He'S So Shy
"Ah, gua ditinggal pergi masa!" Sosok gadis berjilbab segiempat ini berlari menyelinap ke setiap celah, mengingat hari ini kelasnya pindah ke lantai bawah. Berkali-kali ia berucap permisi numpang lewat, tak peduli dirinya didesak-desakkan oleh para pelajar. Ia tak bisa mendesah lega setelah turun dari lantai atas, ia masih harus berlari ke kelas barunya yang berada di gedung depan masjid.
Kelasnya sendiri berada di pintu kedua, jadi gampang diingat tempatnya. Langsung saja gadis bernama Shakira ini memasuki kelas barunya. Pepatah anak SMP masih berkumandang sampai sekarang: kelas baru, murid baru. Sambil mengucapkan salam Shakira membungkuk mengatur napas.
Ia kembali berdiri tegak, pandangannya mulai menelusuri satu bangku yang kosong. Shakira paling tak suka bila duduk di belakang dan sialnya ia hanya menemukan bangku kosong di belakang. Mau tak mau Shakira berjalan menuju bangku kosong yang ia temui tadi dengan wajah kusut.
Sembari mengeluarkan al-Qur'an versi saku, ia berpikir merenungkan segala kejadiannya. Walau duduk di belakang pojok kiri dekat jendela, setidaknya ia duduk sendiri tanpa ditemani oleh sosok pri—
Bruk!
Seseorang menaruh tas, terdengar desahan pelan saat menarik kursi untuk diduduki. Desahannya begitu berat dan sedikit nyaring, terdengar seperti desahannya para idol pria yang Masya Allah tampannya. Tentu saja kehadirannya membuat Shakira mendelik bukan main. Baru saja ia bersyukur ia malah dapat malapetaka lagi.
"M-mohon bantuan dan kerjasamanya." Sepertinya pria itu berkata demikian pada Shakira. Tapi, emang benar dia sedang berbicara padanya? Bisa saja dia sedang mengobrol dengan siswa-siswa yang tak sengaja berpapasan.
"Beli al-qur'an dari mana?" Dugaan Shakira meleset. Spontan ia mengerling dan terlihat pria bersurai coklat pendek itu tengah tersenyum kikuk padanya. Dia menunduk mengalihkan pandangannya ke samping. "Aku ingin sekali beli al-qur'an kayak kamu."
"Aaa ... i-ini," Shakira menatap al-qur'an miliknya dan membolak-balik sampulnya, "g-gua gak tau. Abang gua yang beli."
Pria itu mendongak berwajah cerah. "Wah, abang kamu pasti imannya kokoh. Gak kayak aku."
Lagi-lagi Shakira mengerling, kali ini ia mengernyit bingung. "Maksud lo?"
Pria itu mendelik dan spontan melambaikan kedua tangan di depan wajahnya. Sambil terkekeh sumbang ia menjawab, "B-bukan apa-apa."
"Panggil gua Shakira." Gadis beriris emerald ini mulai membaca kitab suci yang ia ambil tadi dengan khusyuk.
Seketika pria berkulit putih ini menatap Shakira lama-lama sebelum akhirnya ia pindah posisi menghadap ke depan kelas sembari menunduk. "A-aji, senang berkenalan denganmu." Shakira hanya mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban.
Mereka kembali membisu sampai wali kelas datang menyambut siswa-siswa di kelas 2 MIPA 4 ini. Wali kelasnya sendiri adalah guru Bahasa Indonesia, guru paling digemari oleh Shakira. Selama wali kelasnya bercakap panjang kali lebar kali tinggi, Aji terus memikirkan keelokkan dari Shakira.
Iris emerald, bentuk mata tidak begitu sipit, bibir tipis merah jambu tak pernah dipolesi lipstick, dan pipi sedikit tembam. Gadis idaman kaum adam, termasuk Aji. Biar ia ingat, Shakira ... namanya seperti tak asing di telinga Aji. Ah, lupakan saja. Ia tak boleh mengabaikan setiap ucapan wali kelasnya.
Membutuhkan energi yang lebih untuk mendengar ceramahan wali kelas, salah satunya bila bel istirahat berkumandang. Kelas berlangsung riuh setelah wali kelas keluar. Banyak di antara mereka yang saling memperkenalkan diri, salah satunya Shakira. Ia tak boleh dirinya dicap anti-sosial oleh teman-teman barunya.
"Hai, boleh gabung gak?" Shakira berjalan menuju kerumunan hawa di meja depan pojok kiri. Ia menghampiri kerumunan itu dengan lambaian tangan, disusul tolehan sebagai sahutannya.
"Ih, boleh banget!" Salah satu siswi berkacamata tersenyum manis pada Shakira. "Lo pasti Shakira. Iya, kan?"
