Ibuku Sayang Ibuku Malang

Ibuku Sayang Ibuku Malang

Chapter 1

Husna, ialah seorang wanita yang saat ini berusia 26 tahun, memiliki kulit putih mulus terawat, rambut sedikit bergelombang, serta memiliki alis dan bulu mata yang tebal, semua hal itu nampaknya sudah cukup untuk jadi daya tarik bagi kaum adam. Ya, ada banyak lelaki yang mengincarnya, selain parasnya yang elok, tak sedikit pula lelaki mendekatinya karena keluarganya yang kaya raya.

Tapi tentu hal itu tidak membuat Husna mudah tergoda pada rayuan para lelaki yang mencoba mendekatinya. Sejauh ini, bahkan tidak ada seorang lelaki pun yang bisa membuat Husna luluh apalagi sampai jatuh cinta.

"Maaf, tapi aku tidak punya perasaan apapun padamu! jadi saranku, jangan buang waktumu hanya untuk mendekatiku, karena itu akan sia-sia." Ucap Husna pada seorang lelaki yang kala itu berani menyatakan cinta padanya dan meminta Husna agar mau menjadi kekasihnya di depan umum.

Dengan wajah yang merah padam akibat rasa malu karena cintanya di tolak, lelaki itu pun langsung undur diri dari keramaian, meninggalkan Husna begitu saja yang kala itu masih saja memasang tampang datarnya.

Ya, begitu lah Husna yang to the point, ia tidak suka memberi harapan palsu pada siapa pun, ia selalu menyampaikan apapun yang ada di hatinya, karena menurutnya itu lebih baik dari pada harus memberi harapan palsu yang ujung-ujungnya akan membuat orang kecewa.

Di hari yang sama, ketika Husna baru saja tiba di rumahnya, ia sedikit dikejutkan dengan suasana rumahnya yang agak ramai.

"Ah ini dia," Suara bariton itu keluar saat mendapati Husna yang ingin melintasi ruang tamu, yang mana diketahui pemilik suara itu tak lain ialah ayah Husna, Hartawan.

"Akhirnya kamu pulang juga sayang." Celetuk bu Nilam, ibu Husna.

Husna seketika terlihat bingung, saat mendapati ada banyak tamu, yang mana di antara tamu-tamu itu, ada dua orang pria muda yang kala itu sedang tersenyum memandanginya.

"Iya ma. Tapi,,, ada apa ma? Kenapa hari ini kita kedatangan banyak tamu?"

"Eeemm duduk lah dulu Husna," Ucap Hartawan, yang biasa sering di panggil pak Awan itu.

Tak ada yang perlu di bantah kala itu, Husna pun langsung duduk begitu saja di sisi ayahnya.

Sembari tersenyum, pak Awan pun memegang pundak anak sulungnya itu.

"Inilah dia Husna Hartawan yang sejak tadi kita bicarakan, putri sulungku." Ucapnya dengan bangga kepada seluruh tamunya.

Saat itu Husna masih terlihat bingung, ia sama sekali tak mengerti dengan maksud tujuan ayahnya berbicara seperti itu pada tamu-tamunya.

"Ayah, memangnya sejak tadi kalian membicarakan apa tentang aku?" Bisik Husna pada ayahnya.

"Husna, ini adalah pak Pram dan juga istrinya, bu Sari." Jelas pak Awan yang mulai memperkenalkan satu persatu tamunya.

"Oh halo paman, halo bibi." Sapa Husna dengan senyumannya yang sangat ramah.

"Mereka ini adalah rekan bisnis ayah." Tambah pak Awan lagi.

Husna pun hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Halo Husna, ternyata kamu jauh lebih cantik bila di lihat secara langsung ya, jauh lebih cantik dari pada di foto." Ungkap bu Sari sembari memandang takjub ke arah Husna.

"Hehehe kurasa bibi berlebihan dalam memujiku." Husna pun cengengesan.

"Dan Husna, ini adalah Ardito, anaknya pak Pram dan bu Sari, dan ini adiknya Dito, namanya Ardina." Jelas bu Nilam kali ini.

Saat itu Husna hanya kembali mengangguk sembari tersenyum memandangi Ardito dan Ardina secara bergantian.

"Ayo kenalan dengan mereka." Tambah pak Awan lagi.

Mau tak mau Husna pun mengulurkan tangannya pada Ardito lebih dulu.

"Hai, senang bisa mengenalmu." Ucap Husna yang masih tetap bersikap ramah.

