Disaat semua siswa memilih pulang sekolah, Shakira dan Aji lebih memilih untuk mengerjakan beberapa soal essay yang gampang dicari jawabannya di buku paket. Mereka menghabiskan waktu untuk sekedar melaksanakan tugas dari guru biologi, hingga jam menunjukkan pukul 16.55.
"Ah!" Shakira bersandar di kursi seraya meregangkan otot-ototnya ke atas. "Capek banget, cuma enam soal yang kita kerjain. Yang bener aja."
"Gak papa," ucap Aji menutup dan mengemasi buku-buku miliknya, tersenyum lembut menatap gadis berkulit kuning langsat di depan. "Kita udah berusaha yang terbaik buat nyelesain soal essay dari Bu Iis."
Desahan pelan mewakili kelegaan Shakira atas rasa pegal yang bersarang di tubuhnya. Ia bertopang dagu dan berkata, "Gua boleh nanya gak? Soal kemauan lu pengen diajarin sama gua."
Sekilas iris hitam Aji menatap Shakira di sela memasukkan buku ke tas gendong. "Boleh. Nanya apa?"
"Dari semua pelajaran yang gua ajarin ke elu, yang sering elu minta dari gue cuma pelajaran kimia." Shakira mengerling menikmati hangatnya senja. "Sepenting apa, sih, pelajaran kimia buat elu?"
Aji tak menggubris, justru dia menggumam bernada pertanyaan. Pemuda dengan bekas luka di alis kanan itu sungguh membuat Shakira menatap dingin. "Cepet kasih tau gua."
"Biar waktu yang menjawabnya." Aji menjawab dengan senyum simpul. Benar-benar sosok yang misterius, Shakira tak menyukai sosok misterius. Mau dimanjakan oleh Sherlock Holmes pun ia tak suka. Satu lagi, jawabannya sama dengan Nami. Benarkah Aji dan Nami dulunya satu SMP?
"Oh iya, gua pengen bilang sesuatu." Shakira mengerling ke arah Aji yang juga menatapnya. "Mending lu cari orang yang lebih pinter dari gua."
"Kenapa? Ada keluhan, kah?" tanya Aji gelisah. "P-padahal kata guru-guru di sini bilang kalo kamu siswi terpintar."
"Iya." Tubuh kerdilnya membungkuk dan menunduk, menggosokkan kedua telapak tangan. Bukan karena kedinginan, ia merasa gugup sekaligus khawatir akan keputusannya. "Firasat gua bilang kalo ada orang yang ngawasin gua."
"Kayak gimana orangnya?"
"Cewek, gua gak tau ciri-cirinya secara detail. Tapi yang jelas, tuh cewek mau ngancam ke gua buat jauh-jauh sama lu." Shakira menyipit menahan sesak di dada, menggigit bibir bawahnya. "Gua keberatan. Gua gak mau dugaan gua bener terjadi."
Entah kenapa Aji merasa sosok yang mengancam hidup Shakira memancing emosinya. Ia sudah berjanji untuk fokus hijrah, namun kenapa emosi ini masih bersarang di hatinya? Apakah Allah tak mau menghapus emosi ini? Emosi marah, Aji tak mau berbuat kekerasan. Mau itu kekerasan fisik atau mental, Aji tak mau itu terjadi oleh tubuhnya.
Sekarang, bagaimana caranya untuk menyemangati Shakira? Terlihat gadis berjilbab putih itu menunduk menggebrak meja dengan kepalan tangan. Buku-buku jari Shakira memucat, apa karena keinginannya sebuah amanah untuknya? Pikirnya, ia ingin menenangkan perasaan Shakira. Ia tak mau orang lain menderita karenanya.
"Kamu jangan terpengaruh oleh orang lain!" Sial, bukan itu yang Aji katakan. Kalimatnya masih kurang tepat. Buktinya, Shakira mendongak dan mengernyit sambil ber-ha penuh pertanyaan.
"Apa maksud elu, sih?" tanya Shakira.
"M-maksud aku—" Iris hitam Aji bergerak ke segala arah, wajahnya pun merah padam. "—p-pikir positif aja. Mu-mungkin mereka iri sama kamu."
Lu nyemangatin gua dari mananya? batin Shakira bermuka datar. Tatapannya kian menajam dan menusuk dalam, bahkan rahangnya mengeras.
"P-percayalah, itu semua cuma perasaan burukmu aja," lanjutnya menunduk mengusap tengkuk. "A-aku bener-bener butuh bimbingan kamu, Kir."
Tatapan tajam Shakira mulai memudar, bertukar sendu. Hati dan pikirannya mulai memperdebatkan sesuatu. Kalimat itu ... membuahkan pro kontra baginya. Ia mendesah pelan, mencoba meluruskan segala hal yang berkaitan dengan firasat buruk Shakira.
Hatinya berkata, "Untuk apa lu peduliin cowok aneh kayak dia? Udah, lebih baik jauh-jauh dari firasat buruk lu."
Tapi pikirannya lain pendapat. "Bantu dia, lu bisa pikirin pasal firasat buruk lu kalo emang itu terjadi gara-gara Aji."
Ia merasa tertekan dan juga bingung. Shakira memilih untuk bersandar kembali, mengatur napasnya yang sedari tadi berdurasi pendek. "Gua bakal pikirin lagi, tapi gak secepatnya." []
****
Horeeeiii, udah mau nyampe bab 10 aja. Hehe, aku oen tau kesan pesan kalian terhadap cerita ini. Capcus komen aja!
Reirin Mitsu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Linda
kalo saya boleh tebak, ini pasti authornya sama2 lagi hijrah juga betul ga?
2021-03-28
0