"Hee ... kok lo tau nama gua?" tanya Shakira berkacak pinggang sambil meneleng tersenyum tipis. "Lo tau dari mana?"
"Anggota rohis paling tenar seantero sekolah gara-gara dakwah islami, siapa yang kagak tau soal lo?" Siswi berkulit sawo matang menepuk-nepuk punggung Shakira.
"Shakira enak banget, bisa duduk sama Aji. Iya gak, Ti?" kata siswi bertahi lalat di sudut mata kanannya.
"Hooh, beruntung banget lo," sambung Tati merangkul Shakira layaknya teman karib, yang semula menepuk-nepuk punggung Shakira.
"Kok lo pada bilang gua beruntung?" Shakira mengernyit bingung. "Emang kenapa kalo gua duduk sama dia? Kalo kalian mau, tinggal tuker bangku sama gua aja."
"Lo gak tau Aji, Kir?" tanya siswi bertahi lalat itu meneleng bingung, sesekali meneguk air mineral yang ia bawa dari rumah. Shakira hanya bisa menggeleng sebagai jawaban. "Asal lo tau, Aji itu bukan cuma anggota rohis cowok paling kece. Aji itu udah kayak oppa-oppa yang suka ada di Korea, digandrungi banyak cewek tau."
"Betul banget tuh apa yang dikatain si Nami." Siswi berkacamata itu mengangguk mantap. "Kalo lo udah kenal banget sama si Aji, beuh! Siap-siap lo terpana sama suaranya, Shakira!"
Shakira merenung sejenak, mencerna semua ucapan teman-teman barunya. Aji ... pria berkulit putih bersih dengan surai coklat pendek dan memiliki iris sehitam arang juga terdapat bekas goresan di alis kanannya. Entah kenapa pria semacam dia mampu menarik perhatian Shakira.
Waktu berjalan seperti biasa, tak ada yang istimewa dari setiap detik maupun menit. Namun satu momen istimewa Allah berikan pada Shakira di sore hari.
Saat itu, Shakira baru saja mengemasi peralatan sekolahnya ke tas bahunya. Ia benar-benar menikmati cahaya senja ini, yang sengaja Allah ciptakan untuk menghangatkan dunia fana yang ia pijaki. Shakira biarkan gorden jendela mengkerut di sisi jendela, ia suka dengan keadaan kelasnya. Terlihat ada siluet-siluet menakjubkan.
Iris emerald Shakira menangkap sebuah tas bahu yang begitu kembung di sebelahnya. Sepertinya ini punya Aji, namun ke mana sosoknya sekarang?
"Assalamualaikum." Terdengar suara bariton setelah ketukan pintu menarik perhatian Shakira. Ia melihat sosok jangkung dengan ujung rambut masih basah berdiri menatapnya. Si wajah aneh, Aji. Shakira mengungkapkan demikian tanpa alasan yang jelas.
"Wa'alaikumsalam." Shakira mendengus enteng sembari mencantelkan tali tas bahunya. "Abis sholat lo?"
Aji hanya menunduk dan mengangguk mantap bak anak kecil yang habis ditegur ibu. "K-kau sendiri?"
"Gua sholat di rumah aja, udah dijemput." Lantas ia hendak melangkah, namun terhenti begitu saja. "Ah, lo tau muadzin tadi kagak?"
Aji yang saat itu baru saja melangkah mendadak sontak kaget. "W-waktu adzan ashar tadi kah?"
"Waktu adzan isya, ya jahil (bodoh)." Shakira mendengus gusar dan mengusap wajahnya. "Ya iyalah, Aji."
"I-itu ...." Aji mulai melangkah menuju bangkunya untuk mengambil tas. Pandangannya sengaja dialihkan ke bawah, saking gugupnya berpapasan dengan Shakira. "... e-emangnya kenapa?"
"Gua suka dengerin suaranya." Shakira mesem seperti memendam rasa suka. "Gua jadi pengen tau sama tuh orang."
"A-aku gak tau apa-apa! Assalamualaikum!" Sekonyong-konyong Aji lari keluar kelas, meninggalkan tiga tanda tanya besar di atas kepala Shakira.
"Waalaikumsalam." Shakira melongo kebingungan. Kenapa dia lari terbirit-birit seperti itu? Dia benar-benar aneh. []
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Linda
jadi pengen gigit bibir😢
Next thorr
2021-05-20
1
anotherb
Selamat buat authornya, ya!!👏👏
Congratssss... Ini yang laki-laki yg pemalu, biasanya aku nemunya yg pemalu itu cewek. Tapi nggak masalah... Pernah ngalamin kagum sama suara misterius di masjid😊
2021-03-24
1
L0VEEERSS
Kesan pertama aku baca cerita ini tuh ya ... "aku belum pernah nih baca cerita kayak gini, terus itu si aji pemalu gitu ya atau apa 🤣
2020-05-05
2