
"Oh, si Aji?"
"Iya, kok dia takut sama Shakira, ya?"
Baru saja Shakira bertanya dalam hatinya, terjawab langsung oleh sekumpulan setan penyebar gosip. Ia menatap kesal dengan sebelah mata, terlihat tiga siswi di samping kanannya tengah berbisik-bisik layaknya ibu-ibu yang mencemoohkan sosok manusia haram. Seperti serial Kualat di Indonyinyir saja!
"Yah, lo cemen banget sama cewek, Ji."
Lagi-lagi argumen Didin si mulut cablak masuk ke dalam telinga Shakira. Ia menutup mata sembari mengepalkan kedua tangannya. Jangankan buku-buku jarinya memucat, uratnya pun samar-samar terlihat di sekitar pelipis. Sudut bibirnya berkedut-kedut menahan senyum iblis. Dalam hati ia mengumpat, Ini anak maunya apa sih? Gua tabok juga nih lama-lama!
"I-ish!" Aji menggeleng menampar pipi Didin dengan lembut. Terdengar sekali rasa kesalnya saat temannya berkata hal yan sepertinya kurang mengenakan. "Aku gak mau ngelukain cewek. Gak baik."
"Gak baik atau memang pengen ngelindungin Shakira?" Anwar membungkuk dan menoleh ke arah Aji yang tengah menahan malu. Sembari menyipit penuh godaan, muka Aji benar-benar merah padam sampai ke daun telinga.
"Hayoo lo!" Didin menunjuk Aji dengan kesan yang sama.
"A-a-apa mau kalian, hah?" Sekilas Aji mengerling kedua temannya sebelum ia kembali menunduk memejam mata.
"Katanya mantan pelanggan BK, kok sama Shakira aja udah takut?" Didin berpaling dan melipat tangan di dada bidangnya.
"B-bukan takut!" sergah Aji mengerling malu. "C-cuma ...." Dan lagi-lagi Aji menunduk. Ia membiarkan kalimatnya terputus, meninggalkan sebercah rasa penasaran untuk Shakira. Aji benar-benar tak sanggup menahan malu sekarang. Ia memilih untuk berdiri dan pergi menuju tempat wudhu laki-laki yang letaknya di sebelah kanan masjid.
Pandangan Shakira yang penuh kekesalan memudar dalam sekejap begitu menatap punggung pemuda jangkung di sampingnya tadi pergi menuju lokasi demikian. Pandangan terhadap pemuda tadi sungguh kosong.
Gadis berkulit kuning langsat ini menunduk dan berpose bak detektif-detektif terkenal. Matanya menyipit, mencoba mengingat kembali argumen si Didin yang membuat Aji tambah malu. Kalau tidak salah, Aji disebut-sebut mantan pelanggan BK. Mana mungkin lelaki ramah semacam dia pernah masuk BK?
Dalam hati ia berkata, Kehadiran lo bikin gua penasaran tentang sosok lo yang sebenar. []
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Linda
btw rohis itu siapa sih?
2021-03-25
0
anotherbyl
Paling sebel sama teman cowok😅😅
2021-03-24
0
aku suka aku suka aku suka aku suka
2020-10-19
0