"Hai Husna, aku pun sangat senang, akhirnya aku bisa berjumpa denganmu secara langsung." Jawab Ardito sembari membalas jabatan tangan Husna dengan senyumnya yang begitu sumringah.

Ardito nampak begitu menyukai Husna, hal itu bisa terlihat dengan begitu jelas dari caranya menatap Husna, tatapannya yang terlihat sangat dalam dan begitu penuh makna. Tapi tetap saja, bagi Husna, Ardito pun sama sekali tidak membuatnya tertarik. Dengan cepat Husna menarik kembali tangannya, lalu beralih menuju adiknya. Setelah itu, tak sengaja ia melirik ke arah seorang pemuda yang saat itu sedang duduk di samping Ardito.

Jika di lihat-lihat dari penampilannya, lelaki itu sangat jauh berbeda dari tamu yang lain, tampilannya jauh terlihat lebih sederhana, dan terkesan begitu apa adanya, namun entah kenapa, hal itu pula yang membuat Husna cukup merasa penasaran dan bertanya-tanya siapa gerangan lelaki itu.

"Ayah, lalu siapa dia?" Bisik Husna pada ayahnya sembari terus menatap ke arah pemuda itu.

"Oh ya, benar juga hahaha, sejak tadi aku pun belum tau siapa pemuda yang ada di samping Ardito, kalau boleh tau, siapa pemuda ini? Apa dia saudara kalian?" Tanya pak Awan yang juga jadi penasaran,

"Dia Aryo, dia adalah supir pribadiku om, tapi juga sudah ku anggap seperti teman dan keluargaku sendiri, karena kami begitu dekat." Jelas Ardito sembari menepuk pelan pundak Aryo,

Kala itu Aryo pun mulai tersenyum tipis sembari mengangguk singkat, Husna terus memandanginya, saat melihat Aryo tersenyum, tiba-tiba saja hati Husna seolah bergetar, Husna pun tidak mengerti dengan hal itu, hal yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya saat berhadapan dengan banyak lelaki termasuk Ardito.

Aryo pun tak kalah manis, ia memiliki kulit berwarna Sawo matang, begitu terlihat eksotis dan Husna sangat menyukai hal itu. Tak hanya itu, ia juga memiliki alis mata yang tak kalah tebal, serta hidungnya yang cukup tinggi, berhasil menjadi nilai plus bagi Husna.

"Salam kenal mba Husna." Ucap Aryo yang memberanikan diri untuk menjulurkan tangannya lebih dulu ke arah Husna.

Saat itu Husna terlihat masih saja diam dan terus memandangi Aryo dengan raut wajah yang tak biasa.

"Lelaki ini, kenapa aku merasa berbeda saat melihatnya, seperti ada sebuah getaran dari hatiku, dan sekarang, jantungku bahkan mulai berdebar saat bertatapan dengannya." Gumam Husna dalam hati,

Menyadari Husna yang hanya diam tanpa adanya respon, membuat Aryo jadi mulai merasa tak enak hati hingga ia pun perlahan ingin menarik kembali tangannya.

"Oh mungkin mba tidak level untuk bersalaman dengan saya, maafkan kelancangan saya ya mba." Ucap Aryo yang jadi merasa begitu sungkan.

Perkataan itu sontak membuat Husna tersadar, ia pun dengan cepat meraih tangan Aryo.

"Oh tidak, maaf aku tadi melamun." Ucapnya sembari tersenyum kikuk.

Aryo pun akhirnya kembali tersenyum saat menyadari tangannya kini telah bertautan dengan Husna,

"Senang bertemu denganmu, Aryo." Ucap Husna ramah yang di iringi dengan senyumannya yang begitu merekah seperti bunga mawar.

Perbincangan ringan pun mengalir begitu saja layaknya air, tak jarang pula di sela-sela perbincangan itu, Husna dan Aryo saling bertatapan dan saling melempar senyum satu sama lain.

"Astaga, kenapa aku ini? Kenapa aku jadi salah tingkah begini saat ditatap olehnya." Gumam Husna dalam hati sembari terus berusaha menahan senyumannya.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

🥀Acihlicious 🥀

🥀Acihlicious 🥀

aku hadir

2022-03-05

1

Chyntia Rizky 🖋️

Chyntia Rizky 🖋️

mampir ya thor♥️♥️♥️

2022-02-27

1

M.azril maulana

M.azril maulana

siang thor,maaf baru mampir di cerita baru mu,,, nungguin virga gk muncul muncul,tp nanti di lanjut kan thor?😉🙏

2022-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!